Sunday, October 3, 2010

GANGGUAN KRONIS PADA MATA ATAU Macular degeneration

DEFINISI
Macular degeneration merupakan gangguan kronis pada mata yang ditandai oleh kemunduran jaringan pada bagian mata yang bertanggung jawab pada pusat penglihatan. Kemunduran ini terjadi di macula, yang terletak di pusat retina.

Macular degeneration tidak menyebabkan kebutaan total, tapi akan mengurangi kualitas penglihatan dengan panglihatan yang kabur atau menyebabkan titik buta di bagian tengah penglihatan.

Macular degeneration cenderung terjadi pada mereka yang berusia 50 tahun ke atas. Dry macular degeneration adalah kemunduran pada jaringan mata yang tidak disertai pendarahan.

GEJALA
Dry macular degeneration biasanya terjadi secara bertahap dan tidak menimbulkan rasa sakit. Anda mungkin akan mengalami gejala berikut pada penglihatan anda :

• Membutuhkan lebih banyak cahaya ketika membaca
• Sulit beradaptasi pada tempat dengan cahaya yang kurang
• Pandangan kabur
• Berkurangnya kemampuan melihat warna
• Sulit membedakan wajah orang lain
• Pandangan kabur atau kebutaan pada pusat penglihatan yang berkombinasi dengan hilangnya ketajaman penglihatan

Anda dapat mengalami penglihatan seperti bergoyang-goyang pada satu atau kedua mata untuk beberapa tahun. Anda mungkin tidak menyedari akan hal tersebut karena satu mata anda yang lain dapat menutupi kekurangan pada mata anda yang mengalami masalah. Akan tetapi hal ini akan memburuk apabila masalah tersebut mulai berefek pada kedua mata anda.


Penyebab & Faktor Risiko
Penyebab


Penyebab pasti dry macular degeneration tidak diketahui, tapi kondisi ini dapat terjadi seiring usia. Perubahan tersebut bukan terjadi pada sel macula - sel yang sensitif terhadap cahaya - akan tetapi pada retinal pigment epithelium (RPE) yang terdapat dibelakang retina.

Macula terdiri dari jutaan sel yang sensitif terhadap cahaya yang disebut cones dan rods. Cones dan rods memiliki dua segmen: segmen dalam mengatur fungsi sel dan produksi protein yang merespon cahaya, dan segmen luar menghantarkan dan menggunakan protein tersebut.

Saat menyerap cahaya, protein segmen luar berkurang dan bahkan bertumpuk. Sementara itu segmen dalam terus menyediakan pengganti untuk segmen luar. Salah satu fungsi sel RPE adalah untuk membuang segmen luar yang bertumpuk.

Seiring usia, sel di dalam RPE mulai berhenti berproduksi dan mulai hilang pigmennya. Sebagai akibatnya RPE menjadi hilang efisiensinya dalam membuang sisa-sisa pada segmen luar.

Berdasarkan progresnya, dry macular degeneration terdiri dari tiga tahap:
• Tahap awal. Terjadi penguningan pada macula di satu atau dua mata. Umumnya penglihatan tidak hilang pada tahap awal ini.

• Tahap menengah. Penguningan pada macula menjadi lebih banyak di satu atau kedua mata. Pada tahap ini pusat penglihatan mulai memudar dan anda akan membutuhkan cahaya lebih banyak untuk dapat membaca.

• Tahap parah. Penguningan pada macula menjadi lebih parah dan menyebabkan penurunan kualitas sel yang sensitif terhadap cahaya di macula. Area pudar pada pusat penglihatan menjadi lebih besar.


Faktor risiko

Faktor risiko dry macular degeneration adalah :
• Usia 60 tahun ke atas
• Sejarah keluarga dengan macular degeneration
• Wanita karena kecenderungan hidup lebih lama daripada laki-laki
• Merokok
• Obesitas
• Iris mata yang berwarna
• Terkena sinar matahari
• Kurang gizi
• Mengalami gangguan cardiovascular


Pencegahan

• Makan makanan yang mengandung antioksidan khsusnya sayuran berdaun hijau
• Mengkonsumsi suplemen antioksidan dan zat besi
• Makan ikan karena kaya dengan asam lemak omega 3
• Berhenti merokok
• Jaga kesehatan
• Berolahraga mata secara rutin

DITEMUKAN GEN YANG MENYEBABKAN PRIA MANDUL


Para ilmuwan berhasil mengungkap gen yang menjadi penyebab infertilitas yang tak bisa dijelaskan (unexplained) pada pria. Meski baru pada tahap awal, temuan ini diharapkan membantu dokter dalam menangani pria dengan kondisi tersebut.

Pada banyak kasus ketidaksuburan, para dokter sering gagal menemukan penyebab kemandulan pada pria. Namun, ketidaksuburan ini seringkali terjadi dalam sebuah keluarga sehingga para ahli menduga mungkin ada faktor genetik yang bertanggung jawab.

Dalam riset terbaru, para ahli meneliti gen NR5A1 yang memang terlibat dalam perkembangan seksual pada pria dan wanita. Ternyata ditemukan mutasi gen ini pada perkembangan testikel atau ovarium. Para ahli yakin, gangguan pada gen ini akan memengaruhi kemampuan seorang pria dalam memproduksi sperma.

"Kami menyimpulkan sekitar 4 persen pria yang mengalami unexplained infertilitas akibat gagal memproduksi sperma memiliki gen NR5A1 yang sudah bermutasi," kata para peneliti dalam laporannya.

Kriteria kesuburan pria berdasarkan keadaan spermanya menurut WHO antara lain memiliki 2-5 milimeter semen yang keluar dalam sekali ejakulasi. Dalam setiap milimeternya terdapat lebih dari 15 juta sel sperma. Sperma yang dibutuhkan untuk pembuahan adalah yang memiliki gerak lurus. Sperma yang tidak punya gerakan bagus akan keluar lagi bersama cairan mani.

KONTRASEPSI SPIRAL TUNDA KANKER RAHIM

Kontrasepsi spiral atau intrauterine device (IUD) memberikan harapan cerah bagi wanita. Berdasarkan hasil penelitian awal, IUD dapat mengantarkan sejumlah hormon ke rahim dan memperlambat atau menghambat perkembangan kanker rahim.

Salah seorang peneliti, Lucas Minig dari European Institute of Oncology di Milan, mengatakan, penemuan itu dapat dikembangkan dalam skala internasional. Dengan demikian, perempuan muda yang terkena penyakit tersebut memperoleh waktu untuk mendapatkan keturunan sebelum menjalani histerektomi sebagai langkah penyembuhan total.

Histerektomi menghilangkan kesempatan perempuan mendapatkan keturunan. Pemberian terapi hormon secara oral memang memperlambat perkembangan kanker, tetapi menimbulkan efek samping, seperti masalah kulit, mual, dan muntah-muntah.

Pengantaran hormon langsung ke area masalah dengan menggunakan spiral menghilangkan efek samping itu. Percobaan klinis pertama melibatkan 39 perempuan berusia 20-40 tahun dengan kanker rahim stadium awal. Tiap-tiap perempuan dipasangi IUD yang secara stabil mengalirkan hormon menyerupai progesteron guna menghentikan pertumbuhan kanker.

Mereka juga mendapatkan injeksi gonadotropin-releasing hormone (GnRH) sekali sebulan selama enam bulan. Terapi itu dilakukan satu tahun. Jika kanker tidak bertumbuh lagi, dilakukan histerektomi.

Bagi yang masih menginginkan keturunan, mereka diberikan kesempatan terlebih dahulu sebelum dilakukan pembedahan. Hasilnya, semua pasien itu hidup dan sehat. Sembilan di antaranya sukses mempunyai keturunan

IBU HAMIL YANG KURANG TIDUR BERESIKO PREEKLAMPSIA


Meskipun insomnia pada ibu hamil tergolong normal, namun sebaiknya tidak dibiarkan menjadi kebiasaan. Pasalnya ibu hamil yang kurang tidur beresiko mengalami pre-eklampsia atau komplikasi dari penyakit darah tinggi.

Ibu hamil yang tidur kurang dari enam jam di malam hari pada tri semester pertama kehamilan memiliki tekanan darah sistolik 4 mm/Hg lebih tinggi dibanding wanita yang tidur lebih dari 7 jam. Kurangnya waktu tidur juga akan menyebabkan risiko terkena pre-eklampsia sembilan kali lebih tinggi.

"Secara umum ibu hamil butuh tidur 7-9 jam setiap hari. Kurang dari waktu tersebut bisa berdampak pada kesehatannya," kata Michelle Williams, peneliti dari Center for Perinatal Studies di Swedish Medical Center, Seattle, Amerika Serikat.

Penelitian yang dilakukan Williams dan timnya ini melibatkan 1.272 wanita hamil dalam penelitian antara tahun 2003-2006. Seluruh responden melaporkan gaya hidup mereka, termasuk pola tidur.

Dari hasil penelitian diketahui durasi tidur tidak banyak berpengaruh pada kondisi kehamilan di saat tri semeseter pertama dan kedua kehamilan. Namun, di tri semester terakhir terjadi peningkatan tekanan darah tinggi sekitar 3,72 mm/Hg lebih tinggi pada ibu hamil yang tidur kurang dari 6 jam setiap malam.

Tekanan darah tinggi pada ibu hamil harus diwaspadai karena merupakan gejala preeklampsia. Selain hipertensi gejala khas preeklampsia lainnya adalah pembengkakan anggota tubuh dan adanya protein dalam air seni ibu. Preeklampsia tidak bisa dianggap ringan karena merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kehamilan.