Jika seseorang terkena penyakit ini, ia hanya tinggal menghitung hari menuju hari terakhirnya di dunia ini dengan penuh kesakitan dan penderitaan. Penderitaan seperti muntah darah, mengigau, menderita radang di bawah kulit, keluar bisul dan benjolan – benjolan sebesar telur, penderitaan itu akan terus menemani hingga ajal menjemput.
Itulah kengerian penderitaan orang yang menderita penyakit sampar hitam. Dinamakan sampar hitam karena bercak-bercak hitam yang terdapat di kulit penderita pada awal kejangkitannya. Penyakit sampar hitam ini pun menjadi epidemi di tahun 1347 – 1351 di Eropa dan daerah lainnya dan menewaskan kurang lebih 75 juta jiwa penduduk dunia, termasuk sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa dan peristiwa dikenal dengan nama “The Black Death”.
Sungguh mengerikan, dalam tahun-tahun kelam tersebut dapat ditemukan dengan sangat mudah jenazah-jenazah korban sampar hitam, bau amis busuk pun tercium dimana-mana. Seperti di jalan-jalan terbuka, jenazah-jenazah membusuk tergeletak begitu saja tanpa ada yang mau menguburkan karena takut tertular. Penderita sampar hitam pun merasakan sakit bersama dengan ribuan orang juga tertular tanpa adanya obat yang bisa mengobati, dan mati tanpa pendamping dan pemakaman yang layak.
Jika terkena penyakit ini, dapat dipastikan pasien akan meninggal dalam waktu dekat, bahkan saking berbahayanya penyakit ini, para penderita penyakit sampar hitam dijadikan “peluru” untuk dilemparkan ke arah musuh dengan menggunakan ketapel (terjadi di Asia). Sungguh tindakan yang tidak manusiawi…
Mengapa wabah sampar hitam ini dapat diderita oleh manusia ? Penyakit ini diyakini disebabkan oleh tikus yang membawa bakteri Yersinia pestis. Tikus pembawa bencana ini diyakini terangkut oleh kapal Italia yang bersiap pulang ke negerinya. Pada bulan April 1348, Firenze dilanda wabah sampar hitam mulai melanda Eropa. Kemudian pada tahun itu juga Italia bagian lain dan Perancis menyusul. Giliran Inggris pada tahun 1349, sedangkan Jerman dan Skandinavia pada tahun 1350.
Sumber : http://joyhomework.wordpress.com
No comments:
Post a Comment