Seperti dilansir news.com.au, peneliti keanekaragaman hayati di North Carolina State University meminta 95 relawan untuk menempelkan lintingan kapas panjang di dalam pusar. Dalam sehari, mereka meminta sukarelawan menekan dan memutar kapas itu di pusar.
Selanjutnya, para peneliti mengambil kapas-kapas itu dan menempatnya dalam sebuah botol yang telah diberi nama masing-masing sukarelawan. Kapas itu dibiarkan di dalam botol untuk melihat pertumbuhan bakteri yang terjadi secara natural.
Hasilnya peneliti menemukan 1.400 bakteri strain. Sebanyak 80% diidentifikasikan sebagai jenis bakteri yang cukup umum, seperti bakteri yang kerap memicu gangguan kulit. Meski demikian, jumlah bakteri di setiap pusar tidak sama, tergantung seberapa sering sukarelawan itu membersihkan pusarnya.
Peneliti tidak menemukan koloni bakteri di pusar jurnalis New Science, Peter Aldhous. Ini mungkin lantaran Peter rutin membersihkan pusarnya. Sementara penulis studi ilmiah, Carl Zimmer, menyimpan sekitar 53 jenis bakteri di pusarnya, yang beberapa di antaranya cukup membuat bergidik karena hanya ditemukan di dalam tanah di Jepang.
Selanjutnya, para peneliti mengambil kapas-kapas itu dan menempatnya dalam sebuah botol yang telah diberi nama masing-masing sukarelawan. Kapas itu dibiarkan di dalam botol untuk melihat pertumbuhan bakteri yang terjadi secara natural.
Hasilnya peneliti menemukan 1.400 bakteri strain. Sebanyak 80% diidentifikasikan sebagai jenis bakteri yang cukup umum, seperti bakteri yang kerap memicu gangguan kulit. Meski demikian, jumlah bakteri di setiap pusar tidak sama, tergantung seberapa sering sukarelawan itu membersihkan pusarnya.
Peneliti tidak menemukan koloni bakteri di pusar jurnalis New Science, Peter Aldhous. Ini mungkin lantaran Peter rutin membersihkan pusarnya. Sementara penulis studi ilmiah, Carl Zimmer, menyimpan sekitar 53 jenis bakteri di pusarnya, yang beberapa di antaranya cukup membuat bergidik karena hanya ditemukan di dalam tanah di Jepang.
http://www.perempuan.com/
No comments:
Post a Comment