ANDA keranjingan makanan manis dan mulai berpikir apakah gula bisa memicu ketergantungan? Menurut pakar, Anda tidak perlu menghindari gula sepenuhnya, tapi cobalah mengurangi. Untuk membantu Anda mengontrol asupan gula, berikut fakta mengenai gula.
Gula picu ketergantungan?
Semua orang, terang Marcia Pelchat PhD dari Monell Chemical Senses Center, cenderung menyukai gula. Akan tetapi, perannya dalam memicu ketergantungan belum bisa dipastikan. Para peneliti, terang dia, belum yakin apakah orang-orang bisa ketergantungan secara fisik terhadap gula.
Akan tetapi, beberapa studi yang dilakukan pada hewan menunjukkan adanya kemungkinan."Pada hewan-hewan yang diberikan akses berselang terhadap gula, terjadi perubahan dopamine otak, sama seperti kecanduan obat-obatan," terang Pelchat, seperti dikutip situs webmd.com.
Berbeda dengan penyalahgunaan obat-obatan, orang-orang tidak gemetar saat berhenti mengonsumsi gula. Tapi, orang-orang dengan keranjingan gula konstan tetap menunjukkan satu gejala ketergantungan."Orang-orang ini akan terus mengonsumsi meskipun sudah tahu akibat buruknya."
Gula perburuk kolesterol?
Para peneliti telah menemukan hubungan antara gula dan kadar lemak darah tidak sehat."Ada hubungan antara asupan gula dan dislipidemia (peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar kolesterol baik HDL)," terang Rachel K. Johnson, RD MPH PhD, seorang profesor di bidang nutrisi dari University of Vermont.
Gula picu diabetes?
"Makan gula saja tidak akan menyebabkan diabetes," terang Johnson, Tapi, penelitian besar menunjukkan adanya hubungan antara asupan minuman berpemanis dengan diabetes.
Penyebab utamanya, terang dia, kemungkinan adalah obesitas. Minuman berpemanis berkaitan dengan indeks massa tubuh tinggi atau kelebihan berat dan obesitas."Yang telah dikenal sebagai faktor risiko diabetes."
Gula ganggu kesehatan anak?
Gula, terang pakar diet Kavey, tidak menjadi masalah. Yang menganggu adalah kelebihan berat badan."Gula menjadi masalah karena semakin meningkatnya angka obesitas pada anak-anak. Dan peningkatan ini terjadi bersamaan dengan penambahan asupan gula sederhana di kalangan anak," terang Kavey. Jus, soda, sereal berpemanis, kue, dan permen, terang dia, merupakan sumber gula paling umum dalam diet anak-anak.
Adakah tipe gula terbaik?
Selebritas dan juru masak menyatakan perlunya mengganti gula putih dengan gula yang lebih sehat, seperti madu, sirup maple, atau molasses (sirup). Akan tetapi, terang Johnson, belum ada bukti yang mendukung kesalahpahaman ini."Semuanya adalah gula sederhana. Baik mendapatkan dari gula putih atau tipe pemanis lainnya, Anda masih menambah kalori kosong ke dalam diet," papar Johnson.
Berapa takaran yang tepat?
Para pakar menekankan bahwa konsumsi jumlah sedang adalah kuncinya. Sebagai contoh, Asosiasi Jantung Amerika menganjurkan agar perempuan membatasi sekitar enam sendok teh gula sehari, atau sekitar 100 kalori. Lelaki sebaiknya membatasi hingga sembilan sendok teh sehari atau 150 kalori. (IK/OL-06)
Gula picu ketergantungan?
Semua orang, terang Marcia Pelchat PhD dari Monell Chemical Senses Center, cenderung menyukai gula. Akan tetapi, perannya dalam memicu ketergantungan belum bisa dipastikan. Para peneliti, terang dia, belum yakin apakah orang-orang bisa ketergantungan secara fisik terhadap gula.
Akan tetapi, beberapa studi yang dilakukan pada hewan menunjukkan adanya kemungkinan."Pada hewan-hewan yang diberikan akses berselang terhadap gula, terjadi perubahan dopamine otak, sama seperti kecanduan obat-obatan," terang Pelchat, seperti dikutip situs webmd.com.
Berbeda dengan penyalahgunaan obat-obatan, orang-orang tidak gemetar saat berhenti mengonsumsi gula. Tapi, orang-orang dengan keranjingan gula konstan tetap menunjukkan satu gejala ketergantungan."Orang-orang ini akan terus mengonsumsi meskipun sudah tahu akibat buruknya."
Gula perburuk kolesterol?
Para peneliti telah menemukan hubungan antara gula dan kadar lemak darah tidak sehat."Ada hubungan antara asupan gula dan dislipidemia (peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar kolesterol baik HDL)," terang Rachel K. Johnson, RD MPH PhD, seorang profesor di bidang nutrisi dari University of Vermont.
Gula picu diabetes?
"Makan gula saja tidak akan menyebabkan diabetes," terang Johnson, Tapi, penelitian besar menunjukkan adanya hubungan antara asupan minuman berpemanis dengan diabetes.
Penyebab utamanya, terang dia, kemungkinan adalah obesitas. Minuman berpemanis berkaitan dengan indeks massa tubuh tinggi atau kelebihan berat dan obesitas."Yang telah dikenal sebagai faktor risiko diabetes."
Gula ganggu kesehatan anak?
Gula, terang pakar diet Kavey, tidak menjadi masalah. Yang menganggu adalah kelebihan berat badan."Gula menjadi masalah karena semakin meningkatnya angka obesitas pada anak-anak. Dan peningkatan ini terjadi bersamaan dengan penambahan asupan gula sederhana di kalangan anak," terang Kavey. Jus, soda, sereal berpemanis, kue, dan permen, terang dia, merupakan sumber gula paling umum dalam diet anak-anak.
Adakah tipe gula terbaik?
Selebritas dan juru masak menyatakan perlunya mengganti gula putih dengan gula yang lebih sehat, seperti madu, sirup maple, atau molasses (sirup). Akan tetapi, terang Johnson, belum ada bukti yang mendukung kesalahpahaman ini."Semuanya adalah gula sederhana. Baik mendapatkan dari gula putih atau tipe pemanis lainnya, Anda masih menambah kalori kosong ke dalam diet," papar Johnson.
Berapa takaran yang tepat?
Para pakar menekankan bahwa konsumsi jumlah sedang adalah kuncinya. Sebagai contoh, Asosiasi Jantung Amerika menganjurkan agar perempuan membatasi sekitar enam sendok teh gula sehari, atau sekitar 100 kalori. Lelaki sebaiknya membatasi hingga sembilan sendok teh sehari atau 150 kalori. (IK/OL-06)
mediaindonesia.com
No comments:
Post a Comment