Terjalinnya sebuah hubungan khusus antara pria dan wanita bisa terjadi karena dua hal yang melatarbelakanginya, yakni seks dan cinta. Seks adalah pedang bermata dua yang tajam dan menggiurkan. Di satu sisi sebagai alat penyembuh yang luar biasa ampuh, tetapi bisa berubah menjadi sesuatu yang menyiksa dan mematikan kalau digunakan untuk maksud sembarangan.
Menurut penulis buku-buku bertema kesehatan, Lianny Hendrata, seks adalah sesuatu yang sakral karena bukan saja mempertemukan dua alat kelamin, tetapi juga mempersatukan tubuh, pikiran, dan jiwa. "Seks dan cinta adalah dua hal yang berbeda. Namun, kedua hal ini bisa bersatu menjadi hal yang sakral jika merupakan kesatuan batin dari pasangan suami-istri. Jika hanya seorang saja yang berharap mendapatkan cinta dengan memberikan seks, pihak lain akan mendapatkan seksnya, tetapi belum tentu mau memberi cintanya dengan tulus," ujar Lianny, seperti dikutip dalam buku karangannya berjudul The Power of Sex.
Lianny mengungkapkan, hubungan intim yang dilandasi dalam satu ikatan pernikahan (sakral) bisa memberikan banyak manfaat kesehatan bagi suatu pasangan. Dengan seks, seseorang dapat mengatasi problem stres karena otot-otot tubuh tersimulasi untuk menjadi rileks dan pikiran menjadi tenang.
Bahkan, lanjut Lianny, aktivitas gerakan tubuh saat berhubungan intim mampu membakar kalori yang banyak sehingga bisa menjaga bobot tubuh. Menurut dia, sudah banyak penelitian menyebutkan bahwa seks sehat yang dilakukan dengan perasaan bahagia akan memberi manfaat untuk kesehatan jiwa.
Pasalnya, berhubungan seks bukan sekadar kegiatan fisik yang dilakukan secara sembarangan atau mau dengan siapa saja. "Akan tetapi, lakukanlah kegiatan seks sebagai wujud penyatuan energi batin bersama pasangan, dan mengubah energi tersebut sebagai sumber kekuatan yang akan memperbarui tiap sel yang ada di tubuh kita," paparnya dalam buku yang baru diluncurkan tersebut.
Lianny juga memberi gambaran betapa seks juga memiliki kekuatan yang justru dapat merusak dan menghancurkan seseorang apabila dilakukan dengan sembarangan. Misalnya, dalam kasus sepasang kekasih yang sedang berpacaran.
Menurut dia, seseorang yang mencintai pasangannya dengan tulus pasti tidak akan pernah meminta untuk melakukan suatu "hubungan" yang memang belum semestinya dilakukan.
"Kalau pacar kita meminta seks sebagai tanda cintanya apakah akan kamu berikan? Sekarang, kalau pacar kita mencintai kita, justru dia tidak akan merusak kehormatan kita. Jadi kalau dia merancukan antara seks dan cinta, berarti itu masih cinta nafsu," ujar Lianny saat peluncuran bukunya beberapa waktu lalu.
Pada anak muda yang belum menikah, seks bisa menjadi kekuatan yang menghancurkan hidup apabila dilakukan sembarangan. "Zaman sekarang banyak sekali orang menikah pada saat cinta birahi. Jadi bukan cinta sejati," cetusnya.
Lianny memaparkan, betapa seks kini tidak lagi menjadi sesuatu yang sakral di kalangan remaja, terutama di luar negeri. Tak heran apabila fenomena seks pra-nikah menimbulkan beragam dampak negatif, di antaranya adalah pembunuhan, aborsi, dan bunuh diri.
Dalam sebuah penelitian terhadap 4.000 anak muda yang dilakukan para ahli di Universitas LOA di Amerika Serikat dan dimuat Journal of Marriage & Family diketahui bahwa mereka rata-rata telah melakukan hubungan seks pra-nikah. "Kesakralan perbuatan seks sudah tidak ada. Jadi dianggap sudah biasa," imbuhnya.
Adapun di Indonesia, Lianny berpandangan bahwa seks sudah dianggap sebagai pergaulan. Dengan demikian, bohong kalau dikatakan persoalan seks di Indonesia masih dianggap suatu hal yang tabu. "Karena arus bawah itu sudah sangat luar biasa," tandasnya.
Lianny berharap informasi yang disampaikannya melalui buku The Power of Sex bisa memberikan pemahaman khususnya kepada anak muda bahwa seks adalah sesuatu yang sakral dan tidak boleh dilakukan sembarangan.
kompas.com
No comments:
Post a Comment