Anemia adalah suatu kondisi tubuh kekurangan kandungan Hemoglobin (sel darah merah) dalam darah. Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah. Hemoglobin ini bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke otak dan ke seluruh organ serta jaringan tubuh. Seperti kita ketahui bersama, oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi.
Hemoglobin juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas. Saat kadar hemoglobin rendah maka jumlah sel darah merah pun akan rendah akibatnya transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi.
Berdasarkan standar resmi WHO, seseorang dikatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 13 gram/dl untuk pria dan kurang dari 12 gram/dl untuk wanita. Anemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Ringan
Anemia disebut ringan jika kandungan Hb berada diantara 10-12 gram/dl. Gejalanya berupa badan sering merasa lemah, cepat lelah, letih, kurang energi, nafsu makan berkurang, gampang mengantuk dan mata berkunang-kunang bila bangkit berdiri dari duduk.
2. Sedang
Anemia dikatakan sedang jika kandungan Hb berada pada kisaran 8-10 gram/dl. Pada tingkatan ini penderita biasanya mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun dan detak jantung lebih cepat. Ciri paling umumnya adalah wajah, selaput lendir kelopak mata bagian bawah sebelah dalam, bibir, dan kuku tampak pucat atau tidak merah.
3. Berat
Anemia diklasifikasikan berat apabila kadar Hb berada di bawah 7 gram/dl. Pada keadaan ini fungsi sel sudah terganggu, penderita akan mengalami gangguan sesak nafas dan penderita harus memperoleh transfusi darah.
Apa Penyebab Anemia?
Terjadinya penurunan kadar Hb atau yang lazim disebut anemia disebabkan oleh adanya perdarahan misalnya pada kecelakaan, menstruasi, melahirkan ataupun perdarahan saat hamil. Selain itu beberapa gangguan sistem tubuh juga dapat menjadi penyebab anemia, diantaranya luka di lambung yang menyebabkan penyerapan sari-sari makanan menjadi terganggu sehingga tubuh kekurangan gizi terutama zat besi, vitamin B12 dan asam folat yang merupakan pembentuk sel darah merah.
Selain itu, gangguan produksi sel darah di sumsum tulang atau adanya kelainan di sumsum tulang sehingga tidak dapat memproduksi sel darah juga dapat menjadi penyebab kekurangan darah yang biasa disebut anemia aplastik. Tetapi, bila anemia terjadi akibat kekurangan zat besi, vitamin B12 dan asam folat disebut anemia defisiensi. Kurangnya hormon eritropoetin, suatu hormon yang merangsang pematangan sel darah merah dapat menjadi pemicu terjadinya anemia.
Selain itu, anemia juga dapat disebabkan faktor genetik yaitu adanya suatu antibodi tertentu di dalam tubuh yang menghancurkan sel darah merah sehingga terjadi anemia yang disebut anemia hemolitik.
Bagaimana Mengatasinya?
Anemia sering dianggap sebagai hal yang biasa. Padahal, jika kondisi ini dibiarkan bisa menjadi gangguan kesehatan yang lebih serius. Berdasarkan penyebabnya, anemia bukanlah suatu penyakit, tapi pertanda adanya penyakit tertentu. Untuk mengetahui apakah anemia yang diderita seseorang adalah gejala dari penyakit tertentu atau hanya kekurangan zat gizi tertentu, maka pemeriksaan haruslah dilakukan. Anemia biasanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap di laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Komponen pembentuk darah antara lain: sel darah merah (RBC), hematokrit, hemoglobin, sel darah putih (WBC), komponen sel darah putih dan trombosit/platelet. Terjadinya anemia dideteksi dengan menggunakan komponen sel darah merah, hematokrit dan hemoglobin.
Sel darah merah (RBC) merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya. Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada penghitungan sel darah merah, akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Bentuk sel darah merah pun dilihat di bawah mikroskop. Informasi mengenai jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah akan digunakan untuk mendiagnosa jenis anemia yang diderita berikut kemungkinan penyebabnya.
Nilai hematokrit merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan apakah jumlah sel darah merah terlalu tinggi, terlalu rendah atau normal. Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan seberapa banyak jumlah sel darah merah dalam satu mililiter darah. Perhitungan hematokrit dapat dilakukan dengan mengambil sampel darah pada jari tangan atau diambil langsung pada vena yang terletak pada lengan.
Selain dengan memeriksakan darah, upaya pencegahan tetap harus dilakukan agar anemia tidak muncul kembali. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya anemia, diantaranya:
- Makanlah makanan dengan kandungan tinggi asam folat dan B12 seperti ikan, susu, daging, kacang polong, sayur berwarna hijau tua, jeruk, dan sereal.
- Makanlah makanan yang bergizi seimbang
- Pada wanita hamil, sebaiknya diberikan suplemen asam folat
- Hindari paparan berlebihan terhadap bahan bakar (bensin), insektisida, zat kimia, dan zat toksik lainnya
- Hindari konsumsi alkohol
- Berhenti merokok
Bila hal-hal tersebut di atas dilaksanakan, mudah-mudahan anemia dapat terhindar.
No comments:
Post a Comment