Gangguan psikosomatik adalah salah satu gangguan jiwa yang paling umum ditemukan dalam praktek umum, istilah ini terutama digunakan untuk penyakit fisik yang disebabkan atau diperburuk oleh faktor kejiwaan atau psikologis. Beberapa penyakit fisik dianggap sangat rentan diperburuk oleh faktor mental seperti stres dan kecemasan, di antaranya gangguan kulit, muscoskeletal (otot, sendi dan saraf), pernafasan, jantung, kemih, kelenjar, mata dan saraf.
Beberapa orang juga menggunakan istilah gangguan psikosomatik ketika faktor kejiwaan menyebabkan gejala fisik, tetapi penyakit fisiknya sendiri tidak ada (tidak dapat dijelaskan secara medis).
Salah satu penjelasan psikosomatik adalah bahwa emosi negatif mempengaruhi sistem otonom tubuh, hormon dan kekebalan terhadap beberapa penyakit. Depresi, kemarahan, dan isolasi sosial berkontribusi terhadap penyakit jantung. Stres di sisi lain, mempengaruhi asma, gangguan pencernaan dan banyak penyakit fisik lainnya.
Penelitian terbaru terus mengkonfirmasi peran faktor-faktor psikologis dalam penyakit jantung, john Hopkins University telah menemukan bahwa mahasiswa kedokteran yang mengungkapkan atau menyembunyikan kemarahan mereka, mudah marah, dan menggerutu tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit jantung awal dan lima kali lebih berpeluang untuk mendapat serangan jantung dibandingkan teman sekelas mereka yang lebih tenang.
Dalam praktek, para dokter semakin mengakui adanya keterkaitan antara faktor-faktor psikologis dengan penyakit fisik. Kenyataannya, diperkirakan sekitar 30% keluhan fisik yang ditangani dokter di ruang praktek terkait dengan masalah psikologis. Banyak dokter kini berusaha memahami masalah pasien secara keseluruhan. Hal ini berarti mempertimbangkan baik faktor-faktor fisik maupun mental pasien.
Dengan melakukan hal ini, bukan berarti bahwa dokter meremehkan atau mengabaikan penyakit fisik. Banyak pasien psikosomatik yang merasa bahwa keluhan mereka dianggap remeh oleh dokter. Mereka percaya bahwa dokter menganggap sakitnya hanyalah karena tekanan pikiran, dokter selalu berusaha untuk mengobati penyakit fisik dengan perawatan medis yang sesuai bila diperlukan. Tapi dia juga perlu memahami lebih lanjut apa yang menyebabkan penyakit itu.
Hal ini pada gilirannya akan membantu memahami penyakitnya lebih baik. Kadang-kadang, pasien merasa lebih sehat hanya karena keluhan-keluhannya didengarkan oleh dokter.
Pasien yang diberi kesempatan untuk berbicara tentang perasaan dan emosinya juga lebih memahami diri dan penyakit mereka, mereka bisa mengetahui bahwa langkah-langkah untuk mengelola stres dapat membantu menghilangkan keluhan fisik yang dirasakan.
Pencegahan gangguan psikosomatik merupakan bentuk pelayanan, yang akan membantu pasien dan keluarga dalam menurunkan faktor risiko terhadap penyakit. Menurut Potter, et all (1989) dalam Rasmun (2004) menjelaskan, beberapa strategi dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan psikosomatik.
Pertama, membangun kebiasaan baru (misalnya seorang ibu yang memutuskan berhenti bekerja untuk mengurus anaknya, akhirnya merasa bosan lantaran tak ada kegiatan ketika anak–anaknya dewasa). Kedua, menghindari perubahan sebagai upaya yang dilakukan untuk tidak melakukan perubahan yang tidak perlu atau dapat ditunda.
Ketiga, menyediakan waktu tertentu atau membatasi waktu untuk memfokuskan diri beradaptasi dengan stressor (penderita stress). Keempat, pengelolaan waktu berguna untuk seseorang yang tidak dapat mengerjakan berbagai hal dalam waktu yang bersamaan.
Kelima, memodifikasi lingkungan. Mengatakan tidak secara tegas terhadap sesuatu yang tidak mungkin, merupakan cara lain dalam mengurangi kecemasan atau perasaan tidak menyenangkan. Juga mengurangi respon fisiologis terhadap stress, seperti latihan olahraga teratur, memperbaiki nutrisi dan diet, istirahat. Tetapi sebaliknya, tetap perlu meningkatkan respon perilaku dan emosi terhadap stress. Serta memanfaatkan sistem pendukung (keluarga dan teman).
Dokter selalu berusaha untuk mengobati penyakit fisik dengan perawatan medis yang sesuai bila diperlukan, namun dia juga perlu memahami lebih lanjut penyebabnya. Hal ini pada gilirannya akan membantu memahami penyakitnya lebih baik, baik untuk dokter sendiri maupun penderita dan keluarganya.
Saya menjadi lebih tenang jika berkonsultasi kepada dokter, atas stress yang membuat kepala saya sering sakit. Apalagi setelah mendapatkan penjelasan mengenai jenis penyakit yang saya rasakan, juga solusi untuk mengatasinya, tutur Ines Syara (17 tahun).
Pasien yang diberi kesempatan berbicara tentang perasaan dan emosinya, juga akan lebih memahami diri dan penyakit mereka. Mereka bisa mengetahui, langkah-langkah untuk mengelola stress dapat membantu menghilangkan keluhan fisik yang dirasakan.
Sumber : http://doktersehat.com/
No comments:
Post a Comment