Laba-laba raksasa yang sering disebut dengan nama tarantula dikenal sangat berbisa. Namun di tangan ilmuwan Australia, bisa mematikan dari binatang ini malah dikembangkan untuk membantu dokter dalam mendeteksi keberadaan sel-sel kanker.
Pengembangan yang dilakukan para ilmuwan dari University of Queensland ini baru memasuki tahap uji coba. Meski penerapannya di dunia kedokteran diperkirakan masih butuh waktu cukup lama, namun penelitian awal sudah menunjukkan hasil-hasil positif.
Saat direaksikan dengan racun tarantula, sel-sel kanker berpendar sehingga bisa dibedakan dari jaringan normal. Jika proyek pengembangan yang didanai National Breast Cancer Foundation ini berhasil, racun tarantula akan diterapkan untuk deteksi kanker payudara.
Racun atau bisa tarantula yang digunakan tetntu saja tidak diperoleh langsung dari gigitan binatang sebangsa laba-laba atau Arachnida ini. Para ilmuwan yang dipimpin oleh Dr David Wilson terlebih dahulu sudah mengisolasi senyawa yang diperlukan.
Isolasi ini dimulai dengan mengumpulkan racun atau bisa dari taring 10 ekor tarantula di Fraser Island, Australia. Daru racun yang terkumpul, Dr Wilson dan timnya berhasil mengisolasi 300 molekul yang kemudian diujikan satu-persatu hingga diperoleh 1 molekul yang paling cocok.
"Molekul-molekul racun yang sudah berevolusi jutaan tahun ini didesain untuk mentargetkan tempat-tempat yang spesifik dan kami menemukan satu molekul yang mentargetkan sel-sel kanker," ungkap Dr Wilson seperti dikutip dari News.com.au, Senin (24/10/2011).
Pengembangan bisa binatang dalam bidang pengobatan bukan kali ini saja dilakukan. Sbelumnya, ilmuwan lain telah mengembangkan obat pereda nyeri dan anti serangan jantung dari bisa kalajengking yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sangat mematikan.
detikhealth.com
No comments:
Post a Comment