Thursday, November 19, 2009

MENDETEKSI BENIH KANKER DENGAN BIOMARKER C-12

MENDETEKSI BENIH KANKER DENGAN BIOMARKER C-12

Kanker, rasanya hati kita langsung ngeri mendengar momok yang satu ini. Diperkirakan pada tahun 2010 penyakit ini akan menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi penyakit akibat pertumbuhan sel yang tak terkendali ini.
Meski belum ada obat yang mampu mengatasi kanker, namun angka kematian karena kanker sebenarnya bisa dicegah lewat deteksi dini. Menurut dr.Agus Kosasih, Sp.PK, penanggung jawab laboratorium patologi RS Kanker Dharmais Jakarta, bila kanker ditemukan masih pada stadium satu maka tujuan terapinya adalah penyembuhan, sedangkan penanganan kanker stadium lanjut bertujuan untuk memperpanjang usia pasien.
"Makin dini diketahui, makin besar peluang sembuhnya," katanya.
Perkembangan terkini dalam teknologi deteksi kanker, terutama di bidang proteomic dan protein chip atau micro array telah mendorong terciptanya biomarker C-12 protein chip, yang merupakan suatu analisis pararel dari 12 tipe penanda tumor (tumor marker) yang berbeda dalam satu pemeriksaan.
Tumor marker merupakan substansi atau zat yang dikeluarkan oleh sel tumor atau bagian tubuh lainnya sebagai respon terhadap adanya pertumbuhan sel tumor. Sistem ini memungkinkan eksplorasi tumor untuk skrining kanker. Pemeriksaan ini akan menganalisis 12 macam tumor marker, yaitu CA-19-9, NSE, CEA, CA242, Ferritin, HCG, AFP, f-PSA, PSA, CA-125, HGH, CA15-3.
Beberapa jenis kanker yang bisa dideteksi lewat sistem baru ini antara lain kanker hati, paru, lambung, kolorektal, payudara, ovarium, pankreas, rahim, testis, kandung kemih, prostat, tiroid, esofagus, serta endometrium. "Dibanding dengan pemeriksaan tunggal atau single marker, sistem biomarker C-12 ini lebih akurat dan biayanya lebih murah," kata Ampi Retnowardani, Marketing Communication Manager laboratorium klinik Prodia.
Meski demikian, penggunaan tumor marker ini hanya bertujuan untuk skrining dan memantau efektivitas terapi pada pasien kanker. "Pemeriksaan ini tidak bisa dipakai untuk diagnosis karena sifat kanker yang unik dan rumit. Diagnosis kanker harus melewati beberapa pemeriksaan, mulai dari periksa darah, CT-Scan, anamnesis, dan banyak lagi sebelum sampai pada kesimpulan kanker," papar Agus.
Skrining kanker, tambah Agus, boleh dilakukan untuk orang sehat yang ingin melakukan deteksi dini. Karena itu hasil dari skrining ini dipakai sebagai alarm terhadap kesehatan. "Bila hasil tesnya positif, maka harus difollow-up lewat pemeriksaan lainnya untuk merujuk kelainan yang mencurigakan ke arah kanker. Namun bila hasilnya negatif, belum tentu juga pasien bebas kanker," katanya.
Pemeriksaan biomarker C-12 ini merupakan layanan terbaru yang ditawarkan oleh Prodia yang bekerja sama dengan HSC Medical Center, Malaysia. "Di Malaysia, pemeriksaan biomarker ini sudah menjadi bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin (check up) karyawan di sana," kata Ampi.
Selain untuk pemeriksaan kesehatan, menurut Agus, teknologi biomarker ini sebenarnya lebih tepat untuk pasien kanker yang sudah menjalankan operasi, kemoterapi, atau radiasi. "Bila hasil pemeriksaan nilainya cenderung naik, dokter akan waspada mungkin sel tumornya tumbuh lagi," katanya.

No comments:

Post a Comment