Berbagai penelitian telah menunjukkan pengaruh olahraga untuk menunda penuaan dan memperpanjang usia. Orang-orang yang rutin berolahraga diketahui lebih sehat meski usia mereka bertambah. Kini, penelitian terbaru berhasil membuka misteri penyebab hal itu terjadi.
Dalam perbandingan yang dilakukan terhadap pelari dengan orang yang jarang olahraga diketahui bahwa di bawah mikroskop, sel-sel para pelari tersebut terlihat jauh lebih muda dibanding orang yang tak berolahraga.
Secara spesifik, para peneliti menilai panjang telomer, bagian dari sel yang memengaruhi cepat atau lambatnya proses penuaan kita. Setiap kali sel membelah diri, telomer akan memendek. Bila telomer terlalu pendek, sel tak akan lagi bisa membelah diri dan mati. Ini berarti proses penuaan makin cepat terjadi.
Pada studi yang dilakukan para ilmuwan dari Jerman terhadap mencit yang berlari dalam roda menunjukkan adanya penambahan protein telomer. Hal ini bisa mencegah kematian sel. Sementara itu pada studi terhadap manusia, yakni para atlet berusia sekitar 30 tahun yang rutin berlari sejauh 50 mil setiap minggu, diketahui bahwa mereka memiliki telomer yang panjang.
Tidak mengejutkan pula para atlet tersebut memiliki tekanan darah yang rendah, lemak tubuh lebih sedikit, dan detak jantung lebih stabil. Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal American Heart Association, Circulation.
Disimpulkan bahwa panjang-pendeknya telomer berkaitan dengan tingkat aktivitas fisik. Orang yang rajin berolahraga memiliki usia telomer 10 tahun lebih muda daripada orang yang tidak berolahraga. Perbedaan telomer ini juga terlihat pada anak kembar yang memiliki tingkat aktivitas fisik berbeda.
Selain kurangnya aktivitas fisik, telomer yang pendek juga dapat terjadi karena hidup yang penuh stres. Dalam buku You Staying Young, dr Mehmet Oz dan dr Michael F Roizen menyebutkan, "Tekanan hidup yang berat dapat berpengaruh besar terhadap cara sel tubuh membelah diri atau berhenti membelah diri. Dengan meditasi, Anda akan memperbaiki telomer dan memperlambat penuaan.
Dalam perbandingan yang dilakukan terhadap pelari dengan orang yang jarang olahraga diketahui bahwa di bawah mikroskop, sel-sel para pelari tersebut terlihat jauh lebih muda dibanding orang yang tak berolahraga.
Secara spesifik, para peneliti menilai panjang telomer, bagian dari sel yang memengaruhi cepat atau lambatnya proses penuaan kita. Setiap kali sel membelah diri, telomer akan memendek. Bila telomer terlalu pendek, sel tak akan lagi bisa membelah diri dan mati. Ini berarti proses penuaan makin cepat terjadi.
Pada studi yang dilakukan para ilmuwan dari Jerman terhadap mencit yang berlari dalam roda menunjukkan adanya penambahan protein telomer. Hal ini bisa mencegah kematian sel. Sementara itu pada studi terhadap manusia, yakni para atlet berusia sekitar 30 tahun yang rutin berlari sejauh 50 mil setiap minggu, diketahui bahwa mereka memiliki telomer yang panjang.
Tidak mengejutkan pula para atlet tersebut memiliki tekanan darah yang rendah, lemak tubuh lebih sedikit, dan detak jantung lebih stabil. Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal American Heart Association, Circulation.
Disimpulkan bahwa panjang-pendeknya telomer berkaitan dengan tingkat aktivitas fisik. Orang yang rajin berolahraga memiliki usia telomer 10 tahun lebih muda daripada orang yang tidak berolahraga. Perbedaan telomer ini juga terlihat pada anak kembar yang memiliki tingkat aktivitas fisik berbeda.
Selain kurangnya aktivitas fisik, telomer yang pendek juga dapat terjadi karena hidup yang penuh stres. Dalam buku You Staying Young, dr Mehmet Oz dan dr Michael F Roizen menyebutkan, "Tekanan hidup yang berat dapat berpengaruh besar terhadap cara sel tubuh membelah diri atau berhenti membelah diri. Dengan meditasi, Anda akan memperbaiki telomer dan memperlambat penuaan.
No comments:
Post a Comment