KEHAMILAN merupakan masa-masa yang menyenangkan karena Anda akan segera menyambut kehadiran sang buah hati. Karena itu, untuk menjaga keselamatan janin Anda, ada baiknya lebih teliti dalam menangani semua gejala sekecil apapun yang Anda rasakan. Sebuah studi dari Erasmus MC University Medical Centre, di Belanda, menyatakan, ibu hamil yang mengalami komplikasi awal harus mendapatkan penangan yang lebih khusus, baik pada kehamilan sekarang maupun kehamilan berikutnya.
Masalah-masalah yang dialami pada 3 bulan pertama kehamilan, menurut peneliti, akan meningkatkan risiko melahirkan prematur serta kesulitan-kesulitan lainnya, baik pada kehamilan sekarang maupun kehamilan berikutnya. Data dari 75 studi menunjukkan, sejarah pernah mengalami keguguran berkaitan dengan melahirkan prematur pada kehamilan yang akan datang.
Dalam analisis yang dieresentasikan di pertemuan tahunan European Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) ini, para peneliti melihat beberapa komplikasi yang umum dialami pada 3 bulan pertama kehamilan. Perdarahan pada minggu-minggu pertama kehamilan, misalnya, dinyatakan berkaitan dengan peningkatan risiko pre-eclampsia (hipertensi yang dipicu kehamilan), melahirkan prematur serta meningkatkan risiko hingga 2 kali lipat memiliki bayi dengan berat badan rendah atau sangat rendah. Selain itu, akumulasi darah pada kandungan juga bisa meningkatkan risiko-risiko lebih jauh.
Morning sickness (mual dan muntah) yang ekstrim di awal kehamilan juga berkaitan dengan risiko 3 kali lebih besar menjalani proses melahirkan prematur serta hampir 3 kali lipat meningkatkan risiko memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah. Sementara sejarah pernah mengalami sekali atau lebih keguguran, juga memiliki risiko hampir 2 kali lipat terus-menerus mengalami kehamilan dengan kerusakan membran yang mengelilingi bayi di rahim, sebelum waktunya. Hal ini akan meningkatkan risiko melahirkan prematur. Selain itu, jika kehamilan sebelumnya terpaksa diakhiri dengan alasan apapun, maka kehamilan-kehamilan berikutnya berisiko mendorong melahirkan prematur.
Meskipun studi tidak menyatakan penyebab peningkatan risiko pada kehamilan berikutnya, para ilmuwan menyatakan hal ini berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan dan faktor gaya hidup.
Monitoring
Menurut pemimpin studi Dr Robbert van Oppenraaij, komplikasi-komplikasi pada masa yang akan datang berkaitan dengan tingkat keparahan dan pengulangan masalah-masalah yang muncul di awal kehamilan."Kejadian-kejadian dan komplikasi-komplikasi pada awal kehamilan merupakan komplikasi yang paling umum dialami perempuan selama masa kehamilan dan bisa menjadi pemicu stres pada perempuan tersebut," tutur Oppenraaij, seperti dikutip situs bbc.
Karena itu, terang dia, para dokter diharapkan bisa mengenali dan mengartikan gejala-gejala dan memahami tidak hanya untuk jangka pendek, tetapi juga konsekuensi jangka panjang dari komplikasi-komplikasi pada awal kehamilan ini."Artinya, pasien-pasien ini harus dimonitor secara khusus," tegas Oppenraaij.
Masalah-masalah yang dialami pada 3 bulan pertama kehamilan, menurut peneliti, akan meningkatkan risiko melahirkan prematur serta kesulitan-kesulitan lainnya, baik pada kehamilan sekarang maupun kehamilan berikutnya. Data dari 75 studi menunjukkan, sejarah pernah mengalami keguguran berkaitan dengan melahirkan prematur pada kehamilan yang akan datang.
Dalam analisis yang dieresentasikan di pertemuan tahunan European Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) ini, para peneliti melihat beberapa komplikasi yang umum dialami pada 3 bulan pertama kehamilan. Perdarahan pada minggu-minggu pertama kehamilan, misalnya, dinyatakan berkaitan dengan peningkatan risiko pre-eclampsia (hipertensi yang dipicu kehamilan), melahirkan prematur serta meningkatkan risiko hingga 2 kali lipat memiliki bayi dengan berat badan rendah atau sangat rendah. Selain itu, akumulasi darah pada kandungan juga bisa meningkatkan risiko-risiko lebih jauh.
Morning sickness (mual dan muntah) yang ekstrim di awal kehamilan juga berkaitan dengan risiko 3 kali lebih besar menjalani proses melahirkan prematur serta hampir 3 kali lipat meningkatkan risiko memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah. Sementara sejarah pernah mengalami sekali atau lebih keguguran, juga memiliki risiko hampir 2 kali lipat terus-menerus mengalami kehamilan dengan kerusakan membran yang mengelilingi bayi di rahim, sebelum waktunya. Hal ini akan meningkatkan risiko melahirkan prematur. Selain itu, jika kehamilan sebelumnya terpaksa diakhiri dengan alasan apapun, maka kehamilan-kehamilan berikutnya berisiko mendorong melahirkan prematur.
Meskipun studi tidak menyatakan penyebab peningkatan risiko pada kehamilan berikutnya, para ilmuwan menyatakan hal ini berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan dan faktor gaya hidup.
Monitoring
Menurut pemimpin studi Dr Robbert van Oppenraaij, komplikasi-komplikasi pada masa yang akan datang berkaitan dengan tingkat keparahan dan pengulangan masalah-masalah yang muncul di awal kehamilan."Kejadian-kejadian dan komplikasi-komplikasi pada awal kehamilan merupakan komplikasi yang paling umum dialami perempuan selama masa kehamilan dan bisa menjadi pemicu stres pada perempuan tersebut," tutur Oppenraaij, seperti dikutip situs bbc.
Karena itu, terang dia, para dokter diharapkan bisa mengenali dan mengartikan gejala-gejala dan memahami tidak hanya untuk jangka pendek, tetapi juga konsekuensi jangka panjang dari komplikasi-komplikasi pada awal kehamilan ini."Artinya, pasien-pasien ini harus dimonitor secara khusus," tegas Oppenraaij.
No comments:
Post a Comment