Ada makanan tertentu yang jika terserap ke dalam tubuh melalui pencernaan akan memicu reaksi alergi. Alergi bisa menyerang siapa saja. Reaksinya bisa ringan, namun lama kelamaan bisa memberi efek serius, bahkan mengancam nyawa.
Sebuah artikel yang dipublikasikan dalam Journal Pediatrics tahun 2011 menyimpulkan, 8 persen anak-anak Amerika di bawah usia 18 tahun mengalami alergi makanan yang berisiko pada kematian.
Menurut American Academy of Asma, antara 150-200 orang Amerika meninggal setiap tahunnya akibat anafilaksis (reaksi alergi akut) Sedangkan pada tahun 2003 hingga 2006, alergi makanan menyebabkan sekitar 317.000 orang harus dirujuk ke bagian gawat darurat di rumah sakit, klinik rawat jalan dan klinik dokter.
Berdasarkan hasil analsis, 90 persen reaksi alergi makanan muncul setelah seseorang mengonsumsi, susu, telur, kacang-kacangan, kedelai, gandum, ikan dan kerang. Gejala yang ditimbulkan biasanya meliputi gatal-gatal, bengkak, muntah dan diare. Jika pasien dengan anafilaksis tersebut tidak segera diobati dengan pemberian epinefrin (adrenalin sintetik yang disuntikkan ke dalam tubuh) maka bisa berakibat fatal.
Sebagian besar reaksi alergi makanan terjadi secara langsung yaitu beberapa saat setelah mengonsumsi makanan. Reaksi alergi terhadap makanan jarang muncul setelah dua jam makan.
Menurut pemaparan Sloane Miller, pakar alergi makanan, ada banyak cara untuk menghindari timbulnya alergi pada makanan:
Pertama, hindari makanan tertentu yang dapat memicu alergi, dan konsultasikan dengan dokter spesialis alergi untuk memastikan Anda memang menderita alergi atau hanya intolerenasi makanan. Kenali juga jenis makanan yang bisa memicu alergi.
Kedua, selalu berjaga-jaga dengan membawa obat-obatan yang memang Anda perlukan, misalnya antihistamin atau obat-obatan lain yang diberikan dokter sesuai tingkat keseriusan penyakitnya.
Ketiga, menjalin hubungan yang kuat dengan kerabat, guru dan keluarga yang dapat membantu Anda ketika dalam keadaan darurat.
No comments:
Post a Comment