Tidak semua penyakit membutuhkan obat antibiotik. Penggunaan yang tak tepat justru akan menyebabkan resistensi tubuh terhadap jenis antibiotik itu. Oleh karena itu sangat penting untuk mengenali penyakit yang tak butuh antibiotik. Pada artikel sebelumnya (baca: Bahayanya Antibiotik) dikatakan bahwa antibiotik biasa digunakan untuk melawan bakteri, namun efek sampingnya dapat sangat membahayakan bagi peminumnya jika dikonsumsi secara sembarangan. Namun, satu pertanyaan menggelitik bagaimana jika terkena infeksi virus? Bisakah diobati dengan antibiotik?
Tulisan ini bukan untuk mengulang-ngulang kembali apa yang sudah sering didengar orang, namun saya sering mendapati pasien-pasien yang berobat ke tempat praktek saya memiliki riwayat sudah mengonsumsi antibiotik sebelum datang ke dokter, mereka katakan bahwa itu merupakan rekomendasi teman atau petugas apotik. Sekedar mengingatkan bahwa konsumsi antibiotik tanpa instruksi dokter dapat menjadi bumerang bagi kesehatan tubuh Anda. Beberapa penyakit yang disebabkan virus (murni disebabkan virus) seperti demam karena virus,influenza, beberapa batuk pilek, radang tenggorokan, diare singkat tanpa pendarahan, demam berdarah dengue dan beberapa infeksi telinga tidak boleh diobati dengan antibiotik. Perlu dipahami, meski sangat bermanfaat, antibiotik hanya ditujukan mengatasi infeksi akibat bakteri, bukan infeksi virus seperti demam, batuk atau flu. Jika ini dipaksakan dikonsumsi, dapat terjadi resistensi di dalam tubuh.
Mengobati demam, batuk, pilek, flu akibat virus dengan antibiotik tidak akan membuat Anda lebih sehat. Juga tidak menjadikan keadaan lebih baik, tidak menyembuhkan dan tidak mencegah penularan pada orang lain.
Untuk itu, mengkomunikasikan resistensi antibiotik dengan dokter Anda sangatlah penting. Katakan pada dokter bahwa Anda mendukung penggunaan obat yang rasional. Jika dokter menganggap Anda perlu mengonsumsi antibiotik, konsumsilah sesuai resep dokter.
Menuntaskan dosis sesuai resep juga sangat dianjurkan. Misalnya, jika memang harus dimakan tiga kali sehari selama lima hari, lakukan sesuai aturan dan pada waktu yang tepat pada pagi, siang, dan petang harinya atau selang 8 jam.
Sekurang-kurangnya ada lima aturan yang penting diperhatikan sebelum minum antibiotik agar tidak terjadi resisten bakteri di dalam tubuh :
- Jangan sembarangan mengonsumsi antibiotik. Gunakan antibiotik hanya dengan resep dokter, dengan dosis dan jangka waktu sesuai resep. Jangan percaya pada rekomendasi teman, kerabat, atau petugas apotik yang menyarankan minum antibiotik tertentu tanpa rekomendasi seorang dokter.
- Jangan sekali-kali membeli atau menggunakan antibiotik berdasarkan resep sebelumnya. Jika pernah tersisa antibiotik dari resep sebelumnya, sebaiknya jangan digunakan tanpa instruksi dokter.
- Saat berobat, tanyakan pada dokter, obat mana dari resep yang mengandung antibiotik. Tanyakan pula dosis dan cara minumnya. Salah penggunaan antibiotik menyebabkan obat ini menjadi tidak efektif lagi, bisa terjadi kekebalan kuman, bahkan dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
- Tuntaskan resep dokter sesuai anjuran. Jangan pernah berhenti makan antibiotik meski sudah tidak merasakan gejala penyakit atau sudah merasa sehat. Pemberhentian antibiotik yang tidak sesuai waktu, atau terlalu cepat, bisa membuat bakteri bertahan hidup dan menyebabkan infeksi berulang.
- Pilek, batuk dan diare pada umumnya tidak memerlukan antibiotik. Konsumsi air yang cukup, istirahat cukup, serta konsumsi multivitamin atau suplemen yang tepat dapat mengembalikan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi virus yang menyerang dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Yang terakhir dan penting diingat, untuk mengendalikan penyebaran kuman resisten bisa dilakukan dengan cara membiasakan untuk selalu cuci tangan menggunakan sabun atau antiseptik.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment