Tuesday, February 1, 2011

Kiwi Menyehatkan Tapi Beresiko Alergi Berbahaya

Kota Internet - Artikel
Selain dikenal sebagai buah kaya nutrisi, buah yang banyak tumbuh di tanah Selandia Baru ini ternyata dilaporkan juga memiliki efek laksatif ringan yang mampu mengatasi sembelit. Efek ini kemungkinan dimiliki kiwi akibat kandungan seratnya yang tinggi.

Namun, kiwi mentah juga kaya enzim pemecah protein, aktinidin yang secara komersial digunakan untuk melunakkan daging tetapi dapat menjadi alergen bagi beberapa orang.

Aktinidin memiliki efek lytic (memecah) yang dapat melunakkan makanan lain, seperti daging. Tapi, kandungan aktinidin ini bisa menjadi sumber alergi yang menimbulkan gatal-gatal di sekitar mulut.

Seperti dikutip dari Buku 'Health Secret of Kiwifruit', secara spesifik orang dewasa atau anak-anak yang memiliki riwayat alergi terhadap pepaya, atau nanas, biasanya juga alergi terhadap kiwi. Reaksinya termasuk bibir kering, lidah bengkak, ruam, muntah, sakit dada, bahkan pada beberapa kasus juga menimbulkan kesulitan bernapas, sering bersin dan pingsan. Gejala lain yang umum adalah gatal dan nyeri di sekitar mulut.

Enzim ini membuat kiwi mentah tidak cocok digunakan untuk hidangan penutup mengandung susu atau produk olahan susu lain. Sebab, susu mudah dicerna, sehingga reaksi alergi lebih cepat terjadi.

Hal sama juga bisa terjadi pada hidangan menggunakan gelatin. Untuk menghindari efek aktinidin, cukup dengan memasak buah kiwi selama beberapa menit sebelum menambahkannya ke gelatin.

Bagi Anda yang bergolongan darah O juga harus berhati-hati saat mengonsumsi buah kiwi. Dan, sebaiknya pemilik golongan darah ini menghindari terlalu banyak mengonsumsi kiwi. “Kiwi termasuk buah citrus, bila dikonsumsi terlalu banyak bisa menimbulkan sindroma iritasi usus. Kandungan lektin dalam buah ini dapat bereaksi kuat dengan darah golongan O,” kata Penulis Buku 'Diet Sehat Golongan Darah untuk Mencegah dan Mengobati Alergi', Dr. Peter J. D' Adamo bersama Chatherine Whitney.

Sedangkan pada golongan darah A dan B, kiwi adalah buah yang bersifat netral dan diperbolehkan sering dikonsumsi. Sementara yang mendapatkan banyak manfaat dengan mengonsumsi kiwi adalah golongan darah AB.

“Tapi, bukan berarti golongan darah O tidak boleh sama sekali mengonsumsi kiwi. Boleh dikonsumsi, namun jumlahnya sedikit saja dibandingkan golongan darah AB, A dan B,” kata Peter menegaskan.

Buah kiwi mengandung beragam zat nutrisi yang bermanfaat menjaga kesehatan tubuh. Buah khas Selandia Baru ini pun layak menjadi alternatif pilihan. Selama ini jeruk menjadi buah yang identik dengan vitamin C. Namun tahukah Anda, buah kiwi mengandung vitamin C dengan kadar dua kali lipat lebih banyak daripada jeruk?

Fakta itu diungkapkan Lynley Drummond, Health Science Manager Zespri International. Zespri merupakan organisasi pemasar buah kiwi terbesar dari Selandia Baru. Atas undangan Zespri yang tengah melebarkan sayap pemasarannya ke kawasan Asia Tenggara, awal Mei lalu Media Indonesia bersama rombongan jurnalis dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand berkesempatan mengunjungi Selandia Baru untuk mengenal buah kiwi lebih jauh.

"Cukup dengan mengonsumsi satu buah kiwi per hari, Anda sudah dapat memenuhi kebutuhan harian vitamin C," ujar Linley.

Lebih jauh, doktor bidang teknologi pangan lulusan Massey University Selandia Baru itu menjelaskan, selain kaya akan vitamin C, kiwi juga sarat dengan kandungan nutrisi lain. Ia pun membeberkan hasil-hasil studi ilmiah tentang kiwi dan efek sehatnya. Salah satunya tentang efek antioksidan atau perlindungan kiwi terhadap kerusakan sel akibat proses oksidasi. Sejumlah studi membuktikan konsumsi kiwi dapat memperbaiki kerusakan DNA sel.

"Oksidasi akibat lingkungan dan gaya hidup tidak sehat menyebabkan rusaknya sel yang dapat memicu gangguan jantung dan pembuluh darah, kanker, diabetes, serta peradangan," jelas Lynley.

Menurut Linley, belum diketahui secara jelas bagaimana kiwi mampu memberikan efek perlindungan tersebut. Diduga kuat hal itu berkat kandungan vitamin C yang memang tergolong zat antioksidan dan zat-zat bioaktif fitokimia lain seperti karotenoid dan polifenol.

Jika dinilai dari parameter glycaemic index (GI), kiwi juga tergolong buah yang menyehatkan. GI adalah parameter yang menunjukkan fluktuasi kadar gula darah akibat konsumsi bahan pangan tertentu. Semakin rendah GI sebuah bahan pangan, maka semakin sehat pangan tersebut. Pada bahan pangan ber-GI rendah, glukosa (gula) yang dihasilkan dari proses pencernaannya dilepas secara perlahan ke dalam darah sehingga tidak menyebabkan peningkatan kadar gula darah secara drastis.

Standar internasional mengategorikan sebuah bahan pangan memiliki GI tinggi bila nilainya lebih dari 70, dikategorikan sedang (moderat) bila GI antara 56-69, dan rendah bila nilainya di bawah 55. Dalam hal ini, kiwi memiliki GI dalam kisaran 39,3-48,5.

"Dengan GI yang rendah, kiwi cocok untuk penderita diabetes yang harus mengontrol gula darahnya setiap saat, menekan kolesterol, dan risiko penyakit jantung," jelas Linley.

Bahan pangan dengan GI yang rendah, lanjut Linley, juga bermanfaat untuk program diet. Sebab, GI yang rendah membuat kadar gula darah stabil dalam jangka lama. Hal itu memberi efek kenyang lebih lama.

Dan bagi Anda yang memiliki masalah susah buang air besar (konstipasi), mungkin kiwi bisa menjadi solusi. Sebab kandungan serat dalam kiwi bermanfaat melancarkan urusan ke belakang. Tak hanya itu, kiwi juga terbukti memiliki efek prebiotik yang bermanfaat untuk meningkatkan populasi bakteri baik dalam usus dan menekan pertumbuhan bakteri jahat (patogen).

Soal ini, lagi-lagi, sudah dibuktikan melalui studi-studi ilmiah. Salah satunya yang dilakukan kelompok peneliti Selandia Baru dan dipublikasikan di Proceedings of the Nutrition Society of New Zealand pada 2007. Hasilnya mengungkapkan, konsumsi kiwi meningkatkan jumlah bakteri asam laktat (bakteri baik), dan menekan pertumbuhan Escherichia coli (patogen) dalam usus.

Segar lebih baik

Di Selandia Baru, kiwi merupakan buah yang sangat populer. Kiwi menjadi bahan yang digunakan dalam berbagai makanan olahan. Mulai jus, selai, bahkan keripik. Kiwi juga menjadi pelengkap dan penghias (garnish) menu-menu makanan.

Namun begitu, untuk mendapatkan manfaat optimum dari kiwi, Linley menganjurkan untuk mengonsumsinya dalam bentuk buah segar. Sebab kiwi segar relatif lebih terjaga keutuhan kandungan nutrisinya. "Pemanasan yang terlalu tinggi atau pemrosesan yang terlalu panjang bisa membuat kadar nutrisi kiwi berkurang," ujar Linley.

Linley mengingatkan, sebagaimana jenis pangan lain, buah kiwi juga bisa memicu reaksi alergi pada orang-orang yang sensitif terhadap zat-zat dalam kiwi. Diakuinya, ada beberapa laporan kasus alergi akibat kiwi. Namun ia menilai hal itu wajar saja, karena reaksi alergi juga dapat muncul pada konsumsi buah jenis lainnya seperti penjelasan sebelumnya.

Hal yang sama juga berlaku untuk orang-orang yang sangat sensitif terhadap makanan bersifat asam. Mengingat, kiwi termasuk buah yang cenderung bersifat asam. "Reaksi alergi sangat bergantung pada kondisi individual seseorang," terang Linley.

Pada kesempatan terpisah, koordinator pelayanan masyarakat Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Inge Permadhi SpGK mengingatkan pentingnya konsumsi beragam buah sebagai bagian dari konsep gizi seimbang. (fn/mi/vs) www.suaramedia.com

No comments:

Post a Comment