Alergi terhadap susu sapi memang semakin banyak dialami oleh anak-anak di bawah usia 3 tahun, terutama usia di bawah 12 bulan. Hal ini disebabkan ada reaksi imunologi pada tubuh si bayi. Imunoglobulin (IgE) merespon protein susu sapi dan menilainya sebagai benda asing dalam tubuh si bayi. Akibatnya, protein tadi tidak tercerna dengan baik, malah menimbulkan gangguan berupa gejala-gejala reaksi alergi. Alergi ini akan terjadi ketika sistim imun bayi menyadari bahwa protein yang terkandung dalam susu sapi sebagai zat yang berbahaya. Sekitar 2-3 persen bayi berusia 0-3 tahun mengalami alergi susu sapi, ini dikarenakan bayi mempunyai sistem imun yang masih imatur dan rentan.
Banyak penelitian membuktikan bahwa factor utama bayi alergi adalah karena mereka tidak mendapatkan Kolustrum Air Susu Ibu (ASI), jadi untuk menghindari alergi ini yaitu adalah dengan pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan.
Kita sebagai orangtua harus memperhatikan riwayat-riwayat kesehatan pada tubuh kita. Jika Bunda yang memiliki riwayat alergi, maka si bayi memiliki kemungkinan 50% alergi, jika hanya sang ayah yang membawa genetika alergi, kemungkinan 20% terkena alergi yang sama. Namun jika keduanya. Maka si bayi kemungkinan 70% membawa factor genetic tersebut.
Efek alergi yang ditimbulkan:
Reaksi cepat. Gejala akan muncul setelah 45 menit meminum susu sapi. Yaitu berupa, bintik merah pada kulit bayi, rasa gatal, gangguan sistem saluran napas seperti napas berbunyi ngik, bersin, hidung dan mata gatal serta mata merah.
Reaksi sedang. Akan muncul setelah 45 menit - 20 jam setelah bayi meminum susu sapi, yang ditandai dengan muntah dan diare.
Reaksi lambat. Umumnya gejala berupa diare, konstipasi (sulit BAB) dan dermatitis (eksim kulit), baru akan terlihat setelah lebih dari 20 jam.
Secara umum, gangguan dari efek alergi susu sapi ada bermacam-maca, pada saluran pencernaan, seperti diare, kolik, susah BAB, sampai pendarahan saluran cerna, bias juga menyebabkan ruam-ruam merah dan bengkak-bengkak pada kulit-bahkan mempengaruhi juga ke saluran pernafasan, seperti pilek, batuk terus-menerus, mengi dan asma.
Tindak Lanjut
Berikan ASI. Namun jika produksi ASI tidak banyak, Anda perlu memperhatikan pemberian susu sapi pada bayi. Ganti ASI dengan susu formula terhidrolisa sebagian (partially hidrolized), dan terhidrolisa penuh (extensively hydrolized). Perhatikanlah reaksinya setelah diberi susu. Jika muncul gejala yang mencurigakan, segera hentikan dulu pemberian susu sapi.
Konsultasikan masalah bayi Anda pada dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik dan tepat.
Hindari memberikan makanan pemicu alergi seperti telur, ikan laut, kacang-kacangan dan buah-buahan tertentu. Biasanya bayi yang alergi susu sapi juga mengalami alergi terhadap makanan lainnya.
Orangtua yang memiliki riwayat alergi cenderung berisiko tinggi menurunkan penyakit alergi ini pada bayi yang dilahirkan. Sejumlah ahli alergi munologi menyakini, risiko mengalami alergi pada bayi sekitar 30 persen jika salah satu orangtua menderita alergi. Risiko akan meningkat dua kali lipat jika kedua orangtua adalah penderita alergi.
http://www.info-sehat.com
No comments:
Post a Comment