Thursday, June 30, 2011

Thalasemia Bisa Dicegah

Thalasemia Bisa Dicegah
Sekalipun tergolong penyakit genetis atau turunan, Thalasemia atau penyakit kelainan darah bisa dicegah sejak dini. Thalasemia disebabkan kurangnya produksi hemoglobin (sel darah merah) sebagai akibat terjadinya gangguan dalam proses pembentukan rantai sel darah karena kerusakan gen dalam tubuh..

Demikian penjelasan, Prof. Dr. Iskandar Wahidiyat, Pakar Thalasemia Rumah sakit Cipto Mangunkusomo Jakarta, dalam Acara perkenalan Program Duta Thalasemia yang digagas Novartis Indonesia di Jakarta, baru-baru ini. Turut hadir, penderita Thalasemia yang ditunjuk menjadi Duta Thalasemia, Thariq Hidayat Kanz, 17 tahun, asal Ciledug, Tangerang, Jawa Barat.

Iskandar menjelaskan, hingga sekarang ini keberadaan Thalasemia merupakan penyakit menurun terbanyak di dunia. Berdasarkan data terakhir yang dikutipnya dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 250 juta penduduk dunia (4.5%) membawa genetik Thalasemia. Dari 250 juta, 80-90 juta diantaranya membawa genetik Thalasemia Beta.

"Sementara itu, 300 ribu anak terinfeksi tiap tahunnya, dan 60-70 ribu diantara menderita Thalasemia Beta. Secara keseluruhan populasi pembawa genetik Thalasema naik secara signifikan," paparnya.

Di Indonesia sendiri, masih Iskandar menjelaskan, jumlah penderita Thalasemia mengalami kenaikan. Pada tahun 1994, Iskandar memperkirakan jumlah penderita Thalesemia mencapai 500 jiwa. Angka tersebut meningkat 3 kali lipat menjadi 1500 jiwa pada tahun 2008, dan dia memprediksikan pada tahun 2020 nanti, angka penderita Thalasemia naik drastis menjadi 22500 jiwa.

"Sejauh ini pemerintah tidak menjalankan program penanganan secara total lantaran masih fokus menangani penyakit infeksi," imbuhnya.

Padahal, kata dia, untuk menangani penderita Thalasemia dibutuhkan dana yang cukup besar. Berdasarkan perhitungan RSCM, setiap penderita Thalasemia membutuhkan anggaran 300 juta pertahun guna mengobati penyakit tersebut. Angka itu bakalan melonjak drastis menjadi 50 triliun rupiah pertahun di tahun 2020. "Angka ini harusnya bisa dialokasikan buat anggaran pendidikan," imbuhnya.

Sebab itu, Iskandar melihat, pencegahan jauh lebih efektif guna menekan pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan untuk mengobati Thalasemia.

Terkait masalah faktor genetis sebagai batu sandungan melakukan langkah pencegahah,Dia berpendapat, tidak ada masalah dengan faktor genetis yang selama ini diartikan sebagai faktor pemberat berjalannya program pencegahan.

Prof. Iskandar lantas menyarankan beberapa langkah pencegahan yang idealnya segera dilakukan pemerintah yaitu, pertama dan paling esensial adalah peran pemerintah. "Siprus misalnya, berkat komitmen pemerintahnya, mereka mampu menekan angka penderita Thalasemia menjadi 0%, dan coba bandingkan dengan Inggris, yang pemerintahnya tidak berkomitmen lantara banyak penduduk asing. Akibatnya, angka penderita Thalasemia di negara itui naik signifikan," ungkapnya.

Sementara itu, faktor lainya antara lain, pemenuhan pendidikan kesehatan, Screening, penciptaan laboratorium untuk screening dan pra natal, serta genetik konseling. "Melalui langkah-langkah itu, sangat memungkinkan berhasilnya penurunan angka penderita Thalasemia," pungkasnya.

Pentingnya Screening

Sementara itu, bila di negara barat mewajibkan penderita Thalasemia melakukan screening, di Indonesia sendiri terhitung belum mengenal hal itu. Akibatnya, penyebaran Thalasemia tidak bisa dikontrol.

"Di Italia misalnya, sebelum melakukan pernikahan, masing-masing pasangan harus menunjukan surat hasil screening. Dari situ, pihak konseling memberikan saran terkait dampak yang diakibatkan pernikahan itu," ungkap Pakar Thalasemia, Prof. Dr. Prastika Wahidiyat.

"Hanya dari 1% dari mereka yang tidak melanjutkan pernikahan tersebut. Tapi mereka melakukan beberapa langkah seperti melakukan adopsi anak, atau melakukan pemeriksaan kandungan saat usia 10 minggu," tuturnya.

Dia mengungkapkan, hal-hal semacam itu sudah banyak dilakukan dibeberapa negara termasuk negara Islam seperti Iran.

"Sudah selayaknya Indonesia menjalankan hal serupa. Terlebih, Indonesia terdiri dari beribu-ribu suku yang menyebar di setiap pula. Melalui keberadaan surat keterangan screening Thalesemia bisa menekan lahu penyebaran penyakit tersebut," tegasnya

No comments:

Post a Comment