Bahaya zat kimia yang sering dipakai dalam bahan pembuat plastik, bishpenol-A (BPA) sudah sejak lama menimbulkan perdebatan. Meski belum dilarang, tapi sebagian ahli menganggap paparan BPA berbahaya untuk kesehatan, terutama pada perilaku anak-anak.
Studi terbaru menyebutkan gangguan perilaku yang dialami balita perempuan usia 3 tahun, seperti kecemasan dan agresivitas, diduga kuat dipengaruhi oleh paparan BPA yang dialami wanita selama kehamilan. Demikian menurut hasil studi terbaru yang dilakukan di Amerika Serikat.
Dalam studi yang dilakukan peneliti dari Harvard ini para peneliti mengambil contoh urin dari 244 ibu hamil yang tinggal di Cincinnati, AS, dua kali selama periode kehamilan dan sekali setelah mereka melahirkan.
Kemudian para peneliti mengukur level BPA dalam tubuh anak-anak mereka setiap tahun. Pada usia tiga tahun, orangtua anak-anak itu diminta mengisi survei mengenai perilaku anak, seperti kecemasan, depresi, agresi dan hiperaktivitas, serta gangguan perilaku lain yang berkaitan dengan kemampuan mengontrol emosi.
Hampir seluruh responden, baik si ibu dan anaknya, memiliki konsentrasi BPA 2 mikrogram perliter di urin. Akan tetapi pada wanita yang saat kehamilan ditemukan peningkatan konsentrasi BPA, ternyata anaknya memiliki skor gangguan perilaku yang lebih tinggi.
Bishpenol-A sendiri adalah zat kimia yang banyak dipakai untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi. Plastik-plastik tersebut umumnya dipakai untuk membuat wadah makanan, mainan, serta barang-barang konsumsi. Sementara resin sering dipakai sebagai pelapis bagian dalam produk metal, seperti kaleng makanan, tutup botol, bahkan pipa air.
Meski bahaya BPA masih diperdebatkan tetapi beberapa penelitian yang mengaitkan paparan BPA dengan bahaya kesehatan pada janin atau anak-anak seharusnya menjadi perhatian.
Sudah cukup banyak penelitian yang mendokumentasikan efek paparan toksin saat kehamilan terhadap janin. Bahkan departemen kesehatan AS dan FDA (Food and Drug Administration) mengakui bahwa "ada perhatian khusus" terhadap BPA dan merekomendasikan untuk mengurangi paparannya.
No comments:
Post a Comment