Tuesday, November 9, 2010

Awas, Migrain Bisa Merusak Otak



Ilmuwan menemukan migrain bukan sakit kepala biasa. Penyakit ini bahkan bisa menyebabkan kerusakan otak.

Studi ini dilakukan kelompok riset di Belanda. Sejak 2004 mereka meneliti penderita migrain yang memiliki atau tidak memiliki masalah penglihatan (lampu berkedip dan penglihatan kabur) dibandingkan kelompok dengan usia, pekerjaan, jenis kelamin sama tapi tidak memiliki migrain.

Ketika mereka melakukan tes Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada kelompok studi ini menemukan penderita migrain visual, sebenarnya memiliki luka kecil di otak yang mengontrol fungsi motorik (gerakan).

Luka pada otak ini kemungkinan besar disebabkan karena kurangnya oksigen. Bahkan, risiko kerusakan otak penderita migrain non-visual mengalami peningkatan. Selain itu, ilmuwan menemukan lebih banyak perempuan menderita migrain dibanding pria.

Peneliti memperkirakan sekitar 20 juta orang di Amerika Serikat (AS) menderita migrain. Jadi, banyak orang berisiko mengalami kerusakan otak. Jika serangan migrain terus berkepanjangan maka kerusakan yang ditimbulkan akan semakin besar.

Sayangnya, belum ditemukan bukti luka otak merugikan pasien atau tidak. Migrain disebabkan pengetatan spontan pembuluh darah di otak yang menciptakan kekurangan oksigen di wilayah otak tertentu.

Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit. Bahkan, penelitian yang telah dilakukan belum cukup menjelaskan apa yang terjadi. Kemungkinan pemicunya adalah lingkungan (cahaya, kebisingan) atau kepekaan makanan (coklat) atau genetik (keturunan), namun masih sulit menentukan penyebab pastinya.

Studia ini juga menemukan penderita migrain cenderung terkena stroke. Otak penderita nampaknya sangat sensitif dan pada kasus berat, pasien harus minum obat secara teratur untuk mengontrol migrain supaya otak dapat berfungsi.

Penelitian juga menunjukkan penderita tak seharusnya berhenti berobat untuk memastikan migrain penderita mendapat perawatan. Saat ini, banyak obat yang dapat menghentikan dan mencegah migrain, tapi banyak orang tidak mau minum obat tiap hari.

Inggris Produksi Ponsel Yang Bisa Deteksi Penyakit Seks


Sejumlah ahli medis dan teknologi Inggris mengembangkan prototipe ponsel yang diklaim mampu mendeteksi penyakit kelamin yang menular.

Deteksi ini dilakukan dengan memeriksa sampel urin atau air liur individu yang dicurigai terjangkit STD atau penyakit menular seksual. Pemeriksaan dilakukan menggunakan chip USB khusus yang dihubungkan ke ponsel atau PC.

Dalam beberapa saat akan terlihat hasil apakah urin dan air liur itu terjangkit. Diagnosa dapat menunjukkan apakah terjangkit penyakit seksual, seperti klamidia atau gonore atau tidak.

Ponsel yang terhubung jaringan internet itu akan memberitahu cara pengobatannya, kata Dr Tariq Sadiq dari University of London seperti dikutip dari Guardian.

Menurut Sadiq, warga Inggris membutuhkan ponsel dengan kemampuan ini untuk mendiagnosa. Ponsel ini dibutuhkan untuk mengatasi peningkatan epidemi infeksi penyakit seksual menular yang terus mengancaman, kata Sadiq.

Inggris merupakan salah satu negara terburuk dalam hal kehamilan remaja dan penykit kelamin di Eropa barat, kata Sadiq. Ahli kesehatan seksual berharap ponsel ini dapat membantu mengurangi naiknya jumlah penyakit seksual selama 10 tahun terakhir di mana tahun lalu mencapai 482.696 kasus.

Sunday, November 7, 2010

Pengaruh Gelang Power Balance Terhadap Kesehatan


Tiap kali bermain futsal, Toni, 27 tahun, tak pernah lupa memakai gelang power balance hitam miliknya. Bila memakai gelang karet berhologram itu dia merasa performanya menendang dan berlari di lapangan futsal meningkat.

"Jadi kelihatan jago juga di antara teman yang lain," ujar pengacara muda ini saat berbincang dengan Tempo, Dia pun merasa tak sia-sia mengeluarkan uang Rp389 ribu demi gelang tersebut.

Selain Toni, ada juga Odi. Sebelum menjadi tren, Odi telah memiliki gelang ini. Meski buatan Cina, gelang power balance yang dia beli dengan harga Rp150 ribu lumayan ada pengaruhnya. "Asal rajin olah raga ada manfaatnya," kata pria 26 tahun ini.

Dalam beberapa bulan belakangan, gelang power balance jadi tren. Di mal-mal, sekolah, tempat futsal, bahkan kantor-kantor kita kerap melihat orang yang mengenakan gelang karet ini. Warnanya beragam, ada hitam, putih, hijau, pink. Satu gelang power balance yang orisinil bisa mencapai Rp450 ribu.

Gelang Power Balance memang bukan sembarang gelang. Gelang ini diklaim bisa meningkatkan, koordinasi, kekuatan, kelenturan dan daya tahan tubuh. Untuk penggunaan sehari hari, power balance juga terbukti meningkatkan kualitas tidur. Konon hologram di gelang itu didesain untuk beresonansi dengan medan biologis tubuh, energi dalam atau chi sehingga meningkatkan efisiensi sistem elektronik, kimia, dan organik tubuh anda.

Sejumlah atlet dunia juga memakai gelang ini. Sebut saja, Cristiano Ronaldo, David Beckham, Shaquille O'Neal bahkan pembalap Formula 1 Rubens Barichello.

Apakah benar gelang itu berpengaruh dan ada manfaatnya? menurut dokter spesialis olahraga dr. Michael Triangto SpKO dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo belum ada penelitian soal gelang tersebut. “Belum pernah tahu apakah ada penelitian soal ini,” kata dia.

Hanya saja, sesuai pengalaman dia menangani atlet bulu tangkis, sekitar tiga tahun lalu atlet bulu tangkis banyak yang memakai gelang logam. Gelang itu dipercaya bisa meningkatkan kemampuan seseorang. “Atlet bulu tangkis Malaysia dulu juga pakai,” kata Michael. Namun kini jarang yang memakai gelang seperti ini. “Yang pakai banyakan atlet atlet baru. Kalau atlet lama sudah ga ada yang pakai,” kata dia.

Michael menjelaskan, gelang seperti itu bisa bekerja karena adanya medan magnet. Tubuh manusia, mayoritas terdiri dari cairan. Di dalam cairan, terdapat ion, bisa ion negatif atau ion positif. Medan magnet dalam gelang ini, bisa mempengaruhi ion tubuh. Dengan adanya medan magnet ini, maka tubuh bisa terpengaruh dan jadi stabil. “Kestabilan ini yang dirasakan sebagai manfaat pemakainya,” kata dia. Bahkan ada pemakai yang merasa lebih kuat usai memakai gelang ini.

Menurut Michael pengaruh ini tak akan berlangsung lama. “Karena kekuatan otot itu hanya jangka pendek,” kata dia. Dalam dunia olah raga dikenal latihan sistem anerobik. Latihan ini bisa menyebabkan otot jadi lebih kuat berlipat lipat. “Tapi habis itu, bisa pegal,” kata dia.

Namun jika dipakai jangka waktu yang lama, kata Michael, tak ada gunanya. Pasalnya, usai ion tubuh mencapai kestabilan, maka tak ada kestabilan baru yang muncul, alias tak ada perubahan lagi. Berapa lama kestabilan ion tubuh seseorang tercapai? “Tiap orang beda beda,” kata dia. Jika dipakai gelang semacam ini dipakai dalam jangka waktu lama tak ada efek negatifnya, tapi juga tak ada gunanya.

Sumber: Tempointeraktif.com