Demam berdarah, atau yang dikenal juga sebagai demam berdarah dengue (DBD), merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Kedua jenis nyamuk tersebut dapat ditemukan diseluruh pelosok Indonesia, karena itu penyakit ini pun tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Selama ini usaha pencegahan penyakit demam berdarah dilakukan dengan memberantas vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara yang dikenal sebagai 3M , yaitu menutup, menguras, dan menimbun.
Namun, usaha tersebut tetap tidak cukup efektif untuk menurunkan angka kejadian demam berdarah. Karena itu, saat ini para peneliti sedang berusaha untuk mengembangkan suatu cara pencegahan lain yaitu dengan vaksinasi.
Dalam upaya mengembangkan vaksinasi terhadap virus dengue, para peneliti dihadapkan pada tantangan untuk mampu menciptakan sebuah vaksin yang dapat melawan semua serotipe virus dengue, yaitu Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4. Vaksinasi monovalen yang ditujukan untuk melawan satu serotipe virus dengue tidak akan melindungi tubuh terhadap infeksi virus dengue serotipe lainnya, sehingga pemberian vaksin tidak akan efektif.
Hal tersebut disebabkan karena antibodi yang dihasilkan dari infeksi primer virus dengue serotipe tertentu (misal Dengue-1) tidak mampu bekerja dengan efektif untuk melindungi tubuh terhadap infeksi sekunder virus dengue serotipe lainnya (misal Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4), namun justru dapat memperberat gejala infeksi sekunder.
Hal tersebut telah dibuktikan melalui sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh para peneliti dari Imperial College London (UK) dan dari Mahidol University, Khon Kaen Hospital dan Songkhla Hospital di Thailand. Penelitian dilakukan dengan mengambil darah dari para sukarelawan yang terinfeksi virus dengue. Mereka menemukan di dalam darah seseorang yang telah terinfeksi virus dengue terdapat sekelompok antibodi yang dihasilkan sebagai respon tubuh.
Antibodi ini dikenal sebagai antibodi precursor membrane protein (prM) dan merupakan antibodi terbanyak yang dihasilkan oleh pasien yang terinfeksi virus dengue. Ketika seseorang yang sudah pernah terinfeksi salah satu serotipe virus dengue mendapatkan infeksi kedua kalinya oleh virus dengue serotipe yang berbeda, maka antibodi prM yang telah dihasilkan pada infeksi sebelumnya akan aktif kembali.
Namun, antibodi tersebut tidak melindungi tubuh dari infeksi kedua namun justru akan membantu virus tersebut untuk menyerang lebih banyak sel di dalam tubuh. Tindakan yang dilakukan oleh antibodi prM tersebut mampu menjelaskan mengapa seseorang yang terinfeksi virus dengue kedua kalinya (infeksi sekunder) akan mengalami gejala yang lebih berat daripada infeksi pertamanya.
Dengan ditemukannya hasil penelitian tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa sebaiknya diciptakan sebuah vaksin yang mampu meminimalisasi pembentukan antibodi prM untuk mencegah terjadinya reaksi yang lebih berat jika antibodi prM memfasilitasi virus dengue lain pada infeksi sekunder untuk menyerang tubuh.
Dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan para ilmuwan menjadi satu tahap lebih dekat untuk menciptakan vaksin virus dengue yang efektif. Menciptakan sebuah vaksin yang efektif untuk melawan virus yang memiliki 4 serotipe berbeda masih merupakan tantangan terbesar bagi para peneliti dalam menghasilkan vaksin virus dengue
Kedua jenis nyamuk tersebut dapat ditemukan diseluruh pelosok Indonesia, karena itu penyakit ini pun tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Selama ini usaha pencegahan penyakit demam berdarah dilakukan dengan memberantas vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara yang dikenal sebagai 3M , yaitu menutup, menguras, dan menimbun.
Namun, usaha tersebut tetap tidak cukup efektif untuk menurunkan angka kejadian demam berdarah. Karena itu, saat ini para peneliti sedang berusaha untuk mengembangkan suatu cara pencegahan lain yaitu dengan vaksinasi.
Dalam upaya mengembangkan vaksinasi terhadap virus dengue, para peneliti dihadapkan pada tantangan untuk mampu menciptakan sebuah vaksin yang dapat melawan semua serotipe virus dengue, yaitu Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4. Vaksinasi monovalen yang ditujukan untuk melawan satu serotipe virus dengue tidak akan melindungi tubuh terhadap infeksi virus dengue serotipe lainnya, sehingga pemberian vaksin tidak akan efektif.
Hal tersebut disebabkan karena antibodi yang dihasilkan dari infeksi primer virus dengue serotipe tertentu (misal Dengue-1) tidak mampu bekerja dengan efektif untuk melindungi tubuh terhadap infeksi sekunder virus dengue serotipe lainnya (misal Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4), namun justru dapat memperberat gejala infeksi sekunder.
Hal tersebut telah dibuktikan melalui sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh para peneliti dari Imperial College London (UK) dan dari Mahidol University, Khon Kaen Hospital dan Songkhla Hospital di Thailand. Penelitian dilakukan dengan mengambil darah dari para sukarelawan yang terinfeksi virus dengue. Mereka menemukan di dalam darah seseorang yang telah terinfeksi virus dengue terdapat sekelompok antibodi yang dihasilkan sebagai respon tubuh.
Antibodi ini dikenal sebagai antibodi precursor membrane protein (prM) dan merupakan antibodi terbanyak yang dihasilkan oleh pasien yang terinfeksi virus dengue. Ketika seseorang yang sudah pernah terinfeksi salah satu serotipe virus dengue mendapatkan infeksi kedua kalinya oleh virus dengue serotipe yang berbeda, maka antibodi prM yang telah dihasilkan pada infeksi sebelumnya akan aktif kembali.
Namun, antibodi tersebut tidak melindungi tubuh dari infeksi kedua namun justru akan membantu virus tersebut untuk menyerang lebih banyak sel di dalam tubuh. Tindakan yang dilakukan oleh antibodi prM tersebut mampu menjelaskan mengapa seseorang yang terinfeksi virus dengue kedua kalinya (infeksi sekunder) akan mengalami gejala yang lebih berat daripada infeksi pertamanya.
Dengan ditemukannya hasil penelitian tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa sebaiknya diciptakan sebuah vaksin yang mampu meminimalisasi pembentukan antibodi prM untuk mencegah terjadinya reaksi yang lebih berat jika antibodi prM memfasilitasi virus dengue lain pada infeksi sekunder untuk menyerang tubuh.
Dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan para ilmuwan menjadi satu tahap lebih dekat untuk menciptakan vaksin virus dengue yang efektif. Menciptakan sebuah vaksin yang efektif untuk melawan virus yang memiliki 4 serotipe berbeda masih merupakan tantangan terbesar bagi para peneliti dalam menghasilkan vaksin virus dengue
Oleh: dr. Dissy Pramudita
klikdokter.com
No comments:
Post a Comment