Memiliki anak memang sebuah anugerah bagi pasangan muda. Tapi, bisa jadi bencana kalau mereka tidak siap menghadapi segala kerepotan yang ada. “Saya sering sekali bertemu pasangan yang mengalami baby shock,” ujar Tina B. Tessina, Ph.D, konselor pernikahan dan penulis ‘How To Be a Couple and Still Be Free’.
Banyak pasangan muda yang tidak tahu apa yang mereka harus lakukan ketika mereka memiliki momongan. Mereka kerap kali tidak memikirkannya sebelumnya sehingga mereka kaget dengan beragam kerepotan yang muncul dari mengurus anak, bahkan banyak banyak pula ibu muda yang dilanda baby blue.
Untuk mengurangi risiko-risiko tersebut, berikat 5 saran yang bisa Anda lakukan sebelum memutuskan untuk memiliki anak.
1. Persiapkan tim yang kompak
Menikah langsung memiliki anak atau menundanya beberapa tahun untuk memiliki anak adalah pilihan Anda. Tapi, sebelum memutuskan untuk memiliki anak ada baiknya Anda memersiapkan tim yang kompak antara Anda dan pasangan.
Selain memersiapkan rencana-rencana yang matang dengan pasangan Anda, menikmati masa-masa berdua bisa menjadi pilihan untuk mengompakkan Anda dan pasangan sebagai tim. Berlibur bersama, menikmati seks, bersenang-senang dan mencoba hal-hal yang baru. Dijamin, Anda tidak akan menyesal setelah punya anak nantinya.
Tapi perlu diingat, tidak pernah ada waktu untuk Anda merasakan 100 persen siap untuk menjadi orang tua. Karenanya, ketika keinginan mulai muncul kenapa tidak dicoba. “Memiliki anak bukanlah akhir dari kehidupan Anda yang bahagia, justru Anda bisa mendapatkan kebahagiaan yang lainnya.”
2. Bermain dengan anak kecil
Untuk memersiapkan diri menjadi orang tua, beberapa pasangan muda mengambil pendekatan yang sedikit unik yakni mengasuh anak saudara atau teman selama satu hari atau pada akhir pekan. Selama masa penyesuaian itu, mereka menghabiskan waktu dengan anak di segala usia, bersenang-senang, dan mendapat pelajaran penting tentang bagaimana mengasuh anak dengan benar.
Meskipun mereka tidak melakukan apa yang dilakukan orang tua sebenarnya, berada di sekitar anak-anak bisa menjadi ide yang tepat untuk melatih diri Anda menjadi orang tua.
“Sangat mudah bersenang-senang dengan bayi selama 30 menit pertama, tapi apa yang Anda lakukan ketika mereka menjerit-jerit dan menangis sedangkan Anda harus mengasuh mereka. Sense orang tua inilah yang Anda cari selama pengasuhan.”
3. Ciptakan sistem pendukung
Kalau Anda tinggal dekat dengan orang tua dan sahabat, hal ini takkan menjadi masalah besar. Karena, mereka akan selalu ada ketika Anda memerlukan bantuan, dan nasihat.
Lain halnya jika Anda tinggal berjauhan. Sebelum memiliki anak, Anda harus membuat sistem pendukung seperti masuk ke dalam komunitas orang tua muda, atau bertetangga dengan orang yang sudah dianggap saudara.
“Semakin terisolasi mereka, semakin sulit tantangan menjadi orang tua yang akan mereka hadapi,” ujar John Evans, Ph.D., penulis ‘Marathon Dad: Setting a Pace that Works for Working Fathers’.
Jika terisolasi, masalah yang akan Anda hadapi nampak seperti tak berujung solusi. Menjadi orang tua baru memerlukan beragam masukan-masukan pengalaman dari mereka yang sudah terlebih dulu menjadi orang tua.
4. Dewasalah!
Memutuskan untuk menjadi orang tua di usia yang muda menunjukkan bahwa Anda sudah memiliki kedewasaan dan kesiapan untuk menjadi orang tua. Berbeda dari mereka yang masih ingin bersenang-senang berdua dengan pasangan.
Kedewasaanlah yang pada akhirnya akan membentuk stabilitas dalam rumah tangga. Jika semua itu sudah tercapai, memiliki anak tidak akan menjadi kesulitan yang berarti. Dan, selalu ingat bahwa selalu ada batas maksimal usia kesehatan bagi wanita.
5. Pekerjaan yang bersahabat
Baik pasangan pria maupun wanita, pastikan Anda memiliki pekerjaan yang bersahabat dengan keluarga sebelum Anda memiliki anak. Cari tahu tentang kebijakan cuti hamil, waktu yang fleksibel ketika Anda harus merawat anak Anda, apakah pekerjaan Anda dapat membuat posisi Anda sebagai orang tua seimbang dengan pekerjaan Anda.
Jangan lupa untuk memikirkan prioritas karier individual Anda dan tujuan hidup Anda. “Jika Anda menempatkan karier sebagai prioritas utama, dan Anda belum siap menempatkan keluarga sebagai prioritas utama, maka Anda belum benar-benar siap menjadi orang tua,” ujar Evans
No comments:
Post a Comment