Monday, July 4, 2011

Atresia Bilier si Perusak Hati

SEBAGIAN bayi lahir dengan kulit kekuningan menandakan fungsi hatinya belum optimal. Kelainan itu tergolong ringan. Dengan terapi penyinaran ultraviolet dilanjutkan pemaparan kulit bayi di bawah sinar matahari selama beberapa hari, kelainan itu akan hilang.

Berbekal pengetahuan itu, Doni Ardian-ta Passa dan istrinya, Dewi, tidak menaruh kecurigaan berlebih ketika bayi mereka lahir dengan kulit kekuningan. Bayi itu adalah Bilqis Anindya Passa yang belakangan ramai diberitakan media massa terkait dengan kelainan atresia bilier yang dideritanya."Saya mulai khawatir setelah dua minggu lebih warna kulit Bilqis masih kekuningan, padahal tiap pagi kami menjemurnya. Kekhawatiran saya makin bertambah melihat warna kotoran Bilqis ndak seperti bayi lainnya. Warnanya putih seperti dempul (putih pekat)," ujar Doni.

Akhirnya, Doni pun memeriksakan Bilqis ke rumah sakit. Setelah melalui proses-proses pemeriksaan, Bilqis didiag-nosis menderita kelainan atresia bilier. Kelainan itu membuat hati Bilqis rusak. Untuk mengatasinya, Bilqis harus menjalani transplantasi hati. "Kini kami tengah menunggu hasil evaluasi dokter mengenai pelaksanaan transplantasi hati Bilqis," ujar Doni yang selama beberapa hari ini menunggui Bilqis di RS dr Karyadi Semarang, yang akan menjadi tempat operasi transplantasi hati.

Sebenarnya, apakah atresia bilier itu? Menurut konsultan gastroentero-hepatologi anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) dr Hanifah Oswari SpA(K), atresia bilier adalah penyakit yang timbul akibat rusaknya saluran empedu di luar hati sehingga tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus 12 jari yang normalnya terjadi.

"Akibatnya cairan empedu menumpuk di hati. Salah satu komponen empedu, yaitu asam empedu, bila tertumpuk, dapat merusak hati dan bila tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa gatal," ujar Hanifah.
Selain itu, lanjut Hanifah, dalam empedu juga terdapat bilirubin. Bilirubin yang tertahan dalam hati akan dikeluarkan ke dalam aliran darah dan dapat mewarnai kulit dan bagian putih mata sehingga berwarna kuning. Bila berlangsung lama, kerusakan hati dapat menyebabkan kerusakan hati lanjut yang disebut sirosishati. Bila terus berlanjut, itu akan dapat menyebabkan perdarahan di saluran cerna karena peningkatan tekanan darah yang masuk ke hati.

Kerusakan hati yang terjadi pada kasus atresia bilier bersifat progresif, terus merusak saluran empedu termasuk yang di dalam hati. Pada akhirnya hal itu menyebabkan gagal hati yang harus diatasi dengan transplantasi hati. Atresia bilier adalah penyebab transplantasi hati terse-ring pada bayi/anak.

Sebetulnya sebelum transplantasi hati dilakukan, bila bayi berusia kurang dari dua bulan, dapat dilakukan prosedur kasai. Prosedur itu untuk mengalirkan empedu langsung ke usus, tapi pada akhirnya tetap memerlukan transplantasi hati untuk mengembalikan fungsi hati yang rusak.

"Ada juga pasien yang sudah dilakukan kasai sampai usia 25 tahun hatinya belum ditransplantasi. Empedu yang tertahan di hati pada akhirnya akan menyebabkan sirosis hati dan bila terus berlanjut, akan menyebabkan gagal hati," ujar Hanifah.

Biaya mahal

Operasi transplantasi hati yang di Indonesia baru bisa dilakukan di RS Dr Karyadi tergolong operasi berbiaya mahal, mencapai miliaran rupiah. Pasalnya, ada dua operasi yang dilakukan pada waktu transplantasi. Pertama operasi untuk mengambil hati dari donor dan kedua operasi mengeluarkan hati yang rusak dari pasien dan menggantinya dengan hati dari donor. Operasi bisa berlangsung selama 10-12 jam.

"Setelah operasi diperlukan perawatan di ICU untuk kedua orang tersebut. Di samping itu diperlukan obat-obat untuk mencegah infeksi, mencegah penolakan hati, dan lain-lain. Semuanya berbiaya mahal," ujar Hanifah.
Sesudah operasi pasien perlu diperiksa fungsi hati secara berkala dan pemeriksaan radiologis mulai dari USG sampai CT scan. Kadang-kadang diperlukan operasi ulang bila ada gangguan pasca operasi.

Setelah stabil pasien masih perlu dipantau di rumah sakit sebelum diizinkan pulang. Seluruh rangkaian operasi transplantasi hati tersebut memerlukan biaya yang tinggi. Mahalnya biaya transplantasi hati itu menjadi kendala bagi pasien atresia bilier dan keluarganya. Beruntung Bilqis mendapat bantuan dana dari pemerintah dan para dermawan. Namun, Bilqis bukanlah satu-satunya bayi dengan kelainan atresia bilier. Data dua tahun di RSCM menunjukkan ada 164 bayi dengan kelainan hati yang disebut kolestasis, 23% di antaranya adalah atresia bilier.

"Angka ini mungkin lebih besar lagi mengingat masih banyak kasus yang tidak sampai ke RSCM," jelas Hanifah.

Tentu saja, pihak-pihak terkait perlu mencari solusi bagi bayi-bayi penderita atresia bilier lain. (*/S-5)

No comments:

Post a Comment