Umur panjang tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga pola hidup yang sehat. Masalah kesehatan pada lansia (lanjut usia) umumnya hanya seputar 5-B, yang bisa dilawan dengan kiat sehat 7-B.
Salah satu anggota Komnas Lansia, Dr Boenjamin Setiawan memperkirakan populasi lansia di Indonesia saat ini tak kurang dari 17-18 juta jiwa. Jumlah tersebut merupakan 8,5 hingga 9,5 persen dari jumlah penduduk.
Bila dibandingkan dengan China dan Jepang, Dr Boen menilai jumlah itu relatif kecil. China misalnya, memiliki 91 juta lansia meski perbandingannya dengan jumlah penduduk hanya 7 persen. Sementara Jepang punya 34 juta, atau 27 persen.
Kecenderungan umur panjang di beberapa negara menurut Dr Boen sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Meskipun demikian, pola dan gaya hidup sehat menurutnya tak kalah penting.
"Negara-negara Mediterania seperti Italia, Spanyol dan Turki memiliki persentase lansia cukup tinggi, karena warganya gemar mengkonsumsi tomat, ikan dan minyak zaitun," ungkap Dr Boen, saat berbincang dengan media di kantornya, Jl Letjen Soeprapto, Jakarta Pusat, Kamis (10/6/2010).
Meski usia harapan hidup berbeda-be da, masalah yang dihadapi lansia di manapun pada umumnya sama saja. Menginjak usia tertentu, lansia akan menghadapi berbagai gangguan kesehatan yang oleh Dr Boen disebut dengan 5-B.
5-B yang dimaksud merupakan singkatan dari beberapa istilah dalam bahasa Jawa, yang menggambarkan kondisi kesehatan yang sering dihadapai para lansia. Kelima kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Budeg (pendengaran berkurang)
2. Blawur (penglihatan kabur)
3. Beser (buang air kecil tidak terkontrol)
4. Bingung (pikun/alzheimer)
5. Bablas (jika 'B' yang lain sudah tidak teratasi, bisa meninggal sewaktu-waktu)
Kelima masalah di atas memang sulit untuk dihindari, namun bisa dilawan untuk menunda kemunculannya. Untuk melawan 5-B, Dr Boen punya kiat yang dirumuskan dalam 7-B:
1. Banyak makan buah
2. Bekerja dengan semangat
3. Berolahraga secara rutin
4. Beristirahat yang cukup
5. Belajar terus
6. Banyak maunya
7. Berbahagia
Menurut Dr Boen, belajar terus dan banyak maunya itu baik bagi lansia karena menunjukkan adanya semangat hidup. Ia sendiri mencontohkannya dengan terus menekuni hobi memelihara burung, mulai dari mencari tahu informasi tentang satu spesies hingga berusaha untuk memilikinya.
Dr Boen juga mencontohkan bagaimana bekerja dengan penuh semangat bisa membuatnya awet muda. Dr Boen yang pada 23 September tahun ini akan genap berusia 77 tahun, hingga saat ini masih aktif memimpin sebuah perusahaan
farmasi.
Sedangkan untuk membatasi kalori, Dr Boen mengaku tidak pernah makan nasi maupun roti. Kebutuhan karbohidrat dan nutrisi lainnya ia penuhi dengan banyak makan sayur dan buah-buahan.
"Kiat saya yang lain ada pada pola makan. Saya menerapkan diet CRAN, Calorie Restriction with Adequate Nutrition. Sejak usia 70 tahun saya tidak makan nasi sama sekali," pungkas Dr Boen.
Salah satu anggota Komnas Lansia, Dr Boenjamin Setiawan memperkirakan populasi lansia di Indonesia saat ini tak kurang dari 17-18 juta jiwa. Jumlah tersebut merupakan 8,5 hingga 9,5 persen dari jumlah penduduk.
Bila dibandingkan dengan China dan Jepang, Dr Boen menilai jumlah itu relatif kecil. China misalnya, memiliki 91 juta lansia meski perbandingannya dengan jumlah penduduk hanya 7 persen. Sementara Jepang punya 34 juta, atau 27 persen.
Kecenderungan umur panjang di beberapa negara menurut Dr Boen sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Meskipun demikian, pola dan gaya hidup sehat menurutnya tak kalah penting.
"Negara-negara Mediterania seperti Italia, Spanyol dan Turki memiliki persentase lansia cukup tinggi, karena warganya gemar mengkonsumsi tomat, ikan dan minyak zaitun," ungkap Dr Boen, saat berbincang dengan media di kantornya, Jl Letjen Soeprapto, Jakarta Pusat, Kamis (10/6/2010).
Meski usia harapan hidup berbeda-be da, masalah yang dihadapi lansia di manapun pada umumnya sama saja. Menginjak usia tertentu, lansia akan menghadapi berbagai gangguan kesehatan yang oleh Dr Boen disebut dengan 5-B.
5-B yang dimaksud merupakan singkatan dari beberapa istilah dalam bahasa Jawa, yang menggambarkan kondisi kesehatan yang sering dihadapai para lansia. Kelima kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Budeg (pendengaran berkurang)
2. Blawur (penglihatan kabur)
3. Beser (buang air kecil tidak terkontrol)
4. Bingung (pikun/alzheimer)
5. Bablas (jika 'B' yang lain sudah tidak teratasi, bisa meninggal sewaktu-waktu)
Kelima masalah di atas memang sulit untuk dihindari, namun bisa dilawan untuk menunda kemunculannya. Untuk melawan 5-B, Dr Boen punya kiat yang dirumuskan dalam 7-B:
1. Banyak makan buah
2. Bekerja dengan semangat
3. Berolahraga secara rutin
4. Beristirahat yang cukup
5. Belajar terus
6. Banyak maunya
7. Berbahagia
Menurut Dr Boen, belajar terus dan banyak maunya itu baik bagi lansia karena menunjukkan adanya semangat hidup. Ia sendiri mencontohkannya dengan terus menekuni hobi memelihara burung, mulai dari mencari tahu informasi tentang satu spesies hingga berusaha untuk memilikinya.
Dr Boen juga mencontohkan bagaimana bekerja dengan penuh semangat bisa membuatnya awet muda. Dr Boen yang pada 23 September tahun ini akan genap berusia 77 tahun, hingga saat ini masih aktif memimpin sebuah perusahaan
farmasi.
Sedangkan untuk membatasi kalori, Dr Boen mengaku tidak pernah makan nasi maupun roti. Kebutuhan karbohidrat dan nutrisi lainnya ia penuhi dengan banyak makan sayur dan buah-buahan.
"Kiat saya yang lain ada pada pola makan. Saya menerapkan diet CRAN, Calorie Restriction with Adequate Nutrition. Sejak usia 70 tahun saya tidak makan nasi sama sekali," pungkas Dr Boen.
No comments:
Post a Comment