Kira-kira 25 tahun yang lalu, Ny. Lilik Soesanto pemah menderita penyakit maag. Namun, Alhamdulillah, saat ini ia sudah sembuh total. Kisah sakit maag yang dialami Ny. Lilik dimulai tahun 1978. Saat itu, anaknya yang kedua sedang menjalani rawatinap di sebuah rumah sakit.
Sebagai seorang ibu, dengan penuh ketulusan is merawat putranya tanpa memperhatikan kondisi kesehatannya sendiri. Hal ini menjadikan Ny. Lilik kerap kali lupa mengurus dirinya sendiri. “Hampir seharian saya lupa makan,bahkan kadang-kadang selera makan menjadi hilang,” kata Ny. Lilik sambil tersenyum simpul.
Akibatnya,badan Ny. Lilik sernakin lernas dan tidak bersemangat. Sebagai seorang pegawai negeri, pekerjaan dinas tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Dan pagi sampai siang menjelang sore hari, ia harus bekerja di kantorya dan kemudian harus ke rumah sakit untuk merawat dan menemani anaknya.
Ny. Lilik terpaksa mondar-mandir antara bekerja di kantor dan menjaga anaknya di rumah sakit. “Memang sakitnya cuma sebentar, hanya 10 hari, tetapi kenyataan ini sangat menyita waktu, pikiran, dan tenaga saya,” kenangnya.
“Nah, begitu anak saya pulang dari rumah sakit, ganti saya yang jadi sakit. Gejala penyakit yang saya alami adalah timbulnya rasa mual dan ingin muntah ketika saya makan.
Tidak jarang hilang selera makan, sehingga pada suatu saat saya benar-benar merasa mual dan langsung memuntahkan segala sesuatudariperut saya yang berwama hijau kekuningkuningan. Rasanya pahit sekali,” ungkapnya. Saat itulah Ny. Lilik barn menyadari bahwa ia telah terserang penyakit maag dan selalu merasakan keadaan tidak nyaman di lambungnya.
“Selama sekitar 1 tahun saya merasakan betapa sakitnya menderita maag.
Makan terasa tidak enak, sakit, dan kalau pun tidak makan akan terasa sakit pula. Jika di rumah, saya bisa makan bubur. Namun,jika dalam perjalanan, saya selalu mengonsumsi biskuit. Keadaan ini tidak menjadikan penyakit saya mereda, tetapi perut saya kadang-kadang terasa melilit-lilit, sakit sekali, dan bahkan sampai keluar keringat dingin,” begitu ia rnelanjutkan ceritanya.
Ny. Lilik sudah berobat ke beberapa dokter, tetapi penyakitnya tidak kunjung sembuh dan masih sering kambuh. Telat makan sebentar saja langsung terasa kembung, panas, dan melilit. Sakit maag ini sangat mengganggu aktivitas hidupnya. Dalam seminggu, sekitar 1-2 hari ia absen kerja dan hanya 2-3 hari ia bisa masuk kerja.
Berat badannya pun turun sampai 10 kg, dari 45 kg (berat badan normal) menjadi 35 kg. Pada mulanya, Ny. Lilik tidak mengenal sama sekali tanaman obat. Namun beruntung, Ny. Lilik mempunyai seorang pembantu rumah tangga yang cukup mengetahui dan mengerti khasiat berbagai tanaman obat. Dari pembatu rumah tangganya itulah, akhirnya Ny. Lilik mengetahui jika kunyit dapat dipakai sebagai obat penyakit maag.
Dengan sedikit rasa percaya, Ny. Lilik mencoba membeli 1 kg kunyit dan meramunya menjadi obat. Umbi 3-4 buah, kemudian membersihkan dan menyayat atau membelahnya menjadi 2 bagian. Setelah itu, jeruk diperas dan diambil airnya. Air perasan jeruk nipis tersebut dicampur dengan 2-3 sendok makan madu dan diaduk sampai merata, kemudian diminum sedikit demi sedikit. “Dalam 1-2 hari badan akan terasa ringan, gejala flu dan batuk hilang dengan sendirinya. Selamat mencoba,” kata Ibu Aseh mengakhiri perbincangan.
Memanfaatkan bumbu dapur untuk mengatasi aneka penyakit
Oleh Ir. W.P. Winarto & Tim Karyasari
No comments:
Post a Comment