Thursday, December 10, 2009

Inisiasi Menyusu Dini Tekan Kematian Bayi

Air Susu Ibu (ASI) sejak dahulu kala dipercaya sebagai satu-satunya nutrisi utama bagi bayi baru lahir. Keberadaan ASI menjamin bayi mendapatkan sumber gizi sebelum bayi mendapatkan mencerna makanan padat. Ironisnya, masih banyak Ibu yang menanggap remeh pemberian ASI pada anaknya.

Berdasarkan data terbaru Departemen Kesehatan, angka kematian bayi dan balita di Indonesia semakin meningkat. Setidaknya, tiap 6 menit bayi baru lahir di Indonesia meninggal.

Dr. Utami Roesli SpA, dokter spesialis anak dari RS. St Carolus mengatakan angka kematian bayi dan balita yang tinggi itu, dapat ditekan dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan memberikan ASI ekslusif. Pasalnya, ASI memiliki kandungan "ajaib" yang tidak ada pada susu atau makanan apapun.

"ASI adalah hadiah sangat berharga yang dapat diberikan orang tua pada bayinya. Pada keadaan miskin seklaipun, mungkin merupakan hadiah satu-satunya yang dapat diberikan, dan pada keadaan sakit, dapat merupakan pemberian yang menyelamatkan jiwanya," tegasnya dihadapan para peserta seminar "Inisiasi Menyusui Dini dan ASI menyelamatkan kehidupan bayi dan Balita" di Jakarta Convention Center, akhir pekan lalu.

Ia menambahkan, hingga kini belum ada temuan yang dapat menggantikan posisi ASI. Kandungan ajaib itulah yang berguna menekan angka kematian bayi dan balita.

Saat bayi terlahir, menurutnya dengan mengutip hasil penelitian di Inggris tahun 2006, bayi harus segera disusui dengan alasan, kontak kulit bayi dengan ibu selama satu jam, dapat mengurangi 22 persen kematian pada bayi. Sedangkan menyusu hari pertama, 16% bayi baru lahir dapat terselamatkan dan sebaliknya, penangguhan hari permulaan menyusu meningkatkan potensi kematian pada bayi baru lahir.

Sementara itu, tambah Utami,pemberian ASI ekslusif sampai 6 bulan dan dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun, dapat meningkatkan IQ anak dan menurunkan angka kesakitan. Utami mencontohkan, anak yang mendapat IMD dan ASI Esklusif 6-8 kali lebih jarang menderita kanker anak (Leukemia limphositik, Neuroblastoma, Lympoma Maligna), 16,7 kali lebih jarang terserang Pneumonia, dan resiko dirawat dengan sakit saluran pernafasan 3 kali lebih jarang dari bayi yang diberikan susu formula.

Kemiskinan

Minimnya perhatian terhadap kesehatan bayi baru lahir bertalian erat dengan kemiskinan. Persoalan tersebut dirasa klasik, dan hingga kini masih menjadi ganjalan utama terkait dari upaya menekan kematian bayi baru lahir di tanah air.

Padahal untuk mendapatkan gizi yang seimbang membutuhkan asupan yang berkualitas, dengan memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan dapat meringankan belanja yang harus dipenuhi oleh keluarga.

Seperti diutarakan sebelumnya, dengan Inisiasi menyusu dini (IMD)pada 1 jam pertama dapat meningkatkan potensi keberhasilan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI sampai bayi berumur 2 tahun. ASI saja sudah dapat mencukupi semua kebutuhan bayi.

Dengan pemberian ASI juga dapat mengurani kemiskinan, karena ASI sangat Ekonomis. "Bayangkan, harga 1 kaleng susu formula Rp. 60.000, sedangkan bayi lahir di indonesia 5,5 juta pertahun, maka, biaya untuk 6 bulan formula untuk bayi-bayi ini dibutuhkan 5,5 juta bayi x kurang lebih 55 kaleng kebutuhan bayi selama 6 bulan x 60 ribu = 18.120 Triliun Rupiah," ungkapnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, tiap bayi memerlukan sekitar 3.3 juta rupiah dalam 6 bulan. Angka ini melebihi 100% pendapatan buruh perbulannya yang hanya mencapai 500 ribu rupiah.

Utami menilai, perhitungan Itu hanya dari kebutuhan asupannya, dari biaya pemeliharaan kesehatan, bayi yang diberikan nurtrisi diluar ASI 16 kali lebih sering sakit dari bayi ASI. Bisa diperhitungkan berapa biaya bayar dokter, biaya perawatan di rumah sakit, dan ongkos menuju rumah sakit

No comments:

Post a Comment