Tentang Obesitas pada Anak Balita
Penyakit degenerative yang banyak orang dewasa dan lanjut usia alami sebenarnya berkaitan dengan asupan gizi yang tidak tepat sejak usia kanak-kanak. Oleh karenanya, orangtua perlu memastikan asupan gizi anak sejak lahir sampai usia balita- untuk kemudian diteruskan hingga dewasa-sudah tepat dengan menerapkan pola makan yang seimbang sesuai usia mereka.http://bedahpenyakit.blogspot.com/
Menurut penelitian Dr. Myron Winick, usia 3 tahun menjadi fondasi penting bagi kesehatan anak dimasa mendatang, yang menentukan hubungan antara gizi anak dan penyakit kronis di masa depan. Untuk itu, orangtua perlu mengajarkan semua kebiasaan baik dalam segala sisi kehidupan anak, termasuk kebiasaan memilih makanan, karena apa yang diajarkan oleh orangtua saat anak masih kanak-kanak akan terus dibawa hingga dewasa.
Pengaruh Pengaturan Makan yang Tidak Seimbang.
Salah satu hal yang paling perlu orangtua perhatikan pada anak adalah kelebihan berat badan. Karena sudah diketahui merupakan factor risiko yang dapat mengundang penyakit kapan saja, kegemukan perlu diwaspadai dan pencapaian berat badan normal pun perlu diupayakan.
Sejumlah fakta tentang kegemukan antara lain :
• Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika, obesitas merupakan masalah kesehatan nasional. Hampir 15% anak-anak dikategorikan dalam kondisi kelebihan berat badan dan angka ini masih bisa meningkat.http://bedahpenyakit.blogspot.com/
Di Indonesia, banyak anak usia sekolah sudah mengalami tanda-tanda kelebihan berat badan, terutama mereka yang menggemari fast food yang memang berlemak tinggi.
Dari penelitian di Amerika didapatkan bahwa penyakit jantung yang biasa diderita pada usia 50 atau 60 tahun ternyata juga bisa dialami oleh mereka yang baru berusia 20 atau 30 tahun.
- Penelitian sebelumnya, yang dilakukan dan diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan New England, menunjukkan hubungan langsung antara kelebihan berat badan dan risiko kanker. Semakin tinggi kandungan lemak tubuh, semakin tinggi pula risiko seseorang terkena kanker.http://bedahpenyakit.blogspot.com/
- Hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Duke sangat mengejutkan; pada sejumlah anak belasan tahun yang menderita obesitas ditemukan perkembangan penyakit diabetes tipe II.
Berbagai fakta di atas menunjukkan pentingnya pengaturan makan yang sehat sejak anak masih berusia balita demi pencegahan obesitas. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010, prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional 14 persen. Terjadi peningkatan dibanding hasil riset serupa tahun 2007, yakni 12,2 persen. Prevalensi itu berdasarkan berat dan tinggi badan.
Prevalensi balita gemuk paling tinggi terjadi di Kota Jakarta. Provinsi lain yang tinggi prevalensi balita gemuknya tinggi antara lain Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Bali, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, Aceh, Riau, Bengkulu, Papua Barat, dan Jawa Barat.
Menurunkan Risiko Penyakit pada Anak yang Mengalami Obesitas
Siapa pun yang mempunyai anak balita montok dan lucu tentu senang karena anak seperti itu memang menggemaskan, enak dicubit dan diajak bercanda.Meskipun demikian, pendangan ini perlu diubah kerena jika keadaan ini dibiarkan terus berlangsung, anak akan bertambah gemuk , yang nantinya justru membawa sejumlah risiko bagi kesehatannya. Menurut Dr. Winick, Obesitas yang terjadi pada masa kanak-kanak membuat anak berisiko serius terkena penyakit saat mereka dewasa, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes tipe II, dan kanker.
Pencegahan obesitas banyak berkaitan dengan pola makan yang benar. Untuk melatih anak menjalankan pola makan yang benar, orangtua harus menjadi contoh langsung sehingga anak akan memiliki teladan yang bisa mereka ikuti. Dan apa yang diajarkan oleh orangtua semasa kanak-kanak akan menjadi pedoman mereka pada usia selanjutnya.
Profesor Quak Seng Hock dari National University Hospital Singapura, mengatakan, obesitas pada anak terkait perubahan ketersediaan bahan makanan, pola makan, dan aktivitas. ”Pengetahuan tentang pemilihan makanan juga berpengaruh. Hal ini terkait edukasi di kalangan keluarga dan dokter anak,” katanya.
Aktivitas fisik juga berubah. Aktivitas anak, misalnya, kini lebih banyak menonton televisi dan bermain games di komputer daripada berkegiatan fisik bersama teman-temannya.
Di kawasan Asia yang kesenjangan antara masyarakat ekonomi kuat dan lemah masih tinggi, masalah obesitas berdampingan dengan persoalan gizi kurang. Hal itu terkait tidak meratanya distribusi kekayaan, fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan serta ketimpangan tingkat pengetahuan.
Sumber: Berbagai Sumber
No comments:
Post a Comment