Wednesday, September 19, 2012

Hasrat Seksual Dipengaruhi Aroma Parfum

Hasrat Seksual Dipengaruhi Aroma Parfum

Kita hidup dikelilingi racun dari aroma. Mulai dari penyegar udara, lilin yang wangi, hingga pewangi toilet. Para penumpang di bus kota ataupun kereta juga memberikan aroma yang berbeda.

Angka terbaru menunjukkan bahwa tujuh dari 10 penyegar udara digunakan untuk menjaga rumah tetap segar.

Namun laporan terbaru menunjukkan bahwa produk wewangian itu bisa mempengaruhi kesehatan, menyebabkan alergi, asma, migrain, bahkan mengganggu hasrat seksual,

Menurut Mel Rosenberg, profesor mikrobiologi di Universitas Tel Aviv, dalam jangka panjang aroma buatan bisa mempengaruhi hasrat seksual. Wewangian bisa mengganggu aroma alami yang mempunyai daya tarik tersendiri.

"Selama ribuan tahun, kami telah menunjukkan aroma alami dari bunga dan hewan bisa menarik orang dan tampil lebih menarik secara seksual," katanya.

"Sekarang kita telah belajar bagaimana meniru bau alami yang identik dan menciptakan wewangian kimia yang jauh lebih murah".

Menurutnya, hadirnya parfum membuat orang jatuh cinta karena aroma buatan, bukan hormon alami yang dikeluarkan seseorang. Padahal hormon itu bisa membuat seseorang menjadi menarik. "Anda bisa jatuh cinta dengan seorang gadis karena aroma kondisioner rambut, bukan hormon alami darinya," ujarnya.

Aroma alami yang dimaksud itu seperti feromon yang bisa lebih dahsyat dalam menggoda gairah Anda dibanding parfum apapun. Efek feromon bisa menimbulkan perasaan rileks dan aura positif. Namun feromon hanya diproduksi dari keringat segar, bukan keringat yang telah lama mengendap.

"Kita harus memilih pasangan dengan bau alami. Itulah sebabnya secara tradisional kami menari dan berolahraga agar mendapatkan kita aroma alami," jelasnya.

Sementara itu, salah seorang ahli terkemuka menunjukkan hampir sepertiga orang yang mengalami gangguang kesehatan karena terkena aroma. Parfum atau produk yang beraroma memicu eksim dan dermatitis ketika terkena kulit.

Molekul dalam produk memicu respon imun, yang menyebabkan gatal, bersisik, kulit pecah-pecah. "Alergi mengalami peningkatan, dan jumlah produk wangi juga meningkat, "kata Dr Susannah Baron, konsultan dermatologis di RS Kent & Canterbury dan BMI Chaucer.

Pada Juli, Komite Ilmiah Keselamatan Konsumen Eropa meminta produsen parfum mencatumkan daftar alergen potensial dalam produk mereka, setelah ada laporan produk mereka memicu reaksi kulit.

Dan awal tahun ini, negara bagian New Hampshire melarang pekerja memakai parfum untuk melindungi rekan kerja mereka.

Dr Baron mengungkapkan orang yang eksim sangat rentan bila terkena parfum atau roduk yang berparfum seperti sampo, kondisioner, maupun sabun mandi. Tetapi mereka yang tidak alergi juga berisiko mengalami alergi karena wewangian.

"Anda bisa tiba-tiba alergi parfum dan produk perawatan yang sudah Anda gunakan selama bertahun-tahun," jelasnya.

Dan aroma yang kuat juga dapat menyebabkan sakit kepala. Menurut Dr Vincent Martin, seorang spesialis sakit kepala di University of Cincinnati College of Medicine, wewangian mengaktifkan sel-sel saraf hidung, merangsang sistem saraf yang berhubungan dengan nyeri kepala alias migrain.

Untuk meminimalkan risiko, penderita migrain disarankan untuk menuliskan semua aroma yang memicu penyakit itu di buku harian sehingga mereka dapat meminimalkan kontak.

Sementara itu, produk-produk seperti deodoran dan penyegar udara ringan yang mengandung bahan kimia juga dapat memicu serangan asma. Charity Asma Inggris mengatakan bahwa parfum bisa mengiritasi saluran udara pada penderita asma, menyebabkan masalah pernapasan.

Dr Stanley Fineman, dari Klinik Alergi dan Asma di Atlanta AS, mengatakan penderita asma sangat sensitif dan penelitiannya menunjukkan terjadinya perubahan dalam fungsi paru-paru bila terkena wewangian kimia tertentu.(Dailymail/MEL)-http://kesehatan.liputan6.com

No comments:

Post a Comment