Wednesday, October 28, 2009

PLUS MINU MELAHIRKAN SECARA OPERASI CAESAR

Melahirkan anaknya melalui operasi caesar makin digemari ibu hamil karena dianggap tidak sakit dan risikonya lebih sedikit dibandingkan melahirkan secara normal. Operasi caesar biasanya dilakukan jika ada gangguan pada bayi seperti terlilit tali pusat, posisi bayi sungsang, bayi keracunan air ketuban atau kondisi lainnya. Tapi bisa juga karena kondisi ibunya seperti memiliki pinggul kecil atau sebelumnya memang melahirkan secara caesar.
Menurut dr M Nur Rasyid SpB, operasi caesar akan memberikan keuntungan kepada ibu yang melahirkan. Seperti menghindari rasa sakit yang dialami secara normal. Selain itu ibu bisa memilih tanggal untuk melahirkan bayinya. Biasanya ada beberapa ibu yang memilih caesar agar bisa melahirkan bayinya pada tanggal-tanggal tertentu yang dianggap bisa membawa hoki.
Ada beberapa alasan memilih operasi caesar. Di antaranya, kata M Nur Rasyid, bayi besar (tidak sesuai ukuran panggul), letak bayi melintang (sungsang), karena gawat janin. Ciri-cirinya, denyut jantung lemah, kondisi bayi tidak baik karena kelamaan di dalam, air ketuban habis atau trauma karena proses persalinan yang lama, sementara pembukaan tak maju-maju. Terjadi kegawatan pada bayi, misalnya kekurangan oksigen.
Selain itu, sambungnya, fungsi plasenta yang tidak terlalu bagus karena lewat batas waktu atau ada penyakit tertentu, kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus), fetal distres (detak jantung janin melambat), masalah kesehatan ibu yang mengharuskan operasi caesar, herpes genital, ruam kulit yang disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin, hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) maupun AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome.
“Ibu yang melahirkan anak pertamanya melalui operasi, persalinan kedua tidak harus operasi. Dengan sayatan sejajar dengan garis perut dan kondisi kehamilan setelahnya baik, persalinan berikutnya tak selalu harus melalui operasi,” bilangnya.
Namun, kata dia, operasi caesar yang dilakukan berisiko terhadap bayi dan ibunya. Risiko terhadap bayi adalah melahirkan prematur dan memiliki sindrom gangguan pernafasan. Gangguan pernafasan ini berhubungan dengan beberapa komplikasi, yang kemungkinan memerlukan perawatan intensif bagi bayi tersebut. Selain itu, berisiko bayi mengalami cedera saat dilakukan pembedahan.

Sedangkan risiko yang mungkin dihadapi oleh sang ibu adalah komplikasi anestesi, biasanya bius lokal yang dilakukan membuat perasaan sedikit tidak nyaman dan pada beberapa kasus menimbulkan reaksi alergi. Infeksi pada organ sekitar rahim atau tulang panggul. Berisiko kehilangan darah lebih banyak dibandingkan dengan cara normal.
Risiko lain adalah penurunan fungsi usus yang kadang jadi melambat selama beberapa hari setelah operasi, kembung dan rasa tidak nyaman. Risiko akibat operasi itu sendiri, membutuhkan waktu yang lebih lama berada di rumah sakit dan masa penyembuhan setelah operasi tersebut serta angka kematian ibu dua sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal.
“Operasi caesar sebaiknya dipilih jika memang ada gangguan pada ibu atau bayinya, yang bisa berakibat fatal apabila dilakukan secara normal. Tapi jika semuanya berjalan lancar disarankan untuk melahirkan secara normal,” tuturnya.
Namun, jika operasi caesar tetap dilakukan, ia menyarankan agar sang ibu melakukan persiapan-persiapannya. Perlu persiapan fisik maupun mental. Kemudian, luka bekas operasi jangan sampai kena air, lakukan penggantian perban dengan hati-hati, larutan betadin jangan sampai terlalu banyak ketika mengganti perban tetapi diusahakan kesat sehingga perban tidak menempel ketika harus diganti.

Dengan operasi caesar, sambungnya, maka kehamilan berikutnya akan lebih besar risikonya. Sebab, ada luka bekas operasi yang punya potensi untuk robek ketika melahirkan. Karena itu, agar lebih aman, maka kehamilan berikutnya setidaknya enam bulan setelah operasi caesar dilakukan. Semakin lama kehamilan berikutnya, akan semakin baik bagi ibu.
Tidak ada pantangan dalam makanan. Sehabis dioperasi ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung banyak gizi dan vitamin, khususnya protein, gunanya untuk membangun sel-sel.
Beraktivitas seperti biasa, namun untuk mempercepat proses penyembuhan pasca operasi. Hindari aktivitas dan olahraga yang berat. Jalan sehat tetap bisa dilakukan asal tidak terlalu berat.
Cantik Usai Melahirkan
Perawatan yang tepat, keluhan kelebihan berat badan bisa diatasi. Nilai lebihnya, kulit pun tetap segar dan berseri bila tubuh dirawat baik. Biasanya jamu yang diminum adalah jamu khusus untuk melahirkan selama 40 hari. Kandungan yang digunakan setiap minggu usai melahirkan berbeda-beda. Kegunaan jamu bisa menyembuhkan luka sehabis melahirkan dan menampakkan kembali kecantikan Anda.

Kemudian, jangan terlalu sering makan siang di luar rumah, karena makanan yang tak terkontrol bisa menimbun banyak lemak. Bawalah bekal makanan sendiri dari rumah (apabila Anda sudah masuk kerja). Jangan lupa isi bekal dengan asupan gizi baik. Makanan bergizi akan membuat kulit tampak sehat dan bersih. Perbanyak sayuran dan buah.

Jika selama ini camilan Anda berupa gorengan, kue manis, cake, es krim, ataupun cokelat, beralihlah ke makanan sehat. Pilih buah-buahan segar, jus buah atau sayur, atau yogurt. Sesekali mencoba kue manis boleh-boleh saja, tapi batasi hanya sepotong kecil saja. Perbanyak minum air putih. Fungsi air dalam tubuh adalah untuk membawa nutrisi, membuang racun dalam tubuh, dan menghanyutkan kotoran yang mengendap dalam tubuh. Minumlah air putih sebelum makan siang, sehingga perut akan terasa penuh dan bisa mengurangi nafsu makan. Di samping itu, kulit pun akan terasa lebih lembap, segar, dan bercahaya. Tak lupa untuk berolahraga jika luka operasi sudah sembuh. (net/jpnn)
Bisa Sebabkan Cedera Kantung Kemih
SECTIO caesar adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Ada tiga teknik sectio caesar, yaitu transperitonealis, corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. Sectio caesar adalah lahirnya janin, plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut dan rahim .

Sectio caesar (operasi caesar) berkembang sejak akhir abad ke-19 sampai tiga dekade terakhir pada abad ke-20. Selama periode itu terjadi penurunan angka kematian ibu dari 100 persen menjadi 2 persen. Bedah caesar pertama kali disebut sebagai cara melahirkan bayi dalam dunia kedokteran di tahun 1794. Namun pada saat itu melahirkan dengan bedah caesar memiliki risiko kematian ibu yang besar. Hal tersebut disebabkan tidak tersedianya peralatan, obat bius, antibiotik, maupun teknik pembedahan yang baik. Oleh karena itu, bedah caesar pada masa itu hanya dilakukan jika persalinan normal (vaginal) mengancam keselamatan ibu dan janin. Namun kini bedah caesar bukanlah hal asing bagi ibu hamil bahkan ada yang mulai memandang bedah caesar sebagai alternatif persalinan yang mudah dan aman, khususnya bagi mereka yang tinggal di kota besar dan berasal dari golongan menengah ke atas.

Kemajuan di bidang teknologi kedokteran khususnya dalam metode persalinan ini jelas membawa manfaat besar bagi keselamatan ibu dan bayi. Ditemukannya bedah caesar memang dapat mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih senang memilih jalan ini walaupun sebenarnya mereka bisa melahirkan secara normal.

Namun faktanya menurut penelitian, angka kematian pada operasi caesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam. Bahkan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam.

Pada tahun 1985 WHO mengusulkan bahwa angka persalinan caesar secara nasional tidak melebihi angka 10 persen dari seluruh persalinan. Namun laporan dari beberapa negara justru melebihi angka tersebut. Sebagai contoh angka nasional Amerika Serikat pada tahun 1986 adalah 24,1 persen, di Amerika Latin seperti Puerto Rico sebesar 28,7 persen, di Benua Asia seperti di Nanjing (daratan Cina) mencapai 26,6 persen. Sementara pada tahun-tahun belakangan ini jumlah persalinan dengan bedah caesar di negara-negara Eropa seperti Inggris mencapai 50 persen dari seluruh kelahiran, dan di Benua Asia sendiri contohnya wilayah Karatanaka Utara India pada tahun 1999 telah meningkat sebesar 30 persen dari seluruh persalinan.

Makin dikenalnya bedah caesar dan bergesernya pandangan masyarakat akan metode tersebut, diikuti dengan semakin meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesar. Di Indonesia sendiri, secara umum jumlah persalinan caesar di rumah sakit Pemerintah adalah sekitar 20-25 persen dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 persen dari total persalinan. Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar, yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar dengan frekuensi di atas 11 persen. Antara lain cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi akibat luka operasi.

Pada operasi caesar yang direncanakan angka komplikasinya kurang lebih 4,2 persen. Sedangkan untuk operasi caesar darurat (sectio caesar emergency) berangka kurang lebih 19 persen. Setiap tindakan operasi caesar memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda. Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin pada akhir jalan lahir misalnya, sering terjadi cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih (robek).

Sedangkan pada kasus bekas operasi sebelumnya dimana dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus. Selain berbahaya bagi ibu persalinan dengan sectio caesar ternyata juga berpengaruh terhadap perkembangan imunitas atau daya tahan tubuh bayi yang dilahirkan. Hal ini didasarkan pada penelitian di luar negeri yang menunjukkan bahwa bayi lahir melalui proses caesar memiliki risiko lebih tinggi mengidap penyakit seperti diare, asma, dan alergi.
Hal ini terjadi karena bayi melalui bedah caesar membutuhkan waktu lebih lama, yakni sekitar enam bulan, untuk mencapai mikrobiota usus yang serupa dengan bayi lahir normal.
Alasan-alasan yang menyebabkan semakin meningkatnya persentase persalinan dengan sectio caesar saat ini cukup kompleks. Di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, bahwa keputusan ibu hamil untuk melahirkan dengan sectio caesar walau tidak memiliki indikasi medis paling banyak disebabkan oleh adanya ketakutan menghadapi persalinan normal atau yang lebih dikenal sebagai rasa takut akan kelahiran.

Selain itu faktor lain yang juga diduga berpengaruh yakni pelayanan kesehatan khususnya mengenai pelayanan antenatal terutama dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Selain faktor medis terdapat pula faktor-faktor lain yang secara langsung dapat mengindikasikan dilakukannya bedah caesar yaitu akses terhadap pelayanan kesehatan, perilaku pelayanan kesehatan, dan faktor-faktor yang tidak diketahui atau tidak diperkirakan.
Mengingat bahaya yang ditimbulkan, maka menghindari persalinan melalui sectio caesar adalah penting, untuk itu perlu diperhatikan secara seksama faktor-faktor risiko yang kiranya semakin meningkatkan kejadian sectio caesar tersebut, sehingga dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut diharapkan ibu yang sedang hamil dan terutama memiliki risiko untuk menjalani persalinan melalui bedah caesar dapat lebih menjaga dan memelihara kesehatan diri dan kandungannya utamanya melalui pelayanan kesehatan yang optimal. (net/jpnn)

No comments:

Post a Comment