Tidak peduli apakah Anda sedang menerapkan kedisiplinan, ataupun sedang berdebat dengan anak, ketika orang tua mulai berteriak, ia kehilangan kredibilitasnya. Tak peduli siapa yang benar atau siapa yang salah. Percakapan, debat, atau adu argumen dianggap selesai ketika suara Anda semakin meninggi. Hal ini membuat tujuan-tujuan yang hendak diterapkan pada anak, menjadi tidak akan tercapai.
Berikut ini tiga hal yang bisa Anda lakukan sebagai ganti dari “peninggian suara” tersebut, seperti dilansir dari About.com:
Jadilah responsif, bukan reaktif. Trik ini mengharuskan Anda untuk menguasai respon emosional Anda, ketika Anda sedang memiliki percakapan dengan anak. Ketika Anda melakukannya, Anda bisa menanggapi apa yang ia katakan, tanpa perlu bereaksi marah atau ngotot ingin didengar, seperti bagaimana yang Anda rasakan. Gunakan kemampuan mendengar Anda.
Biarkan anak menangani masalahnya sendiri. Ketika Anda mendapati pada akhir semester, nilai pada laporan belajar anak Anda jelek, jangan langsung mengamuk. Karena nilai jelek itu bukan milik Anda, tapi si anak. Dialah yang duduk di kelas, dia yang belakar, dan dia juga yang mendapatkan nilai yang jelek.
Maka, tanyakan kepadanya bagaimana rencananya untuk memperbaiki nilai buruknya tersebut, dan Anda terapkan pula kedisiplinan padanya, dengan harapan dia belajar dengan lebih serius ke depannya. Semakin Anda terlalu ikut campur dengan urusannya, semakin besar juga potensi Anda untuk kesal dan marah-marah padanya. Tugas Anda hanya meluruskan jika ia sudah terlihat keluar dari jalur.
Jangan terpengaruh. Jika merasa terganggu dengan perdebatan antara Anda dan anak yang tak kunjung henti dan semakin memanas, keluarlah dari percakapan tersebut, istirahatlah. Katakan, “Kita bisa bahas lagi nanti malam (sepakati waktunya)”. Kemudian Anda bisa tinggalkan ruangan dan tenangkan hati Anda. Mungkin hal ini akan mengecewakan anak, tetapi katakanlah bahwa Anda tidak bermaksud untuk tidak peduli dengan pembicaraan tersebut, tetapi masing-masing harus bisa bersikap tenang, termasuk si anak.
No comments:
Post a Comment