Monday, April 11, 2011

Obat Mata Baru dengan Gelombang Suara Ditemukan


image
Kini para penderita age-related macular degeneration (AMD) tak perlu lagi khawatir akan berakhir buta. Penelitian terbaru menemukan sebuah perangkat baru yang dapat mengeluarkan gelombang suara ke dalam mata dan membantu mencegah degenerasi makula terkait usia.


AMD adalah penyakit mata yang terjadi akibat faktor usia, umumnya 50 tahun ke atas. Di Indonesia penyakit ini belum sepopuler penyakit mata lainnya. Tapi faktanya, di Inggris ada sekitar 600.000 orang yang mengalaminya.

AMD diakibatkan dengan menumpuknya pigmen pada makula sehingga mengganggu ketajaman pandangan yang dibentuk oleh bagian oval kecil di belakang mata. Kondisi tersebut mempersulit seseorang mengenali wajah, membaca atau menonton TV karena visi sentral kabur.

Selain itu, AMD juga dipengaruhi oleh faktor gaya hidup seperti merokok, sering terkena sinar matahari dan mengonsumsi alkohol berlebih.

Selama ini AMD dapat diperlambat perkembangannya dengan menggunakan Lucentis, obat yang bekerja dengan cara memblokir pertumbuhan endotel vaskular yang dapat memicu perkembangan pembuluh darah berbahaya.

Namun obat ini harus disuntikkan ke sudut mata menggunakan jarum halus panjang dengan anestesi lokal. Suntikan ini diberikan sebanyak satu kali per bulannya selama tiga bulan, sambil terus dimonitor apakah pandangan mata mengalami perubahan. Jika makin memburuk akan dilakukan proses suntikan yang lain.

Dengan ditemukannya gadget canggih ini, diharapkan bisa menjadi solusi untuk mengurangi rasa sakit akibat suntikan.

Alat ini berbentuk seperti obor yang mudah digenggam dan berisikan sebuah wadah seukuran mata berisikan gel. Dibuat pas di mata agar gel dapat melakukan kontak langsung dengan permukaan luar mata. Gel tersebut berisi partikel-partikel kecil Lucentis.

Pada saat tombol ditekan, alat ini akan mengeluarkan gelombang suara yang dapat menggetarkan partikel dalam gel dan melepaskannya ke mata. Gelombang suara ini kemudian mendorong partikel masuk ke dalam mata tanpa rasa sakit.

Gelombang suara tersebut juga memicu proses sonopherosis, dimana sel-sel lemak dalam mata sejenak menyusut dan terpisah satu sama lain sehingga memungkinkan molekul obat melewati permukaan luar mata dan menembus jaringan pembuluh darah halus di dalamnya.

Mengomentari penelitian ini, presiden the Royal College of Ophthalmologists, London mengatakan tak ada masalah untuk setiap penemuan yang memungkinkan cara aman pengobatan mata tanpa suntikan. Apalagi suntikan berkali-kali dapat menimbulkan risiko seperti infeksi.

Disamping itu, Eropa juga masih mengusahakan obat baru selain Lucentis yaitu VEGF Trap-Eye. Caranya sama dengan pengobatan injeksi standar. Tetapi obat ini tidak diberikan setiap sebulan sekali, cukup beberapa bulan sekali.

Setelah diuji pada 2.400 pasien dengan membandingkan obat VEGF Trap-Eye 2mg per dua bulan dan Lucentis 0,5mg per bulan, ditemukan hasil yang sama. Sama-sama mempertahankan penglihatan sampai 95 persen. Itu artinya, VEGF Trap-Eye bisa digunakan untuk pengobatan.

Jika lisensi obat ini diterima pada Juni mendatang, maka sudah dapat dipastikan obat ini beredar sebelum akhir tahun 2011

No comments:

Post a Comment