Anjuran bagi remaja untuk tidur lebih awal bukanlah tanpa alasan. Pasalnya, riset terbaru di AS yang diterbitkan The Journal Sleep menyebutkan remaja yang kerap tidur larut malam berpotensi besar mengalami depresi dan bunuh diri.
Riset yang melibatkan 15.000 pelajar dengan rentang usia 12 hingga 17 tahun dan orang tuanya mendapati hasil dimana 24% dari pelajar tidur larut malam, dan 71% remaja yang tidur hanya 5 jam atau kurang beresiko besar mengalami depresi dan 48%-nya berpotensi melakukan tindakan nekat seperti bunuh diri.
Riset juga menyebutkan, rata-rata remaja tidur sekitar 7 jam 53 menit. Catatan angka tersebut jauh dari jumlah jam yang direkomendasikan yakni 9 jam atau lebih.
Ketua tim peneliti asal Universitas Columbia, New York, Dr James Gangswisch mengatakan, hasil yang diperoleh pihaknya membuktikan konsistensi teori yang menyatakan kurang tidur merupakan salah satu faktor resiko penyebab depresi.
"Tidur berkualitas mampu mencegah dan mengobati depresi," tegasnya seperti dilansir dari Telegraph.co.uk, Minggu (3/1).
Sementara itu, dari sekian banyak orang tua yang ditanya dalam riset diperoleh hasil yang cukup mengejutkan dimana 54% orang tua mengatakan anak-anak mereka rata-rata tidur jam 10 malam atau lebih awal, 21% tidur pukul 11 malam dan 25% diatas jam 11 malam.
Dari catatan tersebut, para peneliti semakin yakin kurang tidur bertalian erat dengan depresi dan keinginan untuk bunuh diri, memudahkan anak cepat stres, kesulitan bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang tua mereka, dan terganggunya mood mereka. Kesimpulan itu sekaligus melengkapi riset sebelumnya yang mencatat individu yang kurang tidur memicu rasa marah berlebih.
Sejauh ini berdasarkan riset sebelumnya, masalah penyakit yang berhubungan dengan tidur seperti Insomia berpengaruh besar terhadap kesehatan seperti kondisi psikolohis, minimnya perhatian terhadap sekitar, stres dan depresi.
Peneliti juga mencatat, masalah gangguan tidur juga bertalian erat dengan kesehatan mental namun mereka belum bisa memastikan efek sampingnya.
Sebelumnya, peneliti di universitas Harvard telah menyimpulkan bahwa penyakit gangguan tidur bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental. Peneliti lain juga menduga, penyakit gangguan tidur menyebabkan tubuh memproduksi hormon berlebih termasuk hormon yang berkenaan dengan cara manusia menghadapi stres.
Riset lain juga menunjukan, berdasarkan laporan New Scientist magazine, mengobati pasien dengan pil tidur dapat mengurangi resiko depresi. Para peneliti juga percaya dengan bermimpi saat tidur, tubuh sangat terbantu untuk memperbaiki daya ingat dan menyehatkan mental
No comments:
Post a Comment