Sebagian besar penduduk Indonesia cenderung menyembuhkan sendiri penyakitnya atau swamedikasi. Alasannya, penyakit yang dirasakan ringan, biaya lebih murah, dan obat-obatan yang diperlukan mudah didapat.
Konsultan MarkPlus Inc, Taufik, dalam acara MarkPlus Monthly Industry Update, Kamis (14/4) di Jakarta, mengatakan, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2009, 66 persen penduduk Indonesia memilih mengobati sendiri penyakitnya dan sisanya berobat kepada dokter. Masyarakat mendiagnosis dan memilih obat secara mandiri tanpa bantuan tenaga ahli kesehatan. Hal serupa banyak terjadi di negara maju. Di Amerika Serikat dan Inggris, lebih separuh masyarakatnya melakukan swamedikasi.
Salah satu jenis obat yang banyak dikonsumsi masyarakat secara bebas adalah antibiotika. Padahal, penggunaan obat jenis ini tanpa resep dokter bisa menimbulkan kekebalan kuman.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia Anthony Ch Sunarjo mengatakan, swamedikasi berkembang karena mahalnya biaya kesehatan dan mudahnya memperoleh obat. Sayangnya, jenis obat bebas yang beredar di Indonesia tidak berkembang selama 30 tahun terakhir.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Wasista Budiwaluyo menilai, berkembangnya swamedikasi merupakan tantangan bagi pengelola rumah sakit untuk meningkatkan mutu layanan rumah sakit. Selain itu, perlu insentif dari pemerintah sehingga harga peralatan medik serta obat mudah dan murah dijangkau masyarakat.
No comments:
Post a Comment