Asupan serat sering jadi masalah bagi banyak orang. Kecenderungan ini bukan semata karena pengaruh usia. Faktanya kini kalangan profesional muda juga mengalaminya. Pemicunya gaya hidup dan tuntutan kehidupan modern yang menjadikan kesibukan sebagai rutinitas, sehingga pola makan jadi tak seimbang. Sejatinya serat penting untuk menjamin hidup lebih sehat.
Rutinitas mudah menjebak orang pada pola hidup yang tanpa disadari bisa memberi pengaruh buruk pada kualitas kesehatan. Kebiasaan menunda makan dengan alasan sibuk maupun pilihan menu sembarang, perlahan tapi pasti bisa memicu beragam gangguan kesehatan. Hal ini juga dialami Vanda (28 tahun), yang waktunya habis untuk urusan pekerjaan. Mulai dari rapat, presentasi, bertemu klien, hingga perjalanan dinas di dalam maupun luar kota.
"Masalahnya mungkin sama dengan pekerja kantor lain, susah mencari waktu makan sesuai aturan. Saya biasanya lebih memilih menunda makan daripada pekerjaan jadi terbengkalai," katanya.
Pola makan kacau
Kondisi ini makin parah ketika ia dihadapkan pada pilihan menu yang terbatas. "Kalau sayur, ya kadang makan. Pokoknya yang tersedia saja. Karena sudah terbiasa dengan pola makan acak-acakan jadinya ya fine-fine aja," tambah pekerja di salah satu perusahaan jasa telekomunikasi ini.
Sejauh ini Vanda tak merasakan gangguan kesehatan yang serius. Suplementasi memang menjadi andalannya. Ada suplemen untuk memelihara kulit hingga daya tahan tubuh. Namun, ia merasa kebutuhan asupan serat sering dilupakan. Tak heran, ia kerap mengalami gangguan pencernaan, mulai dari nyeri lambung hingga susah buang air besar.
Fenomena ini bisa jadi merupakan gambaran umum kaum profesional maupun kalangan muda zaman sekarang. Maklum, kehidupan modern yang menuntut kecepatan dan semua yang serba praktis, menjadikan orang sering berpikir simpel dan relatif tak peduli dengan pola makan sehat untuk memenuhi kebutuhan serat.
Bagi mereka yang sudah menganggap kesibukan sebagai rutinitas sehari-hari, kesehatan acapkali terabaikan. Meski orang menginginkan keduanya, sebisa mungkin tanpa perlu mengorbankan gaya hidup yang dijalani.
Tanpa disadari, gaya hidup inilah yang justru mengacaukan pola makan sehat seimbang. Konsumsi makanan amburadul akhirnya menjadi kebiasaan. Terlebih pada mereka dengan beban aktivitas harian yang tinggi.
Bantu metabolisme
Menurut Dr. Maria Poppy Herlianty, ahli gizi dari Universitas Indonesia, tak cukup hanya nasihat maupun ajakan, juga dibutuhkan kesadaran tinggi untuk menganut pola makan sehat. Harus dipahami bahwa-tubuh perlu asupan gizi, mineral, vitamin, dan serat yang seimbang guna optimalisasi proses metabolisme tubuh.
Parahnya, kini kecenderungan pola makan minim serat justru terjadi pada mereka yang bermuda usia, seperti Vanda. Padahal, kaum muda memerlukan kondisi kesehatan yang prima untuk menunjang aktivitas harian yang demikian padat.
Gaya hidup modern juga turut memicu berubahnya pola makan tradisional Indonesia yang semula sehat, menjadi miskin serat dan nutrisi lain. Pola makan tidak sehat meliputi diet tinggi lemak dan karbohidrat, makanan dengan kandungan sodium atau garam tinggi, rendahnya konsumsi makanan berserat, serta kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
Pola hidup ala urban dengan ragam kesibukan kerja, tanggung jawab mencapai target pekerjaan, dan hiruk pikuk kehidupan kota besar memang membuat banyak orang terjebak pada pola hidup tidak sehat. Olahraga tidak sempat, pola makan kacau. Akibatnya, mereka melahap makanan sekenanya ketika rasa lapar mendera. Pilihan biasanya jatuh pada makanan cepat saji yang kebanyakan tinggi lemak, garam, dan gula. Alhasil, tubuh makin dipenuhi kolestrol dan kalori.
Memenuhi asupan sayuran dan buah yang merupakan sumber serat, vitamin, dan mineral, kerap tak mudah juga. Padahal, untuk kondisi sekarang yang sarat polusi, para ahli nutrisi menyarankan setidaknya konsumsi lima jenis buah dan lima jenis sayuran dalam sehari.
Sakit serius
Dr. Maria mengingatkan, tubuh manusia perlu makanan untuk menyediakan energi bagi seluruh proses kehidupan dan pertumbuhan, serta untuk memperbaiki dan memelihara sel-sel, jaringan-jaringan, dan organ-organ. Makanan sebaiknya mengandung tiga kelompok zat, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah berlainan.
Tubuh juga memerlukan serat, vitamin, dan mineral. Serat didapat dan makanan yang berasal dan tumbuhan. Serat sangat penting bagi peningkatan kesehatan tubuh serta membantu mencegah penyakit-penyakit serius yang dapat mengancam jiwa.
Serat banyak ditemukan dalam tanaman, kecuali yang telah mengalami proses olahan. Kurang serat dapat mengakibatkan penyakit serius. Di antaranya kanker usus serta gangguan jantung dan sirkulasi darah. Selain itu, juga bisa memicu kegemukan (obesitas), batu ginjal, batu kandung kemih, dan diabetes.
Sayangnya, tidak semua orang bisa mendapatkan serat secara maksimal dari bahan makanan alami. Untuk itulah pilihan pada suplementasi serat bisa dipertimbangkan. Selain dapat membantu mencukupi kebutuhan serat harian, suplementasi ini juga aman jika dimanfaatkan sesuai aturan.
Jadi sesibuk dan seberapa banyak pekerjaan menghadang, pastikan selalu pola makan seimbang dengan memastikan asupan serat yang cukup bagi jaminan hidup yang lebih sehat.
Tak Cuma Atasi Gangguan Cerna
Manfaat serat bagi tubuh sangat luar biasa. Jika konsumsi serat kurang, beragam gangguan kesehatan bisa datang. Tak hanya gangguan pencernan ringan, tapi juga penyakit kronis dari diabetes hingga kanker usus.
Sebagian besar orang tahu manfaat serat. Namun, banyak dari kita, terutama yang hidup di perkotaan dan cukup sibuk, sulit memenuhi kebutuhan serat. Di masa lalu, serat makanan dianggap sebagai sumber energi yang tidak tersedia dan hanya dikenal pencahar perut alias memperlancar buang air besar.
Fungsi tradisional ini kurang memuaskan para ahli. Akhirnya mereka meneliti serat makanan secara lebih detail lagi. Dan berbagai penelitian itu mampu menaikkan "kelas" serat makanan yang sering diabaikan ini. Para ahli menemukan kaitan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya kanker usus besar, penyakit kardiovaskular, dan kegemukan.
Dari hasil penyelidikan tampak bahwa serat mampu membantu mencegah sembelit dan kanker usus besar, menurunkan kolesterol dan berat badan, mengontrol gula darah, juga mencegah wasir.
Akibat kurang serat
Saat ini telah terjadi pergeseran penyebab kematian dan kesakitan di Indonesia. Infeksi sebagai penyebab utama kejadian kesakitan dan kematian diganti oleh penyakit jantung, hipertensi, diabetes, hiperkolesterol, asam urat, kanker, dan lainnya.
Penyebab kematian telah didominasi oleh penyakit sistem sirkulasi (mencapai 30 persen lebih) dibandingkan dengan penyakit infeksi. Salah satu faktor penting sebagai penyebab adalah perubahan gaya hidup masyarakat yang makin tidak sehat. Antara lain kurang olahraga, banyak konsumsi makanan manis dan berlemak dan tinggi garam, kurang makanan berserat, biasa merokok dan minum alkohol.
Ditambahkan Dr. Maria, berbagai penyakit akibat pola makan yang salah antara lain, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, gangguan pencernaan (susah BAB, wasir), kerusakan gigi dan gusi, serta kegemukan.
Satu lagi risiko akibat minim asupan serat adalah kanker usus besar (kolorektal). Kasus kanker kolon di Indonesia meningkat. Di ruang endoskopi Poli kanker RS Cipto Mangunkusumo Jakarta misalnya, dijumpai lebih dari 200 kasus kanker usus besar selama periode 2000-2006.
Saat Serat Bekerja
Agar lebih peduli, ada baiknya kita memahami cara kerja serat dalam tubuh. Seperti diungkapkan Sechneeman, ahli nutrisi yang menulis Dietary Fiber, Physical and Chemistry Properties Methods of Analysis Review, saat makanan menghasilkan reaksi fisiologis yang tergantung pada sifat fisik dan kimia sumber serat. Reaksi ini meliputi meningkatkan massa feses serta menurunkan kadar kolestrol plasma dan respon organik glikemik dari makanan.
Secara umum ada dua fungsi utama:
Pertama:
Rutinitas mudah menjebak orang pada pola hidup yang tanpa disadari bisa memberi pengaruh buruk pada kualitas kesehatan. Kebiasaan menunda makan dengan alasan sibuk maupun pilihan menu sembarang, perlahan tapi pasti bisa memicu beragam gangguan kesehatan. Hal ini juga dialami Vanda (28 tahun), yang waktunya habis untuk urusan pekerjaan. Mulai dari rapat, presentasi, bertemu klien, hingga perjalanan dinas di dalam maupun luar kota.
"Masalahnya mungkin sama dengan pekerja kantor lain, susah mencari waktu makan sesuai aturan. Saya biasanya lebih memilih menunda makan daripada pekerjaan jadi terbengkalai," katanya.
Pola makan kacau
Kondisi ini makin parah ketika ia dihadapkan pada pilihan menu yang terbatas. "Kalau sayur, ya kadang makan. Pokoknya yang tersedia saja. Karena sudah terbiasa dengan pola makan acak-acakan jadinya ya fine-fine aja," tambah pekerja di salah satu perusahaan jasa telekomunikasi ini.
Sejauh ini Vanda tak merasakan gangguan kesehatan yang serius. Suplementasi memang menjadi andalannya. Ada suplemen untuk memelihara kulit hingga daya tahan tubuh. Namun, ia merasa kebutuhan asupan serat sering dilupakan. Tak heran, ia kerap mengalami gangguan pencernaan, mulai dari nyeri lambung hingga susah buang air besar.
Fenomena ini bisa jadi merupakan gambaran umum kaum profesional maupun kalangan muda zaman sekarang. Maklum, kehidupan modern yang menuntut kecepatan dan semua yang serba praktis, menjadikan orang sering berpikir simpel dan relatif tak peduli dengan pola makan sehat untuk memenuhi kebutuhan serat.
Bagi mereka yang sudah menganggap kesibukan sebagai rutinitas sehari-hari, kesehatan acapkali terabaikan. Meski orang menginginkan keduanya, sebisa mungkin tanpa perlu mengorbankan gaya hidup yang dijalani.
Tanpa disadari, gaya hidup inilah yang justru mengacaukan pola makan sehat seimbang. Konsumsi makanan amburadul akhirnya menjadi kebiasaan. Terlebih pada mereka dengan beban aktivitas harian yang tinggi.
Bantu metabolisme
Menurut Dr. Maria Poppy Herlianty, ahli gizi dari Universitas Indonesia, tak cukup hanya nasihat maupun ajakan, juga dibutuhkan kesadaran tinggi untuk menganut pola makan sehat. Harus dipahami bahwa-tubuh perlu asupan gizi, mineral, vitamin, dan serat yang seimbang guna optimalisasi proses metabolisme tubuh.
Parahnya, kini kecenderungan pola makan minim serat justru terjadi pada mereka yang bermuda usia, seperti Vanda. Padahal, kaum muda memerlukan kondisi kesehatan yang prima untuk menunjang aktivitas harian yang demikian padat.
Gaya hidup modern juga turut memicu berubahnya pola makan tradisional Indonesia yang semula sehat, menjadi miskin serat dan nutrisi lain. Pola makan tidak sehat meliputi diet tinggi lemak dan karbohidrat, makanan dengan kandungan sodium atau garam tinggi, rendahnya konsumsi makanan berserat, serta kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
Pola hidup ala urban dengan ragam kesibukan kerja, tanggung jawab mencapai target pekerjaan, dan hiruk pikuk kehidupan kota besar memang membuat banyak orang terjebak pada pola hidup tidak sehat. Olahraga tidak sempat, pola makan kacau. Akibatnya, mereka melahap makanan sekenanya ketika rasa lapar mendera. Pilihan biasanya jatuh pada makanan cepat saji yang kebanyakan tinggi lemak, garam, dan gula. Alhasil, tubuh makin dipenuhi kolestrol dan kalori.
Memenuhi asupan sayuran dan buah yang merupakan sumber serat, vitamin, dan mineral, kerap tak mudah juga. Padahal, untuk kondisi sekarang yang sarat polusi, para ahli nutrisi menyarankan setidaknya konsumsi lima jenis buah dan lima jenis sayuran dalam sehari.
Sakit serius
Dr. Maria mengingatkan, tubuh manusia perlu makanan untuk menyediakan energi bagi seluruh proses kehidupan dan pertumbuhan, serta untuk memperbaiki dan memelihara sel-sel, jaringan-jaringan, dan organ-organ. Makanan sebaiknya mengandung tiga kelompok zat, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah berlainan.
Tubuh juga memerlukan serat, vitamin, dan mineral. Serat didapat dan makanan yang berasal dan tumbuhan. Serat sangat penting bagi peningkatan kesehatan tubuh serta membantu mencegah penyakit-penyakit serius yang dapat mengancam jiwa.
Serat banyak ditemukan dalam tanaman, kecuali yang telah mengalami proses olahan. Kurang serat dapat mengakibatkan penyakit serius. Di antaranya kanker usus serta gangguan jantung dan sirkulasi darah. Selain itu, juga bisa memicu kegemukan (obesitas), batu ginjal, batu kandung kemih, dan diabetes.
Sayangnya, tidak semua orang bisa mendapatkan serat secara maksimal dari bahan makanan alami. Untuk itulah pilihan pada suplementasi serat bisa dipertimbangkan. Selain dapat membantu mencukupi kebutuhan serat harian, suplementasi ini juga aman jika dimanfaatkan sesuai aturan.
Jadi sesibuk dan seberapa banyak pekerjaan menghadang, pastikan selalu pola makan seimbang dengan memastikan asupan serat yang cukup bagi jaminan hidup yang lebih sehat.
Tak Cuma Atasi Gangguan Cerna
Manfaat serat bagi tubuh sangat luar biasa. Jika konsumsi serat kurang, beragam gangguan kesehatan bisa datang. Tak hanya gangguan pencernan ringan, tapi juga penyakit kronis dari diabetes hingga kanker usus.
Sebagian besar orang tahu manfaat serat. Namun, banyak dari kita, terutama yang hidup di perkotaan dan cukup sibuk, sulit memenuhi kebutuhan serat. Di masa lalu, serat makanan dianggap sebagai sumber energi yang tidak tersedia dan hanya dikenal pencahar perut alias memperlancar buang air besar.
Fungsi tradisional ini kurang memuaskan para ahli. Akhirnya mereka meneliti serat makanan secara lebih detail lagi. Dan berbagai penelitian itu mampu menaikkan "kelas" serat makanan yang sering diabaikan ini. Para ahli menemukan kaitan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya kanker usus besar, penyakit kardiovaskular, dan kegemukan.
Dari hasil penyelidikan tampak bahwa serat mampu membantu mencegah sembelit dan kanker usus besar, menurunkan kolesterol dan berat badan, mengontrol gula darah, juga mencegah wasir.
Akibat kurang serat
Saat ini telah terjadi pergeseran penyebab kematian dan kesakitan di Indonesia. Infeksi sebagai penyebab utama kejadian kesakitan dan kematian diganti oleh penyakit jantung, hipertensi, diabetes, hiperkolesterol, asam urat, kanker, dan lainnya.
Penyebab kematian telah didominasi oleh penyakit sistem sirkulasi (mencapai 30 persen lebih) dibandingkan dengan penyakit infeksi. Salah satu faktor penting sebagai penyebab adalah perubahan gaya hidup masyarakat yang makin tidak sehat. Antara lain kurang olahraga, banyak konsumsi makanan manis dan berlemak dan tinggi garam, kurang makanan berserat, biasa merokok dan minum alkohol.
Ditambahkan Dr. Maria, berbagai penyakit akibat pola makan yang salah antara lain, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, gangguan pencernaan (susah BAB, wasir), kerusakan gigi dan gusi, serta kegemukan.
Satu lagi risiko akibat minim asupan serat adalah kanker usus besar (kolorektal). Kasus kanker kolon di Indonesia meningkat. Di ruang endoskopi Poli kanker RS Cipto Mangunkusumo Jakarta misalnya, dijumpai lebih dari 200 kasus kanker usus besar selama periode 2000-2006.
Saat Serat Bekerja
Agar lebih peduli, ada baiknya kita memahami cara kerja serat dalam tubuh. Seperti diungkapkan Sechneeman, ahli nutrisi yang menulis Dietary Fiber, Physical and Chemistry Properties Methods of Analysis Review, saat makanan menghasilkan reaksi fisiologis yang tergantung pada sifat fisik dan kimia sumber serat. Reaksi ini meliputi meningkatkan massa feses serta menurunkan kadar kolestrol plasma dan respon organik glikemik dari makanan.
Secara umum ada dua fungsi utama:
Pertama:
- Pola makan minim serat akan menghasilkan sedikit residu, sehingga akan tinggal di dalam saluran pencernaan selama beberapa hari, sampai volume residu cukup untuk menimbulkan refleks buang air besar (defekasi). Rasa ingin buang air besar timbul jika volume residu di dalam usus besar cukup jumlahnya, hingga menimbulkan refleks regangan terhadap dinding usus besar.
- Refteks regang ini mengawali timbulnya refleks defekasi atau ingin buang air besar. Jika makanan kurang mengandung serat, volume residu untuk menimbulkan refleks regang baru tercapai dalam beberapa hari.
Kedua:
- Di dalam saluran pencernaan, serat makanan dapat mengikat garam empedu, yaitu zat yang berfungsi membantu penyerapan lemak. Lemak tidak larut dalam air, sehingga sukar diserap usus. Garam empedu membantu melarutkan bahan yang tidak larut dalam air seperti asam lemak dan kolesterol, dengan cara membentuk zat yang larut air, sehingga dapat diserap usus.
- Jika kita makan banyak serat, garam empedu sebelum membantu absorbs lemak, telah terikat oleh serat dan kemudian bersama-sama serat dikeluarkan dalam bentuk feses. Makin banyak serat dalam makanan, Makin banyak garam empedu yang terbuang. Artinya, Makin banyak lemak yang tidak terserap usus.
- Serat membuat absorbsi lemak dan kadar kolesterol dalam tubuh menurun. Secara mekanis serat juga menghalangi penyerapan zat gizi lain seperti karbohidrat dan protein. Bila serat sedikit di dalam makanan, hampir semua zat gizi sumber kalori dapat diserap. Hal ini memberi peluang seseorang mengalami kegemukan, yang merupakan faktor risiko berbagai penyakit.
Ragam Manfaat Serat
- Serat makanan (dietary fiber) adalah komponen dalam tanaman yang tidak tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserap di saluran pencernaan. Serat baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan mencegah konstipasi karena menyerap air ketika melewati saluran pencernaan, sehingga tekstur feses menjadi lunak. Agar terbebas dari masalah sembelit, konsumsi serat harus diimbangi dengan asupan air yang cukup. Jika kurang minum, serat akan memperparah sembelit atau gangguan pada usus besar.
- Serat tidak hanya membuat perut terasa lebih penuh, tapi juga mengurangi masalah pencernaan, termasuk memangkas risiko kanker kolon.
- Beberapa penelitian menunjukkan, daiam jumlah besar serat bisa membantu mengatur kadar gula darah dan insulin. Ini sebabnya, orang yang sering mengonsumsi serat cenderung, lebih langsing.
- Asupan serat tinggi (khususnya produk serealia) terbukti memperlambat timbulnya plak oleh kolesterol pada wanita yang menderita penyakit jantung.
- Konsumsi serat yang cukup akan melindungi jantung dengan menurunkan kolesterol jahat (LDL), tanpa mengurangi kadar kotesterol baik (HDL). Ini karena pangan tinggi serat umumnya rendah kandungan lemak jenuh dan kolesterol.
- Serat membuat makan jadi lebih lambat dan perut cepat terasa penuh, sehingga cocok untuk metode menurunkan berat badan dan mengontrol kalori.
- Adanya serat meningkatkan pelepasan enzim pencernaan dan mengatur hormon pankreas.
- Serat yang cukup membantu kerja usus, mengurangi risiko divertikulosis (terbentuknya kantong tak normal pada dinding usus), wasir, serta meningkatkan kecepatan melenyapkan zat-zat berbahaya dalam makanan.
- Serat yang larut sangat lembut dan dapat menolong mereka yangg mengalami iritasi pada usus.
Keunggulan Serat Larut Air
Bagi kalangan profesional yang supersibuk dan seringkali tak sempat memenuhi kebutuhan tubuh akan serat, ada beberapa cara untuk mencegah penyakit akibat kekurangan serat makanan. Cara yang praktis tapi efektif adalah mengonsumsi suplemen serat larut air yang mudah dicerna tubuh. Tentu suplemen yang berkualitas yang mesti dipilih agar dapat memenuhi kebutuhan itu.
Lalu, mengapa serat larut air layak dipilih?
- Kelebihan suplemen serat larut air dibandingkan dengan suplemen serat biasa adalah serat larut air tidak mudah menggumpal dan tidak menimbulkan penimbunan (bulk mass) di usus.
- Serat larut air merupakan prebiotik yang mendukung pertumbuhan bakteri baik di dalam usus besar.
- Serat larut air dapat membantu menjaga kestabilan kadar gula darah, sehingga baik dikonsumsi oleh pengidap diabetes dan juga membantu menjaga kadar kolesterol darah.
- Bagi penderita penyakit maag, serat larut air aman dikonsumsi karena tidak meningkatkan asam lambung.
- Serat larut air ini dapat membantu memelihara kesehatan pencernaan, yang akhirnya secara keseluruhan tubuh menjadi lebih sehat dan bugar.
No comments:
Post a Comment