NEURAL tube defects (NT-D) adalah cacat lahir akibat tidak sempurnanya pertumbuhan dan perkembangan sistem tabung saraf pada masa janin.
Cacat lahir ini dapat berupa tidak terbentuknya tulang tengkorak atau bahkan tidak menutupnya saraf tulang belakang. Masa kritis terjadinya NTD adalah pada hari ke-21 sampai dengan hari ke-27 kehamilan. Terdapat tiga jenis NTD, yaitu anencephaly, encephalocele, dan spina bifida. Anencephaly ditandai oleh tidak tertutupnya secara sempurna otak bayi oleh tulang tengkorak.
Kebanyakan kasus anencephaly berakhir dengan kematian beberapa jam setelah bayi dilahirkan. Encephalocele terjadi akibat adanya lubang pada tengkorak bayi yang melaluinya jaringan otak menonjol keluar.
Meskipun kebanyakan bayi yang menderita encephalocele meninggal segera setelah lahir atau mengalami keterbelakangan mental yang parah, dalam beberapa kasus, pembedahan untuk menutup lubang tengkorak dapat menyelamatkan nyawa bayi. Spina bifida adalah bentuk NTD yang paling lazim. Spina bifida terjadi akibat tidak menutupnya tulang belakang secara sempurna pada bulan pertama perkembangan janin.
Diperkirakan satu dari setiap 1.000 kelahiran mengalami NTD dalam berbagai bentuk. Setiap tahun terjadi 300.000-400.000 kasus NTD di seluruh dunia. Faktor penyebab NTD adalah genetik, lingkungan, atau interaksi genetik-lingkungan. Rendahnya asupan gizi pada masa perikonsepsi, berperan pada terjadinya NTD.
Masa Kritis
Pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf janin dimulai pada awal minggu ketiga kehamilan dan terus berlangsung sampai bayi siap dilahirkan. Pada minggu ketiga sudah mulai terbentuk cikal-bakal sistem saraf. Pada minggu keempat terbentuk gelembung-gelembung otak, yang merupakan cikal-bakal otak, yang sudah dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, yaitu proensefalon, mesensefalon, dan rombensefalon.
Pada minggu ini pula saraf-saraf spinal, yang akan menjadi saraf tulang belakang, sudah mengalami penebalan.
Secara umum, gangguan morfologis terjadi pada kurun waktu awal minggu ketiga sampai akhir minggu ketujuh masa hamil. Khusus untuk perkembangan sistem saraf pusat, masa kritis adalah rentang waktu antara awal minggu ketiga sampai hari pertama atau kedua minggu keenam masa hamil.
Vitamin B9 (asam folat dan folat) adalah vitamin yang larut dalam air dan termasuk kelompok vitamin B. Asam folat, bentuk yang paling stabil, banyak ditemukan pada produk vitamin suplemen dan pangan yang diperkaya vitamin. Secara alami, vitamin B9 terdapat dalam bentuk folat dalam beras, gandum, telur, buah, sayuran, atau daging.
Vitamin B berperan untuk memecah karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana untuk digunakan sebagai sumber energi. Bersama vitamin B12 dan vitamin C, vitamin B9 berperan dalam proses metabolisme protein. Proses ini penting untuk pembentukan sel, termasuk sel darah merah dan putih, pembedaan dan pertumbuhan sel, dan pembentukan asam deoksinukleat (DNA, deoxynucleic acid) dan asam ribonukleat (RNA, ribonucleic acid). Vitamin B9 bertindak sebagai koenzim pada proses sintesa DNA dari prekur-sornya.
Vitamin B9, bersama-sama dengan vitamin B6 dan B12, juga berperan pada pembentukan asam amino metionin dan sistein dari homosistein. Proses ini dapat menjaga kadar homosistein da-lam darah tetap normal.
Kadar homosistein darah yang tinggi berkaitan dengan pening-katan risiko penyakit degeneratif (penyakit jantung dan osteoporosis). Kekurangan vitamin B9 dapat terjadi karena berbagai sebab. Kurangnya asupan pangan yang mengandung vitamin B9 adalah penyebab utama kekurangan vitamin B9. Selain itu, gangguan penyerapan dalam usus (misalnya, karena konsumsi alkohol yang tinggi) dapat mengurangi suplai vitamin B9. Pembelahan sel yang terjadi dengan cepat pada masa hamil akan mening-katkan kebutuhan vitamin B9.
Cara yang paling baik untuk memenuhi kecukupan vitamin B9 adalah mengonsumsi makanan yang beraneka ragam secara seimbang. Pada keadaan tertentu, misalnya sedang hamil atau menderita penyakit kanker, diperlukan suplemen vitamin B9. Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG, 1998), kecukupan gizi vitamin B9 untuk ibu hamil adalah sebanyak 300 mg per hari.
Sebanyak 95 persen bayi yang menderita NTD dilahirkan oleh oleh ibu yang tidak memiliki riyawat penyakit ini. Hal ini membuktikan bahwa faktor lingkungan (misalnya gizi) sangat berperan pada terjadinya NTD. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan peranan vitamin B9 dalam mencegah NTD. Pada tahun 1987 Yates dan para koleganya menemukan bahwa ibu-ibu yanag melahirkan bayi yang menderita NTD memiliki taraf vitamin B9 pada sel darah merah yang rendah.
Pada tahun 1981, Laurence dan kawan-kawan, melalui suatu studi pemberian suplemen vitamin B9 kepada ibu hamil yang pernah melahirkan bayi NTD di South Wales, me-nunjukkan bahwa pemberian vitamin B9 sebanyak 4000 mg per hari dapat mengurangi kasus NTD sebesar 50 persen.
Beberapa studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin B9 sebanyak 400 mg pada masa perikonsepsi dapat mengurangi risiko NTD sebesar 50 persen atau lebih. Pada tahun 1991, US Medical Research Council mem-publikasikan hasil penelitian pemberian suplemen vitamin B9 kepada ibu hamil yang memiliki riwayat NTD. Penelitian itu me-mbuktikan bahwa pemberian vitamin B9 megadosis (4000 mg/hari) dapat mengurangi kejadian NTD sebesar 70 persen. Pene-litian di Inggris juga menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin B9 kepada ibu hamil yang pernah melahirkan bayi NTD dapat menurunkan kasus NTD sebesar 70 persen.
Atas dasar hasil penelitian tersebut, The American Academy of Pediatrics mendukung rekomendasi US Public Health Service kepada ibu hamil untuk mengonsumsi 400 mg vitamin B9 per hari. Khusus untuk ibu hamil yang memiliki riwayat NTD, mereka disarankan untuk me-ngonsumsi 4000 mg per hari pada masa perikonsepsi, tentunya dengan petunjuk dokter atau ahli gizi.
Cacat lahir ini dapat berupa tidak terbentuknya tulang tengkorak atau bahkan tidak menutupnya saraf tulang belakang. Masa kritis terjadinya NTD adalah pada hari ke-21 sampai dengan hari ke-27 kehamilan. Terdapat tiga jenis NTD, yaitu anencephaly, encephalocele, dan spina bifida. Anencephaly ditandai oleh tidak tertutupnya secara sempurna otak bayi oleh tulang tengkorak.
Kebanyakan kasus anencephaly berakhir dengan kematian beberapa jam setelah bayi dilahirkan. Encephalocele terjadi akibat adanya lubang pada tengkorak bayi yang melaluinya jaringan otak menonjol keluar.
Meskipun kebanyakan bayi yang menderita encephalocele meninggal segera setelah lahir atau mengalami keterbelakangan mental yang parah, dalam beberapa kasus, pembedahan untuk menutup lubang tengkorak dapat menyelamatkan nyawa bayi. Spina bifida adalah bentuk NTD yang paling lazim. Spina bifida terjadi akibat tidak menutupnya tulang belakang secara sempurna pada bulan pertama perkembangan janin.
Diperkirakan satu dari setiap 1.000 kelahiran mengalami NTD dalam berbagai bentuk. Setiap tahun terjadi 300.000-400.000 kasus NTD di seluruh dunia. Faktor penyebab NTD adalah genetik, lingkungan, atau interaksi genetik-lingkungan. Rendahnya asupan gizi pada masa perikonsepsi, berperan pada terjadinya NTD.
Masa Kritis
Pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf janin dimulai pada awal minggu ketiga kehamilan dan terus berlangsung sampai bayi siap dilahirkan. Pada minggu ketiga sudah mulai terbentuk cikal-bakal sistem saraf. Pada minggu keempat terbentuk gelembung-gelembung otak, yang merupakan cikal-bakal otak, yang sudah dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, yaitu proensefalon, mesensefalon, dan rombensefalon.
Pada minggu ini pula saraf-saraf spinal, yang akan menjadi saraf tulang belakang, sudah mengalami penebalan.
Secara umum, gangguan morfologis terjadi pada kurun waktu awal minggu ketiga sampai akhir minggu ketujuh masa hamil. Khusus untuk perkembangan sistem saraf pusat, masa kritis adalah rentang waktu antara awal minggu ketiga sampai hari pertama atau kedua minggu keenam masa hamil.
Vitamin B9 (asam folat dan folat) adalah vitamin yang larut dalam air dan termasuk kelompok vitamin B. Asam folat, bentuk yang paling stabil, banyak ditemukan pada produk vitamin suplemen dan pangan yang diperkaya vitamin. Secara alami, vitamin B9 terdapat dalam bentuk folat dalam beras, gandum, telur, buah, sayuran, atau daging.
Vitamin B berperan untuk memecah karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana untuk digunakan sebagai sumber energi. Bersama vitamin B12 dan vitamin C, vitamin B9 berperan dalam proses metabolisme protein. Proses ini penting untuk pembentukan sel, termasuk sel darah merah dan putih, pembedaan dan pertumbuhan sel, dan pembentukan asam deoksinukleat (DNA, deoxynucleic acid) dan asam ribonukleat (RNA, ribonucleic acid). Vitamin B9 bertindak sebagai koenzim pada proses sintesa DNA dari prekur-sornya.
Vitamin B9, bersama-sama dengan vitamin B6 dan B12, juga berperan pada pembentukan asam amino metionin dan sistein dari homosistein. Proses ini dapat menjaga kadar homosistein da-lam darah tetap normal.
Kadar homosistein darah yang tinggi berkaitan dengan pening-katan risiko penyakit degeneratif (penyakit jantung dan osteoporosis). Kekurangan vitamin B9 dapat terjadi karena berbagai sebab. Kurangnya asupan pangan yang mengandung vitamin B9 adalah penyebab utama kekurangan vitamin B9. Selain itu, gangguan penyerapan dalam usus (misalnya, karena konsumsi alkohol yang tinggi) dapat mengurangi suplai vitamin B9. Pembelahan sel yang terjadi dengan cepat pada masa hamil akan mening-katkan kebutuhan vitamin B9.
Cara yang paling baik untuk memenuhi kecukupan vitamin B9 adalah mengonsumsi makanan yang beraneka ragam secara seimbang. Pada keadaan tertentu, misalnya sedang hamil atau menderita penyakit kanker, diperlukan suplemen vitamin B9. Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG, 1998), kecukupan gizi vitamin B9 untuk ibu hamil adalah sebanyak 300 mg per hari.
Sebanyak 95 persen bayi yang menderita NTD dilahirkan oleh oleh ibu yang tidak memiliki riyawat penyakit ini. Hal ini membuktikan bahwa faktor lingkungan (misalnya gizi) sangat berperan pada terjadinya NTD. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan peranan vitamin B9 dalam mencegah NTD. Pada tahun 1987 Yates dan para koleganya menemukan bahwa ibu-ibu yanag melahirkan bayi yang menderita NTD memiliki taraf vitamin B9 pada sel darah merah yang rendah.
Pada tahun 1981, Laurence dan kawan-kawan, melalui suatu studi pemberian suplemen vitamin B9 kepada ibu hamil yang pernah melahirkan bayi NTD di South Wales, me-nunjukkan bahwa pemberian vitamin B9 sebanyak 4000 mg per hari dapat mengurangi kasus NTD sebesar 50 persen.
Beberapa studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin B9 sebanyak 400 mg pada masa perikonsepsi dapat mengurangi risiko NTD sebesar 50 persen atau lebih. Pada tahun 1991, US Medical Research Council mem-publikasikan hasil penelitian pemberian suplemen vitamin B9 kepada ibu hamil yang memiliki riwayat NTD. Penelitian itu me-mbuktikan bahwa pemberian vitamin B9 megadosis (4000 mg/hari) dapat mengurangi kejadian NTD sebesar 70 persen. Pene-litian di Inggris juga menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin B9 kepada ibu hamil yang pernah melahirkan bayi NTD dapat menurunkan kasus NTD sebesar 70 persen.
Atas dasar hasil penelitian tersebut, The American Academy of Pediatrics mendukung rekomendasi US Public Health Service kepada ibu hamil untuk mengonsumsi 400 mg vitamin B9 per hari. Khusus untuk ibu hamil yang memiliki riwayat NTD, mereka disarankan untuk me-ngonsumsi 4000 mg per hari pada masa perikonsepsi, tentunya dengan petunjuk dokter atau ahli gizi.
analisa/Dr. Albiner Siagian, M.Si
No comments:
Post a Comment