London, Penderita epilepsi atau ayan biasanya menggunakan obat-obatan yang sesuai dengan jenis kejang-kejangnya. Tapi dari berbagai obat yang beredar peneliti menemukan satu obat yang efektif dan paling sedikit efek sampingnya.
Obat ini adalah Ethosuximide yakni obat tua yang paling banyak dipakai untuk epilepsi petit mal atau epilepsi dengan serangan singkat tapi terjadi selama berhari-hari.
Ketika penyakitnya kumat, penderita epilepsi tidak menyadari apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Kaki dan tangannya kejang-kejang, tatapan mata lurus tanpa ada respons ketika diajak komunikasi. Tapi ketika sudah sadar, penderita bisa menjalankankan aktivitasnya lagi seolah-olah tidak pernah ada serangan karena tidak menyadarinya.
Peneliti melakukan perbandingan tiga tipe obat yang biasa digunakan untuk mengobati sindrom epilepsi yang sering terjadi pada anak-anak atau yang disebut childhood absence epilepsy.
Seperti dilansir dari Indiavision, Rabu (17/3/2010), penelitian terbaru itu menunjukkan bahwa salah satu obat anti-kejang (epilepsi) tertua yaitu ethosuximide, merupakan obat paling efektif untuk anak-anak epilepsi.
OHSU Children's Hospital Doernbecher adalah salah satu dari 32 pusat pediatrik epilepsi terlengkap yang dipilih untuk berpartisipasi dalam sidang ini sebagai patokan dalam kelompok studi NIH Childhood Absence Epilepsy Study Group.
"Sebagian besar pemahaman ilmiah kita tentang perawatan epilepsi pada anak berasal dari pengalaman sejarah atau penelitian yang melibatkan pasien dewasa, tetapi kondisi ini tidak identik," kata Colin Roberts, MD, kepala peneliti OHSU Doernbecher, asisten profesor pediatri dan neurologi, dan juga direktur OHSU Doernbecher's Pediatric Epilepsy Program.
Sebelum studi yang hasil awalnya telah diterbitkan di New England Journal of Medicine pekan lalu, tidak ada bukti definitif tentang obat yang bekerja lebih baik.
Menurut Robert, kajian ini merupakan langkah penting dalam pemahaman tentang epilepsi pada anak. "Belum pernah terjadi sebelumnya kita mendapatkan dokumen sedemikian komprehensif, metode ilmiah pilihan yang terbaik untuk mengobati anak-anak dengan kondisi ini," katanya.
Kelompok studi mendaftarkan 453 anak yang baru didiagnosa epilepsi dari Juli 2004 hingga Oktober 2007. Peserta penelitian secara acak diberikan ethosuximide, asam valproic atau lamotrigine. Dosis obat secara bertahap meningkat sampai anak itu bebas dari kejang.
Setelah 16 minggu terapi, para peneliti menemukan bahwa ethosuximide dan asam valproic secara signifikan lebih efektif daripada lamotrigine dalam mengendalikan kejang, tanpa efek samping tak tertahankan. Tapi ethosuximide memberikan efek samping paling sedikit dibanding yang lain.
Saat ini ada beberapa jenis obat epilepsi yang digunakan tergantung dari jenis kejang-kejangnya. Contohnya Acetazolamide, Carbamazepine, Clobazam, Clonazepam, Ethosuximide, Gabapentin, Lamotrigine, Levetiracetam, Nitrazepam, Oxcarbazepine, Phenobarbitone, Phenytoin, Sodium valproate, Topiramate.
Obat ini adalah Ethosuximide yakni obat tua yang paling banyak dipakai untuk epilepsi petit mal atau epilepsi dengan serangan singkat tapi terjadi selama berhari-hari.
Ketika penyakitnya kumat, penderita epilepsi tidak menyadari apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Kaki dan tangannya kejang-kejang, tatapan mata lurus tanpa ada respons ketika diajak komunikasi. Tapi ketika sudah sadar, penderita bisa menjalankankan aktivitasnya lagi seolah-olah tidak pernah ada serangan karena tidak menyadarinya.
Peneliti melakukan perbandingan tiga tipe obat yang biasa digunakan untuk mengobati sindrom epilepsi yang sering terjadi pada anak-anak atau yang disebut childhood absence epilepsy.
Seperti dilansir dari Indiavision, Rabu (17/3/2010), penelitian terbaru itu menunjukkan bahwa salah satu obat anti-kejang (epilepsi) tertua yaitu ethosuximide, merupakan obat paling efektif untuk anak-anak epilepsi.
OHSU Children's Hospital Doernbecher adalah salah satu dari 32 pusat pediatrik epilepsi terlengkap yang dipilih untuk berpartisipasi dalam sidang ini sebagai patokan dalam kelompok studi NIH Childhood Absence Epilepsy Study Group.
"Sebagian besar pemahaman ilmiah kita tentang perawatan epilepsi pada anak berasal dari pengalaman sejarah atau penelitian yang melibatkan pasien dewasa, tetapi kondisi ini tidak identik," kata Colin Roberts, MD, kepala peneliti OHSU Doernbecher, asisten profesor pediatri dan neurologi, dan juga direktur OHSU Doernbecher's Pediatric Epilepsy Program.
Sebelum studi yang hasil awalnya telah diterbitkan di New England Journal of Medicine pekan lalu, tidak ada bukti definitif tentang obat yang bekerja lebih baik.
Menurut Robert, kajian ini merupakan langkah penting dalam pemahaman tentang epilepsi pada anak. "Belum pernah terjadi sebelumnya kita mendapatkan dokumen sedemikian komprehensif, metode ilmiah pilihan yang terbaik untuk mengobati anak-anak dengan kondisi ini," katanya.
Kelompok studi mendaftarkan 453 anak yang baru didiagnosa epilepsi dari Juli 2004 hingga Oktober 2007. Peserta penelitian secara acak diberikan ethosuximide, asam valproic atau lamotrigine. Dosis obat secara bertahap meningkat sampai anak itu bebas dari kejang.
Setelah 16 minggu terapi, para peneliti menemukan bahwa ethosuximide dan asam valproic secara signifikan lebih efektif daripada lamotrigine dalam mengendalikan kejang, tanpa efek samping tak tertahankan. Tapi ethosuximide memberikan efek samping paling sedikit dibanding yang lain.
Saat ini ada beberapa jenis obat epilepsi yang digunakan tergantung dari jenis kejang-kejangnya. Contohnya Acetazolamide, Carbamazepine, Clobazam, Clonazepam, Ethosuximide, Gabapentin, Lamotrigine, Levetiracetam, Nitrazepam, Oxcarbazepine, Phenobarbitone, Phenytoin, Sodium valproate, Topiramate.
Merry Wahyuningsih - detikHealth
No comments:
Post a Comment