Berikut adalah beberapa penyakit kelamin yang dapat mengancam kehidupan seksual anda bersama pasangan anda:
- Gonorhea
Jika artikel ini bermanfaat Jangan cuma baca doank tapi Tolong komentar nya
Gonorhea
Nama lain
Kencing nanah, uretritis spesifik
Epidemiologi
Disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoea yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,terutama kulit dan persendian.
Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin
dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi..
Terjadi di seluruh dunia; menyerang laki-laki dan perempuan semua usia, terutama kelompok dewasa muda.
Jenis yang kebal obat sekarang muncul secara umum di mana-mana. Selama beberapa bulan, pasien yang tidak diobati bisa menulari orang lain. Terinfeksi dengan klamidia pada saat yang bersamaan juga bukanlah hal yang janggal.
Gejala dan tanda
Pada laki-laki dan perempuan, infeksi ini bisa tanpa gejala. Pada laki-laki, cairan yang kental dari saluran kencing akan keluar 2-7 hari setelah terinfeksi. Biasanya orang menderita sakit waktu kencing. Bila orang melakukan seks anal, mungkin juga keluar cairan yang sama dari dubur.Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan putih atau nanah dari kemaluan pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali.
Pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan,
dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan hubungan seksualnya tertular
Pada perempuan, gejalanya biasanya ringan dan ada kemungkinan untuk tidak terdeteksi.
Mungkin ada perasaan tidak enak waktu kencing. Selain itu, mungkin ada sedikit cairan dari dan sedikit gangguan di vagina. Infeksi yang kronis umum terjadi dan bisa menyebabkan kemandulan.
Bayi yang baru lahir yang terinfeksi gonore, matanya merah dan bengkak.
Dalam waktu 1-5 hari setelah kelahiran, mata itu akan mengeluarkan cairan yang kental.
Kebutaan bisa terjadi bila pengobatan khusus tidak segera diberikan.
Diagnosis adalah dengan pemcriksaan mikroskopik gram-strain dari smear yang diambil dari cairan itu atau pun dengan cara pembiakan.
Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan.
Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam.
Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus (anal sex)
dapat menderita gonore pada rektumnya.
Penderita akan merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
Hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore biasanya akan menyebabkan
gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal).
Umumnya infeksi tersebut tidak menimbulkan gejala, namun terkadang menyebabkan nyeri tenggorokan
dan gangguan untuk menelan.
Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata, maka bisa menyebabkan terjadinya infeksi mata luar
(konjungtivitis gonore).
Bayi yang baru lahir juga bisa terinfeksi gonore dari ibunya selama proses persalinan
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Jika infeksi itu tidak diobati, maka akan menimbulkan kebutaan.
Komplikasi
Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas.
Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya
(sindroma artritis-dermatitis).
Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis).
Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu.
Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah,
dimana ditemukan bakteri penyebab gonore.
Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium.
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot)
atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin).
Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus).
Pengobatan
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin).
Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).
Chlamydia
Adalah penyakit menular seksual umum yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Chlamydia menyebabkan penyakit pada mata dan alat kelamin manusia.
Infeksi Chlamydia dapat menyebabkan penderitanya mengalami kemandulan
Nama lain
Uretritis non-gonore, uretritis non-spesifik (UNS)
Chlamydia trachomatis adalah salah satu dari tiga spesies bakteri dalam genus Chlamydia, famili Chlamydiaceae, kelas Chlamydiae, filum Chlamydiae, domain Bacteria.
Definisi
Uretritis Non-Gonokokus dan Servisitis Klamidialis merupakan penyakit menular seksual yang biasanya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau Ureaplasma urealyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau virus herpes simpleks.
Infeksi ini disebut non-gonokokus untuk menunjukkan bahwa infeksi ini bukan disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, bakteri yang menyebabkan gonore.
Epidemiologi
Antara 35-50 persen dari kasus penyakit kelamin non-gonore diperkirakan disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, yang terjadi secara umum di seluruh dunia. Pada perempuan, penyakit ini bisa menyebabkan radang leher rahim mucopurulent walaupun infeksi biasanya tanpa gejala.
Infeksi klamidia yang terjadi berulang kali biasanya bisa menyebabkan penyakit peradangan leher rahim kronis dan kemandulan. Penularan terjadi lewat sanggama. Penyakit ini bisa menyerang baik laki-laki maupun perempuan semua usia, terutama dewasa muda.
Chlamydia trachomatis menyebabkan sekitar 50% infeksi uretra yang bukan disebabkan gonore pada laki-laki dan infeksi leher rahim (serviks) penghasil nanah yang bukan disebabkan gonore pada wanita.
Uretritis lainnya disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum, yang merupakan suatu bakteri yang menyerupai mikoplasma.
Chlamydia merupakan bakteri kecil yang hanya bisa berkembangbiak di dalam sel.
Ureaplasma adalah bakteri yang sangat kecil, dengan dinding sel yang tidak terlalu kuat, tetapi bisa berkembangbiak di luar sel.
Gejala dan tanda
Sama seperti gonore. Perbedaannya adalah banyak perempuan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun.
Pada perempuan infeksi chlamydia akan menyebabkan keputihan
yang bisa merambat ke rongga rahim lalu naik ke saluran telur dan akhirnya sampai ke dalam rongga panggul.
Bila tak segera diobati bisa menyebabkan infertil atau kemandulan.
Sementara itu pada pria, bakteri ini seringkali menyebabkan infeksi uretra.
Komplikasi yang menyebabkan kemandulan pada perempuan juga umum terjadi. Infeksi mata mungkin menyerang bayi yang dilahirkan oleh perempuan yang terinfeksi.
Diagnosis biasanya didasari oleh tidak adanya kuman penyebab gonore pada smear atau pada pembiakan cairan dari leher rahim atau dari uretra
(lubang kencing).
Hal ini bisa dipastikan dengan mengetes cairan smear untuk melihat adanya antigen klamidia.
Tanda yang paling terkait dengan infeksi chlamydia trachomatis organ reproduksi adalah rasa panas saat kencing.
Pada fase awal infeksi, kuman berada di saluran kencing bagian depan. Rasa panas saat kencing terjadi karena daerah yang meradang bersentuhan dengan air kencing.
Peradangan dan cepatnya kuman berkembang biak mengakibatkan kerusakan di tempat peradangan. Selanjutnya, terjadi pembuntuan saluran.
Jika infeksi chlamydia trachomatis terjadi pada pria, gangguan organ reproduksi yang mungkin terjadi, antara lain, pembuntuan saluran sel sperma (vas deferens) atau infeksi yang menyerang testis (orchitis).
Pada wanita, infeksi chlamydia trachomatis bisa menyerang mulut rahim (cervicitis) dan saluran telur (tuba falopii) serta mengakibatkan radang rahim (endometritis), radang rongga panggul (PID), atau kehamilan di luar kandungan.
Biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim dengan penderita, seorang pria akan mengalami perasaan terbakar yang ringan ketika berkemih.
Biasanya akan keluar nanah dari penis. Nanahnya bisa jernih atau agak keruh, tetapi lebih encer daripada nanah gonore.
Pada pagi hari, lubang penis sering tampak merah dan melekat satu sama lain karena nanah yang mengering. Kadang-kadang penyakit ini dimulai lebih dramatis. Timbul rasa sakit waktu berkemih, frekuensi berkemih menjadi lebih sering dan dari uretra keluar nanah.
Meskipun kebanyakan penderita wanita tidak menunjukkan gejala, beberapa diantaranya mengalami urgensi (desakan) berkemih yang lebih sering, rasa nyeri ketika berkemih, nyeri di perut bagian bawah, nyeri pada saat berhubungan intim dan keluarnya lendir kekuningan dan nanah dari vagina.
Hubungan seksual melalui mulut atau dubur dengan penderita bisa menyebabkan infeksi tenggorokan atau infeksi dubur. Infeksi ini menyebabkan rasa nyeri dan keluarnya lendir dan nanah yang berwarna kekuningan.
Komplikasi
1. Pria.
- Epididimitis : infeksi pada epididimis, yang bisa menyebabkan nyeri pada buah zakar
- Striktur uretra : penyempitan uretra, yang bisa menyebabkan penyumbatan aliran air kemih.
2. Wanita.
- Infeksi saluran telur, bisa menyebabkan nyeri, kehamilan ektopik (di luar kandungan) dan kemandulan
- Infeksi pembungkus hati dan daerah di sekeliling hati, bisa menyebabkan nyeri perut bagian atas
3. Pada pria dan wanita.
- Konjungtivitis : infeksi pada bagian putih mata, bisa menyebakan nyeri mata dan belekan
4. Pada bayi baru lahir.
- Konjungtivitis, bisa menyebabkan nyeri mata dan belekan
- Pneumonia, bisa menyebabkan demam dan batuk.
Cara Mendeteksi
Cara mendeteksi paling tepat adalah pemeriksaan laboratorium atas cairan di organ reproduksi. Untuk wanita, bahan pemeriksaan berasal dari cairan vagina atau cairan mulut rahim. Untuk pria, bahan pemeriksaan bisa didapat dari cairan kencing, khususnya pancaran kencing awal.
Diagnosa
Pada kebanyakan kasus, infeksi oleh Chlamydia trachomatis bisa didiagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan cairan dari penis atau leher rahim di laboratorium.
Infeksi Ureaplasma urealyticum tidak dapat didiagnosis secara spesifik dengan pemeriksaan medis yang biasa.
Karena pembiakannya sulit dan teknik diagnostik yang lainnya mahal, maka diagnosis infeksi Chlamydia atau Ureaplasma sering ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas disertai bukti yang menunjukkan tidak adanya gonore.
Pengobatan
Biasanya diberikan antibiotik tetrasiklin atau doksisiklin per-oral (melalui mulut), minimal selama 7 hari atau diberikan azitromisin dosis tunggal. Tetrasiklin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil.
Prognosis
Pada sekitar 60-70% penderita, jika tidak diobati, infeksi Chlamydia trachomatis akan membaik dalam waktu 4 minggu. Pada sekitar 20% penderita, infeksi kembali kambuh setelah penderita menjalani pengobatan.
Uretritis
Urethritis adalah inflamasi pada urethra atau saluran kencing disebabkan karena infeksi.
Urethritis juga merupakan salah satu sindroma dari penyakit menular seks (PMS),
urethritis secara spesifik dapat terbagi 2 yaitu gonococal urethritis dan nongonococal urethritis
Urethritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau urethra, yang terjadi pada lapisan kulit urethra, disebabkan oleh bakteri-bakteri yang menyerang saluran kemih seperti Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoae, tricomonal vaginalis dan lain-lain.
Peradangan ini biasanya terjadi pada ujung urethra atau urethra bagian posterior, urethritis juga merupakan salah satu dari infeksi dari saluran kemih yaitu urethra, prostate, vas deferens, testis atau ovarium, buli-buli, ureter sampai ginjal.
Dan dapat dikatakan sebagai bagian dari infeksi saluran kemih superficial atau mukosa yang tidak menandakan invasi pada jaringan.
Secara mikrobiologis dapat dikatakan terjadinya urethritis jika ditemukan pertumbuhan mikroorganisme yang berlebihan di dalam sample urine dan disuria. Inflamasi urethra dapat menyerang pasien dari berbagai usia dari mulai bayi yang baru lahir hingga orang tua.
Tetapi pada umumnya yang lebih sering terkena urethritis adalah wanita, hal ini terjadi karena urethra wanita lebih pendek dari urethra pria, tetapi pada masa neonatus penyakit ini lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. Penegakan diagnosis etiology dapat dilakukan dengan adanya petunjuk data dari epidemiologi,manifestasi klinik, pemeriksaan fisik maupun penunjang serta berbagai petunjuk yang membantu diagnosis penyakit ini.
Pada daerah saluran kemih telah didiami oleh spesies-spesies normal dan dapat hilang pada saat pengenceran dan pembilasan pada saat buang air kecil serta dapat hilang dengan adanya antibody kandung kemih. Tetapi keadaan ini kadang tidak terjadi dan menyebabkan peradangan pada urethra yang disebabkan oleh mikroorganisme tersebut.
ETIOLOGY
Pada orang dewasa khususnya wanita muda dan aktif dapat ditularkan organisme penyebab urethritis melalui hubungan seksual seperti Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoaeae, dan virus herpes simpleks merupakan kuman-kuman penyebab utama urethritis.
Pada wanita dapat juga terjadi karena perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi. Ada juga organisme lain seperti ureaplasma urealyticum, mycoplasma hominis, tricomonal vaginalis, neisseria meningitides, dan androvirus yang juga merupakan organisme penyebab peradangan urethra.
Tidak hanya pada perempuan tapi pada laki-laki dan anak bayi dan remaja bias terjangkit oleh kuman-kuman ini.
Urethritis dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kuman yang menginfeksinya, gonokokal urethritis dan nongonokokal urethritis.
Gonokokal uretritis disebabkan karena terinfeksi neisseria gonorrhoeae, sedangkan nongonokokal urethritis disebabkan oleh chlamidia trichomatis,ureaplasma urealithicum, mycoplasma genitalis, trichomonasvaginalis.
Urethritis dapat digabungkan dalam sindrom-sindrom infeksi seperti epididimis, orchitis, prostatis, proctitis, sindrom reiter, iritis, pneumonia, otitis medis, dan lain-lain.
Ada juga penginfeksi yang menyebabkan terjadinya uretritis tapi jarang, seperti herpes genitalis, sipilis, mycobakteria, typical bakteri, viral streptokokus, anaerobes, meningokokus.
Secara fisiologi urethitis ini dapat mengganggu aktivitas yang seharusnya terjadi di saluran kemih, banyak dari kuman penyebab urethritis yang ada karena pemasangan kateter pada laki-laki yang sudah usia lanjut.
PATOGENESIS dan SUMBER INFEKSI
Urethra harus dilihat sebagai salah satu unit dari saluran kemih yang berfungsi pada proses ekskresi, dan urethra merupakan tempat pertama yang dicapai oleh bakteri sebelum mencapai unit saluran kemih yang lain.
Oleh karena urethra yang paling mudah dicapai bakteri maka urethra yang paling sering terkena infeksi dan menyebabkan peradangan, urethra pada bagian distal sebenernya telah didiami oleh spesies-spesies difteroid, streptokokus, stafilokokus, tapi tidak sering dijumpai bakteri gram negatif yang biasanya menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
Sebenernya dalam keadaan normal bakteri-bakteri ini dapat hilang dengan adanya antibody dan akibat adanya pengenceran dan pembilasan dari buang air kecil.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi patogenesis penyakit urethritis diantaranya:
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan factor yang cukup mempengaruhi patogenesis dari urethritis, wanita cenderung terkena urethritis karena urethranya lebih pendek dari laki-laki dan uretranya cenderung didiami oleh basil gram negative.
2. Faktor genetik
Banyak bukti yang mendukung bahwa faktor genetik mempengaruhi kerentanan terhadap bakteri-bakteri penyebab urethritis, golongan darah yang diturunkan dari factor keturunan itu juga mempengaruhi tingkat kerentanan tubuh.
3. Faktor aktivitas seksual
Faktor aktivitas seksual ini merupakan factor yang paling dominan dari factor yang mempengaruhi terjadinya urethritis, wanita yang memiliki uretra lebih pendek dari laki-laki akibat dari perilaku seks bebas dapat menyebabkan terinfeksinya uretra, dan pada laki-laki yang perilaku seksualnya tidak normal seperti homoseksual bisa berjangkit penyakit-penyakit pada saluran kemih seperti urethritis, aktivitas seksual ini juga dapat mengakibatkan banyak penyakit-penyakit yang disebabkan karena aktivitas seksual yang terlalu bebas dan tidak steril.
PENYEBAB
Penyebabnya bisa berupa bakteri, jamur atau virus.
Pada wanita jasad renik tersebut biasanya berasal dari vagina. Pada kebanyakan kasus, bakteri berasal dari usus besar dan sampai ke vagina melalui anus. Lelaki lebih jarang menderita uretritis.
Jasad renik yang ditularkan melalui hubungan seksual (misalnya Neisseria gonorrhoeae penyebab gonore), masuk ke vagina atau penis pada saat melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang terinfeksi dan bisa menjalar ke uretra.
Uretritis pada pria paling sering disebabkan oleh gonokokus.
Klamidia dan virus herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual
dan bisa menyebabkan uretritis.
* Gonokokal Urethritis
* GU 80% dari kasus disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae,
yaitu sebuah gram negative intraseluler diplokokus.
* Pasien dengan GU memiliki perbandingan masa inkubasi
lebih lama dari pada NGU, dan permulaan diuria dan discharge nanah
dapat terjadi tiba-tiba.
* Nongonokokal Urethritis
* Pasien dengan NGU 50% dari kasus memiliki perbandingan masa inkubasi
yang lebih lama dari pada GU
* NGU disebabkan oleh c. trachomatis 15-55% kasus, u.urealyticum 40-60%
kasus, m. hominis 5-10% kasus dan T. vaginalis <5% kasus
dan masih ada bakteri yang tidak dapat diidentifikasi.
* NGU yang disebabkan karena pemasangan kateter, terjadi 2-20% dari
kasus, dan 10 kali lebih sering terjadi pada pemasangan kateter latek dari
pada kateter silikon.
FREKUENSI
Dalam beberapa waktu yang lalu gonokokal uretritis telah sangat menurun di Negara-negara industri, di Amerika uretritis terjadi pada 4 juta orang amerika setiap tahunnya, insidens gonokokal uretritis diperkirakan lebih dari 700 ribu kasus baru setiap tahun.
Sedangkan insidens dari non gonokokal uretritis diperkirakan 3 juta kasus setiap tahunnya, insidens dari gonokokal uretritis menurun sejak tahun 2000, dan kasus nongonokokal uretritis meningkat ini menunjukkan bahwa usaha pengendalian nongonokokal uretritis relative tidak efektif. Insidens NGU lebih tinggi pada bulan bulan musim panas dibandingkan bulan-bulan lainnya setiap tahun.
Di dunia diperkirakan 62 juta kasus baru dari GU dan 89 juta kasus baru dari NGU dilaporkan setiap tahun.
RAS
Tidak ada ras didunia yang istimewa shingga tidak dapat terjangkit urethritis, bagaimanapun orang-orang dengan kelas social ekonominya rendah tidak wajar dan lebih sering dari pada orang-orang yang memiliki kelas social ekonomi yang lebih tinggi.
JENIS KELAMIN
Uretritis sama-sama terjadi pada wanita dan pria, biarpun data yang disajikan lebih cenderung terserang pada wanita, lebih dari 75% dari wanita terjangkit penyakit lain seperti sistitis, vagisitis, atau cervisis. Urethritis juga biasa tejadi pada laki-laki homoseksual, laki-laki heteroseksual,wanita hetero seksual, dan wanita homoseksual.
USIA
Uretritis dapat terjadi pada berbagai usia aktif, baik dari bayi sampai orang tua, tetapi insidens paling tinggi terjadi pada umur 20 – 24 tahun. Karena pada masa ini sering terjadinya hubungan seksual bebas dan tidak sehat.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinis tidak dapat dipercayai dalam mendiagnritisosa terjadinya urethritis masih harus diadakan pemeriksaan-pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat memperkuat diagnosa.
Kira-kira 30% perempuan dengan disuria akut, frekuensi, dan piuria memberikan hasil kultur urin porsi tengah yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri atau pertumbuhan yang tidak bermakna.
Secara klinis, perempuan ini tidak dapat dibedakan dari perempuan yang menderita sistitis. Dan pada kelompok perempuan ini harus dibedakan antara yang terinfeksi kuman pathogen yang ditularkan secara seksual seperti Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoeae, atau virus herpes simpleks, dan mereka dengan dengan jumlah E. coli rendah atau dengan infeksi stafilokokus pada uretra, wanita dengan penyakit yang bertahap tanpa hematuria, tanpa nyeri suprapubik, dan riwayat gejala penyakit lebih dari 7 hari harus dicurigai menderita infeksi gonokokus.
Riwayat tambahan adanya penggatian mitra seksual yang baru, terutama sekali apabila mitra tersebut baru saja mengalami urethritis akibat clamidial atau gonokokus, harus meningkatkan kecurigaan terhadap penyakit yang dapat ditularkan secara seksual, seperti jika ditemukan servisitis mukopurulen.
Hematuria yang jelas, nyeri suprapubik, awikan penyakit mendadak, lama penyakit lebih dari 3 hari dan adanya riwayat infeksi saluran kemih mendukung adanya infeksi adanya riwayat infeksi oleh E. coli atau stafilokokus.
Uretritis yang didapat secara seksual pada perempuan sering kali bermanifestasi sebagai sindroma uretra akut yang ditandai dengan disuria.
SEJARAH SEKSUAL:
Beberapa aktifitas seksual dapat meningkat dan menurunkan kemungkinan terjangkitnya uretritis
dan penyakit menular seks, misalnya pada:
* Penggunaan alat kontrasepsi
* Pergaulan terlalu muda, berkaitan dengan perilaku seksual
* Banyaknya pasangan yang berganti-ganti
* hubungan seksual yan disukai, berkaitan dengan perilaku suka
dengan sejenis
* Penyakit menular seks yang terdahulu
GEJALA:
Banyak pasien termasuk 25% dari pengidap NGU tidak menunjukkan gejala dan menunjukkan pemeriksaan pada pasangannya, dan 75% dari wanita yang terinfeksi Chlamydia trachomatis tidak menunjukkan gejala yang berarti.
* Timing :biasanya terjadi pada 4 hari sampai 2 minggu setelah terinfeksi oleh kuman
* Urethral discharge : pengeluaran cairan dengan warna kuning, hijau, cokelat atau pengeluaran yang
berhubungan dengan aktivitas seksual.
* Disuria : biasanya terjadi parus diada penis bagian distal
* Itching atau gatal-gatal yang terjadi di sekitar urethra
* Nyeri pada saat terjadi urethritis
Pada pria, uretritis biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari uretra.
Jika penyebabnya adalah gonokokus maka cairan ini akan mengandung nanah. Jika penyebabnya adalah jasad renik yang lainnya, maka cairan ini mengandung lendir.
Gejala lainnya adalah nyeri pada saat berkemih dan penderita sering mengalami desakan untuk berkemih.
Jika uretritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada akhirnya akan terbentuk penyempitan uretra (striktur).
Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya uretritis pada uretra yang lebih tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses di sekitar uretra.
Abses bisa membentuk kantong pada dinding uretra (divertikulum uretra), yang juga bisa mengalami infeksi.
Jika abses menyebabkan terjadinya perforasi kulit, maka air kemih bisa mengalir melalui saluran baru (fistula uretra).
GEJALA SYSTEMIC
Gejala ini meliputi demam, menggigil, berkeringat, pusing kepala, dan berbagai
rasa nyeri pada bagian urethra.
DIAGNOSIS
Gambaran klinis pada uretritis sangat bervariasi dari mulai yang menunjukkan gejala yang sangat berat sampai yang tidak menunjukkan gejala sama sekali oleh karena itu harus diadakannya pemeriksaan- pemeriksaan penunjang untuk memperkuat diagnosa. Seperti pemeriksaan-pemeriksaan Lab, pemeriksaan urin, dan pemeriksaan lain.
PEMERIKSAAN STUDI LAB:
* Uretritis dapat didiagnosa dengan bantuan pemeriksaan pada studi lab:
* Pemeriksaan adanya pengeluaran nanah yang berlebihan,
* Melihat dengan mikroskop meningkat atau tidaknya jumlah sel darah putih
* Pengujian adanya N. gonorrhoeae dan C.trachomatis
* Bentuk gram
* Pemeriksaan urine
* Percobaan amplifikasi pada asam nukleat
STUDI IMAGE PROSEDUR
* Kateterisasi
* Chystoscopy
TERAPI
Pada infeksi saluran kemih yang tidak memberikan gejala klinis seperti urethritis tidak perlu pemberian terapi, tetapi jika uretritis yang telah menunjukkan gejala klinis harus segera mendapatkan antibiotic.
Perawatan medik : Gejala spontan pencairan yang berlebihan pada penderita urethritis, tidak perduli dengan terapi, antibiotic berguna untuk : mencegah keparahan dan mengurangi penularan ke orang lain.
Terapi antibiotik untuk GU dan NGU, jika terapi pada penderita NGU tidak diberikan pada maka akan meningkatkan 50% penderita GU.
Pemilihan antibiotic untuk terapi GU dan NGU perlu mempertimbangkan:
• Biaya
• Efek yang ditimbulkan
• Kefektifan
• Dan komplikasi yang ditimbulkan
PENGOBATAN
Pemberian obat pada urethritis merupakn salah satu pengobatan yang dilakukan untuk mencegah penularan terhadap orang lain dan menghambat bakteri-bakteri yan g akan menginfeksi uretra.
Pemberian antibiotik pada pasien dengan bentuk gram atau hasil kultur dan untuk semua pasangan-pasangan seksual dari pasien, tidak memperdulikan gejala. Terapi pada pasien yang terinfeksi bakteri gram negative dan sebuah latar belakang yang cocok dengan urethritis yang tidak mungkin mengembalikan sampai sembuh atau mungkin untuk melanjutkan penularan infeksi.
Kelompok selanjutnya bisa lebih baik penanganannya dengan single dosis.
Antimikrobial untuk mengatasi urethritis sebagai berikut :
* Parenteral ceftriaxone
* Oral azithromycin
* Oral ciprofloxacin
* Oral cefixme
* Oral doxixycline
* Oral parenteral spectinomycin
* Oral ofloxacin
* Oral cefixima
* Oral ciprofloxacin
Antibiotik seperti penicilin, amoxilin, dan ampicilin tidak dapay digunakan
karena tidak memiliki daya tahan yang menjadi standar.
PERAWATAN LEBIH LANJUT
* Memperoleh follow-up jika penyakit tersebut terulang kembali.
* Memberikan semangat atau tekanan moril pada pasien.
* Mengadakan pemeriksaan ulang jika dikhawatirkan akan terjadi infeksi kembali.
PENCEGAHAN TERJADINYA PERULANGAN PENYAKIT
* Mengajarkan pada pasien tentang mencegahnya terulangnya kembali,
dan memberitahukan pada pasien apa yang harus dilakukan.
* Mengajarkan pada pasien tentang bahayanya penyakit menular seks beserta akibatnya
sehingga dapat lebih menjaga perilaku seksual
* Bandingkan antara pesien urethritis yang tidak mengalami gejala dan yang mengalami gejala,
kemudian segera bedakan dengan pemberian terapi.
* Segera diagnosis penyakit jika sudah mulai ada gejala yang berarti, jangan sampai terlambat pada mantan pasien.
* evaluasi dan periksa pasangan dari orang yang pernah terinfeksi.
KOMPLIKASI
Jika terjadi komplikasi maka akan terjadi hal-hal berikut:
* Striktur urethra
* Stenosis
* Formasi abses
* Dan yang jarang dapat menyebabkan epididimis, prostatis
PROGNOSIS
Semua pasien tanpa urethritis yang kompleks secara spontan harus dikembalikan ke keadaan sebelumnya dengan atau tanpa terapi. Pada penderita urethritis biasanya pengobatan yang diberikan hasil hilangnya gejala lengkap dan tidak terulang kembali.
PENCEGAHAN
Pencegahan dari urethritis ini dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan pada pasien tentang pergaulan dan perilaku seks yang sehat diantaranya:
* Mengajarkan pada pasien factor-faktor resiko yang dapat terjadi dari sindroma pms
* Menjaga pergaulan, dengan orang-orang yang berhubungan dengan multiple seks
* Menghindari pergaulan bebas
* Menghindari penyalahgunaan obat
* Menghindari freeseks
* Menggunakan kondom pada semua pasangan dan pada semua waktu melakukan hubungan seksual
* Masyarakat dianjurkan untuk mempelajari masalah-masalah penyakit yang berkaitan dengan saluran kemih, dan kesehatan tubuh.
* Menjaga kebersihan alat kelamin.
Herpes Genitalis
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Penyebab
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut.
Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan
(terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata).
Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
Gejala
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri.
Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya,
karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit.
HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis.
Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut.
Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara 3 - 7 hari.
Gejala yang timbul dapat bersifat berat tetapi bisa juga tidak tampak, terutama apabila lukanya berada di daerah mulut rahim pada perempuan.
Pada awalnya, gejala ini didahului oleh rasa terbakar beberpa jam sebelumnya pada daerah dimana akan terjadi luka. Setelah luka timbul, penderita akan merasakan gejala seperti tidak enak badan, demam, sakit kepala, kelelahan, serta nyeri otot.
Luka yang terjadi berbentuk vesikel atau gelembung-gelembung. Kemudian kulit tampak kemerahan dan muncullah vesikel yang bergerombol dengan ukuran sama besar. Vesikel yang berisi cairan ini mudah pecah sehingga menimbulkan luka yang melebar. Bahkan ada kalanya kelenjar getah bening di sekitarnya membesar dan terasa nyeri bila diraba.
Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh pada kulit bagian luar kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah anus. Sebaliknya, pada wanita gejala itu sulit terdeteksi karena letaknya tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita biasanya menyerang bagian labia majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks) tanpa gejala klinis. Gejala itu sering disertai rasa nyeri pada saluran kencing.
Penularan dan Pencegahan
Baik HSV-1 maupun HSV-2 menular melalui kontak kulit, ciuman, hubungan seks dan oral seks. Herpes paling mudah ditularkan pada masa terjadinya luka aktif. Akan tetapi virus juga dapat menyebar selama tidak ada gejala yang tampak, dan ditularkan dari daerah yang kelihatannya tidak aktif. Sebagian besar penularan herpes genitalis ini terjadi melalui kontak seksual. Sulitnya, kadang-kadang penderita tidak sadar bahwa ia sedang kambuh, sehingga dengan melakukan hubungan seks yang tidak terlindungi, ia menularkan virus ini ke pasangannya.
Memang akibat infeksi HSV-2 jarang sampai menimbulkan kematian pada orang dewasa. Namun herpes genitalis perlu penanganan serius, karena selain belum ada obat atau vaksin yang efektif, perkembangan akibatnya pun sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati besar kemungkinan akan dapat mencegah penyakit ini kambuh, sedangkan infeksi rekuren (ulangan) hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.
Suami atau istri dengan pasangan yang pernah terinfeksi herpes genitalis perlu melakukan proteksi individual dengan cara menggunakan dua macam alat perintang, yaitu spermicidal foam (busa pembasmi sperma) dan kondom. Spermicidal foam mampu mematikan virus, sedangkan kondom berfungsi untuk menghambat atau mengurangi masuknya virus. Sementara itu si pengidap harus berusaha menyingkirkan faktor-faktor pencetus seperti yang sudah diungkapkan di atas.
Yang juga dikhawatirkan adalah penularan ibu yang mengidap HSV kepada bayi yang dikandung/dilahirkannya. Bila penularan (transmisi) terjadi pada trimester I kehamilan, hal itu cenderung mengakibatkan abortus. Sedangkan pada trimester II bisa terjadi kelahiran prematur. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita herpes genitalis dapat menderita kelainan yang sangat beragam, mulai dari hepatitis, ensefalitis bahkan bisa lahir dalam keadaan mati.
Selain pencegahan terhadap penularan serta menghindari faktor pencetus bagi penderita, yang perlu juga diperhatikan adalah kondisi kejiwaan bagi penderita herpes genitalis ini. Anggapan bahwa herpes adalah penyakit kotor, tidak dapat disembuhkan, menular dengan mudah, dll, membuat orang yang terkena herpes akan malu dan takut melakukan pemeriksaan dan berobat. Padahal apabila pengobatan dilakukan sedini mungkin, maka penyakit ini lebih bisa dikendalikan.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Untuk memperkuat diagnosa, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah.
Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
Selama ini pengobatan hanya bersifat simptomatis, artinya hanya mengurangi rasa sakitnya, tidak membunuh sumber sakitnya.
Obat yang sering dipakai untuk menangani herpes genitalis biasanya yang mengandung komposisi asiklovir, isoprenosin, dan lepanisol.
Asiklovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.
Beberapa penelitian membuktikan , obat golongan ini biasanya menghambat terjadinya recurens dan mempercepat masa terjadinya kesembuhan semu.Hanya satu kunci untuk menghindari penyakit yang sulit disembuhkan ini, yaitu dengan menghindari hubungan seksual dengan pengidap. Biasanya satu sampai tiga minggu setelah melakukan kontak seks serangan pun segera tampak
Trichomoniasis
1. Identifikasi
Penyakit protozoa persisten yang umum menyerang saluran urogenital pada wanita ditandai dengan timbulnya vaginitis dengan bercak-bercak berwarna merah seperti “strawberry”, disertai dengan discharge berwarna hijau dan berbau. Penyakit ini dapat menimbulkan uretritis atau cystitis dan umumnya tanpa geja; dapat menyebabkan terjadi komplikasi obstetrik dan dapat memfasilitasi terjadinya infeksi HIV.
Infeksi pada pria biaanya menyerang kelenjar prostate, uretra, vesikula seminalis, menimbulkan gejala ringan namun dapat menyebabkan terjadinya uretritis non gonokokal pada sekitar 5 –10% dari penderita.
Biasanya trichomoniasis berdampingan dengan gonorrhea; pada suatu studi ditemukan sekitar 40%. Oleh karena itu jika ditemukan trichomoniasis maka perlu dilakukan penilaian menyeluruh terhadap semua patogen penyebab “STD” (“STD Check”). Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya parasit yang bergerak pada pemeriksaan mikroskopis atau dari kultur discharge. Parasit juga dapat dilihat dengan pengecatan pap.
2. Penyebab Infeksi
Trichomonas vaginalis, protozoa dengan flagella. Trichomonas vaginalis, yang ditularkan khususnya melalui kontak seksual secara langsung. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui mutual masturbation dan berbagai sex toys (alat bantuk seks)
3. Distribusi Penyakit
Tersebar luas; penyakit yang sering terjadi hampir di seluruh benua dan menyerang semua ras bangsa, terutama menyerang orang dewasa dengan insidensi yang tinggi pada wanita usia 16 – 35 tahun. Secara keseluruhan sekitar 20% wanita terkena infeksi pada masa usia subur.
4. Reservoir: Manusia
5. Cara-cara Penularan:
Melalui kontak dengan vagina dan discharge uretra dari penderita pada waktu senggama.
6. Masa Inkubasi
Dari 4 sampai 20 hari, rata-rata 7 hari; kebanyakan adalah berupa karier tanpa gejala selama bertahun - tahun.
Perempuan yang terinfeksi parasit Trichomonas akan mengeluarkan cairan dari vagina berwarna kuning kehijauan atau abu-abu serta berbusa dalam jumlah banyak, kadangkala disertai pendarahan dan bau tidak sedap, gatal pada vulva sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman.
Sering buang air kecil dan terasa sakit, pembengkakan vulva, rasa tidak nyaman selama berhubungan seksual dan sakit di wilayah perut. pendarahan di serviks mungkin terjadi, namun ini bukan gejala umum.
Sementara gejala pada laki-laki jarang terjadi. Namun jika pasangan mengeluhkan keluarnya cairan dari fanis berwarna putih pucat dan merasa sakit atau sulit saat buang air kecil, besar kemungkinan dia terkena trichomoniasis. Namun sekali lagi hal ini harus dipastikan dengan pemeriksaan klinis.
Trichomoniasis yang tidak ditangani tuntas dihubungkan dengan meningkatnya risiko terinfeksi HIV (virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang akan berkembang menjadi AIDS). Perempuan hamil yang terinfeksi Trichomonas berisiko melahirkan bayi prematur, berat badan lahir rendah dan infeksi hingga pelepasan plasenta. Sedangkan peradangan pada prostat (prostatitis) dan saluran kencing (cystitis) kerap dikaitkan dengan trichomoniasis pada laki-laki.
7. Masa Penularan
Penderita tetap menular selama adanya infeksi yang persisten, dapat berlangsung bertahun - tahun.
8. Kerentanan dan Kekebalan
Semua orang rentan terhadap infeksi dan infeksi yang menimbulkan gejala klinis umumnya terjadi pada wanita.
9. Cara-cara Pemberantasan
A. Upaya pencegahan
Beri penyuluhan kepada masyarakat agar segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami kelainan berupa keluarnya discharge yang berlebihan dari alat kelamin mereka. Jangan melakukan hubungan seksual sebelum dilakukan pemeriksaan yang tuntas. Ajarkan masyarakat tentang perilaku seksual yang aman. Anjurkan pengunaan kondom bagi mereka yang suka berganti ganti pasangan.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar
1) Laporan kepada institusi kesehatan setempat: Laporan resmi tidak diperlukan, Kelas 5.
2) Isolasi: Tidak ada. Hindari hubungan seks selama masa penularan dan selama dilakukan pengobatan
3) Disinfeksi: Tidak ada. Organisme tidak dapat bertahan hidup dalam keadaan kering
4) Karantina: Tidak dilakukan
5) Imunisasi kontak: Tidak ada
6) Penyelidikan terhadap kontak dan sumber infeksi:
Pasangan seks harus diperiksa untuk menemukan STD lainnya dan harus diobati.
7) Pengobatan spesifik: Metronidazole (Flagyl®), tinidazole (Fasigyn®) atau ornidazole (Tiberal®) oral efektif digunakan baik pada pasien pria maupun wanita; obat ini kontra indikasi jika diberikan selama trimester
pertama kehamilan. Dapat juga diberikan Clotrimazole, obat ini dapat menyembuhkan penderita sampai 50%, dan mengurangi gejala klinis. Pada saat yang sama pasangan seksual penderita
hendaknya juga diberi pengobatan.
Telah dilaporkan adanya penderita yang resisten terhadap metronidazole.
Untuk penderita yang resisten terhadap metronidazole diobati dengan paromomycin, intravaginal.
C. Penanggulangan Wabah/KLB: Tidak ada
D. Implikasi bencana: Tidak ada
E. Tindakan Internasional: Tidak ada.
Diagnosis
Membiakkan sampel cairan vagina/penis merupakan metode yang dapat diandalkan untuk menegakkan diagnosis trichomoniasis. Diperkirakan butuh waktu 10 hari untuk mendapat hasilnya. Pada perempuan untuk menegakkan diagnosis juga perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis cairan vagina, pap smear dan urinalysis. Leher rahim juga diperiksa jika terjadi pendarahan. Karena trichomoniasis sering terjadi bersama penyakit menular seksual lainnya, pasien perlu diperiksa untuk menentukan jenis infeksinya, apakah chlamydia, gonorrhea, syphilis, atau HIV.
Pengobatan
Sejauh ini metronidazole dikenal sebagai obat yang dapat mengobati trichomoniasis, yang diminum dalam dosis tunggal. Orang yang mengonsumsi metronidazole harus menghindari alkohol selama pengobatan, sebab reaksi kimia yang ditimbulkan dapat menyebabkan mual dan muntah. Efek samping yang timbul antara lain mual, sakit kepala dan kram bagian perut. Perempuan hamil yang hendak mengonsumsi obat ini harus konsultasi dulu ke dokter.
Meski gejala trichomoniasis pada laki-laki dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu, namun karena laki-laki yang terinfeksi parasit Trichomonas bisa saja tak menunjukkan gejala sehingga dia dapat menularkannya ke orang lain, untuk itu sebaiknya rajin memeriksakan diri ke dokter dan meminum obatnya secara teratur untuk mematikan parasit ini.
Kandiloma Akuminatum
Biasa disebut juga jengger ayam pada vagina merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus Human Papilloma (HPV).
Infeksi ini umumnya ditularkan langsung melalui hubungan seksual, yang bisa menyerang siapa saja dan dari kalangan manapun, terutama mereka yang berusia muda dan aktif secara seksual.
Jika tidak ditangani sedini mungkin penyakit jengger ayam dapat berakibat fatal dan berujung pada kematian.
Penyebab
Kandiloma Akuminatum ditularkan melalui kontak seksual. Tingginya aktivitas seksual, terutama jika dilakukan dengan pasangan seksual yang berganti-ganti ditenggarai dapat mencetus penyakit ini. Luka kecil yang terjadi akibat hubungan intim akan mempermudah virus masuk. Selain itu, riwayat memiliki jenis infeksi seksual lainnya juga ikut mempengaruhi.
Gejala
* Muncul benjolan atau bintil menyerupai warna kulit pada area alat kelamin
* Terasa gatal-gatal
* Timbul lecet
* Keluarnya cairan pada alat kelamin
Dampak
Dampak ringan yang ditimbulkan dari penyakit ini berupa munculnya bau tidak sedap pada area vagina. Kondisi yang terparah adalah dapat menyebabkan kemandulan bahkan berimbas pada kematian. Ini dikarenakan penyebab dari infeksi HPV berisiko tinggi menyebabkan kanker serviks. Bagi ibu hamil, persalinan dengan kandiloma akan berdampak fatal pada ibu maupun janin. Nyawa keduanya bisa melayang akibat perdarahan yang sangat hebat, karena kandiloma mudah sekali berdarah.
Pengobatan
Untuk mengatasi dan menghilangkan tonjolan atau benjolan pada vagina dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Penggunaan bahan obat topikal oles
2. Tindakan pembedahan, yang terbagi dalam 4 jenis yaitu bedah listrik,
bedah beku, bedah skapel dan bedah kimia
Bila penderita penyakit ini adalah pasangan suami istri, biasanya dokter juga akan melakukan pemeriksaan terhadap pasangan seksualnya. Jika ditemukan kelainan maka pasangan tersebut juga harus menjalani pengobatan.
Pencegahan
* Setialah dengan pasangan Anda
* Sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan kecuali suami istri
* Penggunaan kondom saat beraktivitas seksual sangat dianjurkan pada Anda yang berisiko tinggi akan penyakit ini
Sumber :
No comments:
Post a Comment