Friday, June 10, 2011

Dokter Yang Bagus Bukan Ditandai Dengan Ramai Tidaknya Pasiennya


Banyak di antara masyarakat yang menilai kualitas seorang dokter dari sisi jumlah pasien pasien yang datang berobat. Semakin banyak pasien yang datang, berarti semakin bagus pula kualitas seorang dokter.
Pada kenyataanya, menurut Farmakolog dari Universitas Indonesia dr. Zunilda S. Bustami, MS, Sp.FK, keadaan itu tidak bisa serta merta menjadi suatu patokan dalam menilai bagus tidaknya kinerja dokter. Justru dia menilai, dokter yang ramai pasien, belum tentu bagus.
"Dia mana punya waktu untuk menjawab pertanyaan anda. Jadi kesalahan masyarakat itu, percaya hanya dengan omongan orang dari mulut ke mulut saja", katanya dalam sebuah seminar dan diskusi panel 'Resistensi Mikroba: Mengapa dan Apa yang Harus Kita Lakukan?' di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Kamis, (9/6/2011) kemarin.
Oleh karena itu, Zunilda mengimbau masyarakat tidak mudah percaya dengan informasi yang diperoleh tanpa membuktikannya langsung. "Lebih baik buktikan sendiri. Dokter bagus itu yang bisa memberikan informasi kepada pasien. Artinya dia harus punya waktu. Kalau pasiennya banyak mana punya waktu?" jelasnya.
Zunilda menambahkan, setiap pasien pada dasarnya harus "cerewet" dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya saat bertemu dokter. Pasalnya, pasien memiliki hak untuk bertanya kepada dokter mengenai penyakit yang diidapnya, dan berhak bertanya soal resep obat yang diberikan.
"Jadi kalau ingin ditangani dengan benar, pasien harus cerewet. Tanya apa saja kepada dokter," cetusnya.
Selain rajin memberikan informasi kepada pasien, lanjut Zunilda seorang dokter juga harus mau melakukan diagnosis ulang apabila diketahui obat yang diberikan kepada pasien ternyata tidak efektif.
"Kalau itu tidak dilakukan berarti itu bukan dokter yang benar," pungkasnya.

No comments:

Post a Comment