DENGAN pola makan yang baik, yaitu mengonsumsi makanan tinggi serat dan tinggi protein, mengurangi konsumsi daging merah dan lemak jenuh yang berasal dari hewani. Anda bisa memperkecil risiko terjangkit kanker kolorektal.
Melakukan olahraga secara rutin, dan menggunakan obat-obat chemoprevention seperti Aspirin dan golongan obat-obat anti-inflamasi non-steroid, juga merupakan langkah pencegahan kanker kolorektal.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang pada awalnya membentuk polip.
Polip dapat diangkat dengan mudah namun sering kali adenoma tidak menampakkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.
Kanker kolorektal ini dapat menyebar keluar jaringan usus besar dan ke bagian tubuh lainnya. Dan di Indonesia sendiri, kini kanker kolorektal mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Perdarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar, dan perubahan kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi dan konsistensi buang air besar (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas -berlangsung lebih dari enam pekan- merupakan gejala Anda terjangkit kanker kolorektal.
Gejala kanker kolorektal lainnya juga bisa Anda deteksi sendiri. Bila Anda mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, sering merasa sakit di perut atau bagian belakang, dan perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar, bisa jadi Anda positif terjangkit kanker kolorektal.
Bila sudah melakukan pemeriksaan ke dokter, dan hasilnya memang positif. Ada beberapa pilihan terapi untuk mengobati kanker kolorektal. Apa saja? Berikut ini DR dr Aru Wisaksono Sudono SpPD KHOM, ahli kanker terkemuka di Indonesia memaparkannya untuk Anda.
Pembedahan atau operasi
Tindakan ini paling umum dilakukan untuk jenis kanker yang terlokalisir dan dapat diobati.
Radioterapi atau radiasi
Tergantung pada letak atau posisi dan ukuran tumor, radioterapi hanya digunakan untuk tumor pada rektum, sehingga mempermudah pengambilannya saat operasi. Radioterapi juga bisa diberikan setelah pembedahan untuk membersihkan sel kanker yang mungkin masih tersisa.
Kemoterapi
Kemoterapi menghancurkan sel kanker dengan cara merusak kemampuan sel kanker untuk berkembang biak. Pada beberapa kasus kemoterapi diperlukan untuk memastikan kanker telah hilang dan tak akan muncul lagi. Salah satu pilihan kemoterapi yang banyak digunakan adalah Capecitabine (Xeloda), kemoterapi berbentuk tablet yang pertama di dunia.
Capecitabine adalah tablet yang bekerja menyerang sel kanker saja tanpa menimbulkan ketidaknyamanan dan bahaya seperti pada kemoterapi infus konvensional.
Kenapa harus dilakukan kemoterapi?
"Sel kanker tidak bisa mati pada waktunya, mendesak sel-sel sehat, lepas kendali dalam pertumbuhan. Operasi tidak bisa menjamin 1 sel yang ketinggalan, dan tidak terambil. Tidak pernah ada penelitian bersih 100 persen," ujar dr Aru yang menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia dalam acara media workshop ”Kanker Kolorektal” yang diadakan oleh Yayasan Kanker Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Terapi Fokus Sasaran (Targeted Therapy)
Salah satu jenis terapi fokus sasaran adalah antibodi monoklonal. Antibodi ada dalam tubuh kita sebagai bagian dari sistem pertahanan tubuh yang disebut sistem kekebalan (sistem imun) yang berfungsi melawan penyebab penyakit seperti bakteri.
Antibodi monoklonal dapat bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh alamiah untuk secara khusus menyerang sel kanker. Terapi ini dapat digunakan secara tunggal, atau kombinasi dengan kemoterapi. Salah satu terapi antibodi monoklonal adalah Bevacizumab (dipasarkan dengan nama Avastin) yang bekerja dengan ara menghambat pasokan darah ke tumor sehingga menghambat pertumbuhan tumor, memperkecil ukuran tumor, dan mematikannya
Melakukan olahraga secara rutin, dan menggunakan obat-obat chemoprevention seperti Aspirin dan golongan obat-obat anti-inflamasi non-steroid, juga merupakan langkah pencegahan kanker kolorektal.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang pada awalnya membentuk polip.
Polip dapat diangkat dengan mudah namun sering kali adenoma tidak menampakkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.
Kanker kolorektal ini dapat menyebar keluar jaringan usus besar dan ke bagian tubuh lainnya. Dan di Indonesia sendiri, kini kanker kolorektal mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Perdarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar, dan perubahan kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi dan konsistensi buang air besar (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas -berlangsung lebih dari enam pekan- merupakan gejala Anda terjangkit kanker kolorektal.
Gejala kanker kolorektal lainnya juga bisa Anda deteksi sendiri. Bila Anda mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, sering merasa sakit di perut atau bagian belakang, dan perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar, bisa jadi Anda positif terjangkit kanker kolorektal.
Bila sudah melakukan pemeriksaan ke dokter, dan hasilnya memang positif. Ada beberapa pilihan terapi untuk mengobati kanker kolorektal. Apa saja? Berikut ini DR dr Aru Wisaksono Sudono SpPD KHOM, ahli kanker terkemuka di Indonesia memaparkannya untuk Anda.
Pembedahan atau operasi
Tindakan ini paling umum dilakukan untuk jenis kanker yang terlokalisir dan dapat diobati.
Radioterapi atau radiasi
Tergantung pada letak atau posisi dan ukuran tumor, radioterapi hanya digunakan untuk tumor pada rektum, sehingga mempermudah pengambilannya saat operasi. Radioterapi juga bisa diberikan setelah pembedahan untuk membersihkan sel kanker yang mungkin masih tersisa.
Kemoterapi
Kemoterapi menghancurkan sel kanker dengan cara merusak kemampuan sel kanker untuk berkembang biak. Pada beberapa kasus kemoterapi diperlukan untuk memastikan kanker telah hilang dan tak akan muncul lagi. Salah satu pilihan kemoterapi yang banyak digunakan adalah Capecitabine (Xeloda), kemoterapi berbentuk tablet yang pertama di dunia.
Capecitabine adalah tablet yang bekerja menyerang sel kanker saja tanpa menimbulkan ketidaknyamanan dan bahaya seperti pada kemoterapi infus konvensional.
Kenapa harus dilakukan kemoterapi?
"Sel kanker tidak bisa mati pada waktunya, mendesak sel-sel sehat, lepas kendali dalam pertumbuhan. Operasi tidak bisa menjamin 1 sel yang ketinggalan, dan tidak terambil. Tidak pernah ada penelitian bersih 100 persen," ujar dr Aru yang menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia dalam acara media workshop ”Kanker Kolorektal” yang diadakan oleh Yayasan Kanker Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Terapi Fokus Sasaran (Targeted Therapy)
Salah satu jenis terapi fokus sasaran adalah antibodi monoklonal. Antibodi ada dalam tubuh kita sebagai bagian dari sistem pertahanan tubuh yang disebut sistem kekebalan (sistem imun) yang berfungsi melawan penyebab penyakit seperti bakteri.
Antibodi monoklonal dapat bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh alamiah untuk secara khusus menyerang sel kanker. Terapi ini dapat digunakan secara tunggal, atau kombinasi dengan kemoterapi. Salah satu terapi antibodi monoklonal adalah Bevacizumab (dipasarkan dengan nama Avastin) yang bekerja dengan ara menghambat pasokan darah ke tumor sehingga menghambat pertumbuhan tumor, memperkecil ukuran tumor, dan mematikannya
No comments:
Post a Comment