Menurut suatu studi yang dipublikasikan pada Mayo Clinic Proceedings, toksin botulinum dapat membantu penyembuhan luka pada wajah dengan jaringan parut yang lebih minimal.
Menurut David Sherris, M.D., seorang professor dari Department of Otolaryngology Universitas Buffalo, hasil studi menunjukkan bahwa injeksi toksin botulinum di dekat luka pada wajah menyebabkan jaringan parut menjadi kurang terlihat.
Jaringan parut yang besar merupakan akibat dari penarikan bagian luka oleh otot lokal selama fase penyembuhan. Toksin botulinum memperlemah otot sekitar secara sementara sehingga kurang menyebabkan penarikan luka selama fase penyembuhan akut 2-4 bulan pertama.
Studi tersebut melibatkan 31 pasien yang mengalami luka pada dahi atau yang menjalani bedah elektif untuk mengangkat kanker kulit di dahi. Daerah dahi dipilih karena rawan terhadap terbentuknya jaringan parut dan karena penggunaan toksin botulinum di daerah ini telah menunjukkan aman dan efektif. Pasien secara acak mendapat injeksi toksin botulinum atau salin salam 24 jam setelah penutupan luka. Luka difoto pada waktu injeksi dan 6 bulan kemudian.
Hasil penyembuhan luka dinilai dengan skala 0-10, di mana 10 menunjukkan hasil yang terbaik. Hasilnya menunjukkan bahwa skor median untuk luka yang diinjeksi toksin botulinum adalah 8,9 vs 7,1 untuk yang diinjeksi dengan salin. Hasil ini menarik karena ketika mengalami luka khususnya pada wajah, orang sering khawatir mengenai jaringan parut. Toksin botulinum juga dapat diinjeksikan pada luka saat bedah revisi jaringan parut.
Efek samping injeksi toksin botulinum minimal meliputi sedikit memar pada lokasi injeksi atau sakit kepala. Pasien dalam studi tersebut juga mendapatkan manfaat postif lain yaitu berkurangnya kerutan pada wajah karena dosis yang digunakan untuk terapi jairngan parut mirip dengan yang digunakan untuk terapi kerutan.
Meskipun studi tersebut hanya pada luka di wajah, Sherris berharap bahwa teknik ini dapat diaplikasikan pada luka di bagian tubuh lainnya seperti dada dan ekstremitas.
Langkah selanjutnya akan dilakukan studi fase III multisenter dengan 100 pasien untuk menentukan dosis yang sesuai dari toksin botulinum, menemukan apakah injeksi toksin botulinum juga bermanfaat untuk penyembuhan luka yang lebih baik pada bagian tubuh lain serta untuk mendapatkan approval dari FDA.
Menurut David Sherris, M.D., seorang professor dari Department of Otolaryngology Universitas Buffalo, hasil studi menunjukkan bahwa injeksi toksin botulinum di dekat luka pada wajah menyebabkan jaringan parut menjadi kurang terlihat.
Jaringan parut yang besar merupakan akibat dari penarikan bagian luka oleh otot lokal selama fase penyembuhan. Toksin botulinum memperlemah otot sekitar secara sementara sehingga kurang menyebabkan penarikan luka selama fase penyembuhan akut 2-4 bulan pertama.
Studi tersebut melibatkan 31 pasien yang mengalami luka pada dahi atau yang menjalani bedah elektif untuk mengangkat kanker kulit di dahi. Daerah dahi dipilih karena rawan terhadap terbentuknya jaringan parut dan karena penggunaan toksin botulinum di daerah ini telah menunjukkan aman dan efektif. Pasien secara acak mendapat injeksi toksin botulinum atau salin salam 24 jam setelah penutupan luka. Luka difoto pada waktu injeksi dan 6 bulan kemudian.
Hasil penyembuhan luka dinilai dengan skala 0-10, di mana 10 menunjukkan hasil yang terbaik. Hasilnya menunjukkan bahwa skor median untuk luka yang diinjeksi toksin botulinum adalah 8,9 vs 7,1 untuk yang diinjeksi dengan salin. Hasil ini menarik karena ketika mengalami luka khususnya pada wajah, orang sering khawatir mengenai jaringan parut. Toksin botulinum juga dapat diinjeksikan pada luka saat bedah revisi jaringan parut.
Efek samping injeksi toksin botulinum minimal meliputi sedikit memar pada lokasi injeksi atau sakit kepala. Pasien dalam studi tersebut juga mendapatkan manfaat postif lain yaitu berkurangnya kerutan pada wajah karena dosis yang digunakan untuk terapi jairngan parut mirip dengan yang digunakan untuk terapi kerutan.
Meskipun studi tersebut hanya pada luka di wajah, Sherris berharap bahwa teknik ini dapat diaplikasikan pada luka di bagian tubuh lainnya seperti dada dan ekstremitas.
Langkah selanjutnya akan dilakukan studi fase III multisenter dengan 100 pasien untuk menentukan dosis yang sesuai dari toksin botulinum, menemukan apakah injeksi toksin botulinum juga bermanfaat untuk penyembuhan luka yang lebih baik pada bagian tubuh lain serta untuk mendapatkan approval dari FDA.
No comments:
Post a Comment