"Obat targeted therapy selama ini baru dimanfaatkan kalangan tertentu karena mahal."
Penderita kanker kini memiliki harapan baru untuk mendapatkan pengobatan dengan efek samping yang minimal dibandingkan dengan pengobatan konvensional seperti kemoterapi.
Pasalnya, PT Kalbe Farma Tbk, kini memperkenalkan obat "targeted therapy" dan tengah menjajaki kemungkinan memasukkan obat itu dalam daftar Asuransi Kesehatan (Askes).
Menurut Direktur Innogene Kalbiotech Kalbe Farma, Rikrik Ilyas, targeted therapy adalah obat kanker yang mampu mengurangi efek samping terhadap penderita karena obat langsung menuju kepada sasaran yakni sel-sel kanker.
"Masalahnya, obat targeted therapy selama ini baru dimanfaatkan kalangan tertentu karena harganya yang relatif mahal," ujarnya dalam keterangannya yang diterima VIVAnews.com di Jakarta, Kamis 19 Mei 2011.
Guru Besar Imunopatologi Universitas Indonesia, Santoso Cornain menambahkan, biasanya obat kanker memiliki efek samping seperti anemia, rambut rontok, mual, dan diare. Namun, penggunaan targeted therapy dapat mengurangi efek samping tersebut.
"Sesuai namanya targeted therapy, maka yang diserang hanya sel-sel kanker saja, tidak seperti obat kanker konvensional yang selain menyerang sel yang terkena kanker juga menyerang sel yang masih sehat," ujarnya.
Kalbe Farma melalui divisi biopharmaceutical terus mengembangkan dan menyempurnakan obat dan diagnostik yang mampu meminimalisir atau mengurangi efek samping bagi penderita kanker. "Kami memiliki unit Innogene Kalbiotech yang berkedudukan di Singapura khusus melakukan riset pengembangan obat kanker yang mampu mengurangi efek samping," kata Rikrik.
Rikrik menuturkan, Singapura dipilih sebagai lokasi perusahaan karena memberikan potongan pajak sampai dua kali lipat terhadap biaya penelitian untuk obat-obat kanker yang dihasilkan.
Menurutnya, Kalbe telah menginvestasikan sekitar Rp180 miliar untuk pengembangan obat dan alat diagnostik untuk penyakit kanker yang saat ini telah memasuki tahun ke delapan.
Sebagian dari dana tersebut, sekitar Rp60 miliar dipergunakan untuk mendirikan institusi-institusi riset bioteknologi seperti Stem Cell & Cancer Institute dan Kalgen (Kalbe Genomics) Laboratory.
Sementara itu, Hera Novianti, ahli di bidang biologi molekular mengatakan, beberapa penderita kanker disebabkan karena membawa gen dari orang tuanya. Sehingga pemberian obat kanker tidak dapat disamakan dan harus disesuaikan dengan genetik seseorang.
Hera menambahkan, Kalbe Genomic Laboratory memiliki laboratorium untuk memeriksa gen seseorang agar pemberian obat kanker dapat efektif kepada sasaran dengan biaya berkisar Rp500 ribu sampai dengan Rp3,5 juta. Biaya ini masih bisa diperkecil bagi peserta Askes, karena pemeriksaan gen ini telah masuk program Askes.
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment