BOTOX DAN MITOSNYA
Apa itu Botox?
Botox merupakan protein murni yang berasal dari bakteri Clostridium botulinium. Proses botox bukanlah proses surgical melainkan non-surgical –tidak melalui pembedahan. Botox merupakan bentuk perawatan yang secara temporal mengurangi kerutan baik yang ringan hingga berat, khususnya bagi mereka yang berusia 18 hingga 65 tahun. Injeksi botox dalam jumlah sedikit ke otot, akan memblokir sel saraf yang menginstruksikan otot untuk berkontraksi. Dengan intrusksi tersebut, secara temporal akan melemahkan otot wajah, menghapus garis-garis wajah yang tidak dikehendaki dan menghaluskan serta mengeliminasi kerutan dari wajah selama beberapa bulan.
Banyak orang masih awam tentang botox, dan berpersepsi buruk pada orang-orang yang melakukan suntik botox. Berikut ini bahasan mengenai mitos botox dan fakta sebenarnya.
Mitos 1 : Botox = Sakit
Banyak orang beranggapan bahwa melakukan suntik botox itu sakit dan menyiksa. Yang perlu Anda ketahui, proses botox meliputi penginjeksian atau penyuntikan pada beberapa area wajah. Dan tidak memerlukan obat bius. Botox dilakukan oleh tenaga profesional, seorang dokter yang menangani proses ini biasanya menggunakan cream atau ice pack agar pasiennya merasa nyaman. Sebelum Anda melakukan botox, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, tentang ketakutan Anda pada jarum misalnya, karena mereka (red:dokter) akan memberikan penjelasan yang lebih mendalam untuk meredakan ketakutan Anda.
Mitos 2: Botox membuat wajah kaku tanpa ekspresi
Otot wajah memiliki keseimbangan satu sama lain. Apabila botox diinjeksikan dalam jumlah yang berlebihan, maka akan menyebabkan otot wajah untuk berekspresi menjadi inaktif –yang berarti mitos benar. Namun, apabila keseimbangan otot-otot yang mengatur ekspresi wajah masih terjaga keseimbangannya –dengan injeksi botox dosis ringan pada otot tertentu, Anda akan memperoleh kulit wajah yang halus dan bebas keripun tanpa harus takut wajah menjadi kaku tanpa ekspresi.
Mitos 3 : Siapapun dapat menangani proses botox
Botox tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, kecuali tenaga yang benar-benar ahli dan berpengalaman, termasuk ahli bedah dan dermatologist atau ahli kulit dengan latar belakang pendidikan yang sudah teruji serta memiliki perlengkapan medis untuk proses botox yang layak.
Mitos 4 : Berhenti melakukan botox akan membuat Anda berbeda dari sebelumnya
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, botox memiliki efek temporal bukan permanen. Efek dari botox hanya akan bertahan selama kurang lebih 4 bulan. Saat Anda tidak melakukan botox lebih dari 4 bulan, maka kondisi wajah akan kembali seperti semula –saat sebelum melakukan perawatan botox.
Mitos 5 : Botox tidak ditujukan untuk pria
Tidak ada aturan yang melarang seorang pria untuk melakukan botox. Menjaga keremajaan kulit bukan hanya kebutuhan wanita, pria pun penting untuk melakukannya, terutama mereka yang bekerja di lingkungan profesional. Untuk saat ini, pria berkontribusi 10% dari total kesuluruhan perawatan botox, dan jumlah tersebut terus meningkat.
Mitos 6 : Keracunan Akibat Botox
Untuk kepentingan kosmetik, dalam sekali perawatan seorang pasien normalnya menerima dosis 20-70 unit botox. Dalam jangka waktu panjang, tubuh akan secara alami kebal terhadap botox. Inilah kenapa botox memiliki efek sementara atau temporal. Penggunaan botox dengan dosis tinggi akan sangat membahayakan. Dosis penggunaan botox yang dapat mematikan yakni 2800 unit. Untuk masalah keriput dan garis wajah dosis botox yang digunakan adalah 100 unit.
Mitos 7 : Botox adalah racun dan berbahaya penggunaannya dalam kosmetik
Pernyataan tentang mitos diatas adalah tidak benar. Faktanya, botox termasuk resep medis. Botox juga merupakan obat yang paling banyak diteliti di dunia dan jutaan orang telah menggunakannya. Namun, penggunaan botox harus dikontrol oleh spesialis. Dalam jumlah micro, racun botulinum tipe A akan memberikan dampak yang baik khususnya bagi wajah, masseter hypertrophy, hyperhidrosis, dan lain lain. Dalam satu botol botox telah dibersihkan dari racun, sehingga tidak berbahaya.
Mitos 8 : Botox memiliki efek samping yang serius
Dari sekian banyak penelitian yang telah dilakukan tentang botok, botox telah terbukti aman dan diterima untuk pengobatan medis dan penggunaan dalam kosmetik. Khususnya untuk perawatan wajah, efek samping dari botok bisa dibilang sangat minimal –disamping bekas suntikan. Bekas suntikan biasanya akan menimbulkan bekas, pada area yang diinjeksi, namun akan segera kembali seperti semula. Apabila Anda ingin menggunakan botox untuk pengobatan, konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu, tentang manfaat dan resikonya, sehingga Anda tidak menerima informasi yang salah.
Note : Bagi Anda yang sedang hamil atau menyusui sebaiknya tidak menggunakan botox.
Mitos 9: Botox dapat menyebabkan botulism (keracunan makanan)
Botox terbuat dari protein yang dimurnikan. Bagian yang berbahaya telah dihilangkan dalam proses pemurnian, dan yang tersisa adalah kandungan proteinnya. Dan juga, botox tidak akan menyebabkan keracunan atau botulism apabila digunakan sesuai dosis yang direkomendasikan.
Mitos 10: Perawatan botox hanya dapat dilakukan satu kali
Perawatan botox dapt dilakukan selama tubuh Anda masih memberikan respon. Pada kebanyakan kasus, setiap treatment atau perawatan botox dapat bertahan hingga 3-4 bulan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, dalam jangka panjang tubuh akan kebal, dan respon terhadap akan berkurang, sehingga manfaatnya akan berkerja tidak efektif. Namun, dokter akan melakukan 3 hal untuk menjaga respon tubuh Anda terhadap botox, yakni :
- Memberikan dosis paling rendah misal dosis normal botox berkisar antara 20-70, untuk menjaga respon jangka panjang bagi tubuh Anda, maka Anda diberi dosis 20 unit.
- Menentukan waktu yang tepat sebelum melakukan injeksi kembali.
- Dokter akan menyarankan Anda untuk berhenti melakukan botox apabila terjasi alergi serius atau efek samping serius lainnya.
Mitos 11 : Botox hanya digunakan untuk kepentingan kosmetik.
Disamping untuk menghaluskan kulit dan menghilangkan kerutan, botox memiliki fungsi lain khususnya medis. The Food and Drud Administration [FDA], USA telah menyetujui penggunaan botox untuk :
- Cervical dystonia [CD]— sakit leher dan kejang
- Blepharospasm, atau eyelid spasms
- Strabismus
- Keringat berlebihan
Mitos 12: Banyak krim yang bekerjaa lebih baik daripada botox
Krim yang beredar dipasaran dengan embel-embel untuk menghaluskan kerutan dan garis pada wajah, hanya bekerja di luar. Lain dengan botox, botox menyerap ke dalam kulit dan bekerja hingga ke otot wajah yang notabene menyebabkan terbentukan garis wajah. Botox mencegah kontraksi pada otot, sehingga menyebabkan otot dalam kondisi relax atau relaksasi yang menyebabkan kulit tampak halus dan menghilangkan garis wajah.
sumber mitos
No comments:
Post a Comment