Kesadaran akan kesehatan saat ini begitu besar di masyarakat. Hampir setiap surat kabar dan majalah membahas soal kesehatan. Namun, berobat tetap bukan perkara mudah. Kita harus memilih dokter yang tepat, dan dapat mengungkapkan keluhan sehingga dokter dapat menegakkan diagnosis. Kita harus pula mampu menangkap penjelasan dokter tentang penyakit, proses penyembuhannya, serta mematuhi anjuran dan nasihatnya, khususnya dalam hal minum obat. Kalau Anda menemui dokter yang tepat dan "baik", semua proses konsultasi akan berlangsung mulus dan kita puas. Tapi nyatanya, ada saja yang merasa tidak puas dengan dokter yang dikunjungi.
Sekarang tersedia pilihan luas dalam berkonsultasi ke dokter. Orang dapat memilih dokter umum atau dokter spesialis. Bahkan tak jarang langsung berobat ke dokter spesialis konsultan. Atau mendatangi dokter di pusat pelayanan kesehatan, dari Puskesmas hingga rumah sakit mewah. Padahal, dalam tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, sebenarnya pelayanan kesehatan tertata dalam tiga lapis, yakni dokter umum atau dokter keluarga (DK), dokter spesialis, dan pelayanan superspesialistik oleh dokter spesialis konsultan. Idealnya, pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut dilakukan secara berjenjang dari tingkat terendah.
Fakta ilmiah menunjukkan, gangguan kesehatan di masyarakat sebagian besar merupakan masalah umum. Hanya sepertiganya yang memerlukan penanganan dokter, dan lebih sedikit lagi yang memerlukan perawatan spesialistik. Pelayanan berjenjang ini juga didasarkan atas kompetensi yang berbeda.
Kompetensi dokter umum adalah menangani masalah umum seperti penyakit infeksi (antara lain ditandai dengan demam), pegal linu, diare, gangguan pencernaan (dispepsia). Juga masalah gizi dengan segala akibatnya, seperti diabetes melitus tingkat dini dan anemia. Juga penyakit degeneratif tingkat dini dan belum berkomplikasi, antara lain osteoporosis, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan katarak. Dokter umum juga mampu menemukan kelainan refraksi (daya baca) atau gangguan pendengaran.
Dengan pengetahuan luas tetapi tidak dalam, seorang dokter umum atau DK akan lebih mudah berkomunikasi dengan pasiennya dan tahu kapan harus mengirim pasiennya ke dokter spesialis. Sayangnya, umumnya dokter kita tidak menguasai teknik komunikasi dokter-pasien dan sedikit yang mau menyediakan waktu untuk itu. Padahal, komunikasi tersebut ikut menentukan keberhasilan pengobatan.
Dokter spesialis memiliki kompetensi dalam menangani masalah spesialistik seperti penyakit paru-paru berat, termasuk infeksi paru-paru dan asma, diabetes melitus lanjut, penyakit jantung, darah, atau saluran kemih, penyakit keganasan, penyakit di alat reproduksi, kelainan hormon, dan sebagainya. Dokter spesialis konsultan adalah dokter spesialis yang mendalami pengetahuan mutakhir tentang suatu sistem seperti saluran cerna, saluran napas, saraf, mata, telinga, jantung, dsb.
Sayang, semakin ahli seseorang di suatu bidang semakin kurang ketajaman analisisnya di bidang lain. Padahal, kelainan di suatu organ mungkin menimbulkan gejala di organ lain, yang ilmunya dikuasai oleh dokter lain. Itu sebabnya mereka harus bekerja sama, bahkan dengan profesi lain seperti perawat, ahli gizi, atau fisioterapis.
Lagi pula, sepintar apa pun seorang dokter, ia membutuhkan bantuan pasien. Agar dokter dapat membantu menyelesaikan masalah Anda, maka:
- Ceritakan segala keluhan Anda dan pastikan dokter mengerti keluhan tersebut.
- Kalau perlu, bawa riwayat kesehatan Anda.
- Perlihatkan obat-obat yang sedang Anda minum.
- Tanyakanlah nama, kegunaan, cara minum, dan efek sampingan obat yang diberikannya.
- Tanyakan makanan, minuman, aktivitas, atau obat lain yang harus dihindari.
- Tanyakan tindakan yang diperlukan bila timbul efek sampingan atau bila lupa minum obat.
- Laporkan gejala baru yang muncul setelah Anda minum obat dari sang dokter.
- Tanyakanlah tujuan dilakukannya pemeriksaan lanjutan, juga arti hasil pemeriksaan itu.
- Tanyakan hasil pengobatan, misalnya tekanan darah Anda setelah minum obat.
- Patuhilah bila ia menganjurkan Anda menemui seorang spesialis. Bila Anda dianjurkan untuk dirawat di RS, tanyakan alasannya. Dalam situasi seperti sekarang ini diperlukan pertimbangan matang untuk dirawat di RS.
No comments:
Post a Comment