Banyak pasien beranggapan sembuh setelah menjalani perawatan di rumah sakit dan di rumah. Mereka mengira tidak bakal terkena stroke lagi. Sebab, berbagai terapi sudah dilakoni. Misalnya, bila ada perdarahan di otak, sudah dikerjakan operasi evakuasi perdarahan; atau dilakukan clipping aneurysm jika ada aneurisma yang pecah.
Lalu, diberi terapi obat-obatan pengencer darah bila terjadi stroke nonhemoragik. Kemudian andai kata terkena kelumpuhan, pasien bisa sembuh setelah menjalani fisioterapi atau rehabilitasi medis. Mereka berpikiran bisa berbuat apa saja, mulai dari mengonsumsi makanan hingga ke pola hidup.
Kecenderungan pasien seperti itu tidak hanya terjadi di Indonesia. Di dunia juga demikian. Hal tersebut didukung oleh studi Profesor Alexandre Croquelois dan Julien Bogousslaysky. Kedua peneliti pada Centre Hospitalier Universitaitre Vaudois, Lausanne, Swiss, menyurvei 286 pasien stroke yang bertahan hidup. Mereka ditanya riwayat penyakit, gejala yang dialami, dan kebiasaan.
Tapi, peneliti sama sekali tidak memberitahu mengenai bahaya penyakit tersebut. Setelah ditanya, 66 persen dari 286 pasien mengidap hipertensi, 24 persen perokok berat, 16 persen punya riwayat diabetes, dan 62 persen berkolesterol tinggi. Meski sudah punya penyakit tersebut, sebanyak 65 persen dari 286 pasien tadi tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit-penyakit tersebut.
Lalu ada 13 persen pasien yang tahu soal itu, tapi tidak terlalu memedulikan. Yang menyedihkan banyak pasien yang punya pengetahuan soal penyakit dan kebiasaan itu, namun tidak tahu kalau penyakit itu bisa membuat pasien terkena stroke.
Misalnya, 75 persen pasien juga merokok, tapi mengaku tak paham kalau merokok juga bisa memicu stroke. Begitu juga penderita stroke yang punya sejarah diabetes. Hanya 16 persen yang sadar kalau diabetes ikut berperan terhadap stroke. Sedangkan dari 59 persen pasien yang punya tensi tinggi, hanya 41 persen yang memahami akan bahaya hipertensi terhadap stroke.
Tingkat kesadaran yang rendah inilah dikhawatirkan bisa memicu terulangnya kembali stroke. Bila itu terjadi lagi, serangan stroke akan lebih ganas dan berat.Tidak sedikit pasien yang tak dapat diselamatkan jiwanya karena stroke kedua. Beberapa riset menunjukkan, 20 persen pasien stroke akan meninggal dalam sebulan setelah serangan pertama bila terkena stroke berulang.
Sisanya masih bertahan hidup, tetapi yang meninggal dunia lima tahun kemudian gara-gara stroke berulang sebesar 9 persen. Risiko itu juga terjadi pada penderita transient ischemic attack (TIA). Karena itu, pasien dan keluarga harus memerhatikan beberapa faktor risiko yang dipunyai pasien. Beberapa faktor risiko itu antara lain sebagai berikut:
A. Hipertensi.
Hipertensi merupakan faktor risiko yang banyak dialami penderita stroke. Berdasarkan data, stroke yang disebabkan oleh hipertensi di rumah sakit mencapai 73,9 persen.
B. Kolesterol.
Kolesterol dibutuhkan oleh manusia. Kolesterol berfungsi sangat penting, yaitu membungkus serabut saraf dan memelihara dinding sel. Kolesterol adalah salah satu bahan untuk menghasilkan vitamin D, hormon, dan enzim pencernaan.
Referensi
Stroke??? Sebaiknya anda tahu sebelum anda tersera
Oleh Alfred Sutrisno, Dr, Sp.BS
No comments:
Post a Comment