SCREENING test merupakan perawatan prakelahiran yang sangat penting. Melalui screening, Anda dan bayi dimonitor secara teliti untuk memastikan bahwa kehamilan Anda berjalan dengan baik. Selain itu, screening test juga berfungsi mendeteksi gangguan di tahap awal, sehingga tidak menyebabkan masalah yang signifikan.
Untuk mengikuti perkembangan janin Anda, berikut beberapa rutinitas screening test yang umum ditawarkan kepada ibu hamil:
Pemindaian ultrasound (ultrasound scans)
Pemindaian ultrasound merupakan screening test yang umum dilakukan selama kehamilan. Pemindaian ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menunjukkan gambaran janin Anda dan plasenta di layar. Pemindaian ultrasound bisa menunjukkan detak jantung bayi dimulai dari enam minggu kehamilan.
Pemindaian selanjutnya bisa menunjukkan detail wajah dan genital. Dengan begitu, tes ini bisa mengungkap jenis kelamin dan beberapa gangguan perkembangan, seperti spina bifida. Spina bifida merupakan kondisi di mana tulang belakang tidak bersatu untuk melindungi saraf tulang belakang. Kondisi ini seringkali memicu kelumpuhan dan anencephaly (tidak ada tengkorak kepala dan otak).
Teknik pemindaian ultrasound telah dikembangkan sejak lama, sejak gambar berkabut pertama diproduksi di akhir 1960-an. Pemindaian paling bermanfaat untuk menjawab pertanyaan khusus, seperti umur bayi (pemindaian yang diambil pada trimester pertama bisa memprediksi hal ini dalam lima hari), apakah posisi bayi berbaring sungsang atau dalam posisi menunduk, dan apakah kecepatan pertumbuhan janin normal.
Alpha fetoprotein (AFP) test
Dalam beberapa tahun terakhir, dokter kandungan telah mengembangkan kombinasi tes darah untuk mendeteksi apakah ibu hamil berisiko memiliki bayi dengan Down syndrome atau spina bifida. Sebagian besar tes melibatkan pengukuran jumlah alpha fetoprotein (AFP) dalam darah. Perempuan hamil dengan bayi menderita spina bifida mempunyai kadar AFP yang lebih tinggi. Jika bayi menderita Down syndrome, AFP beredar dalam tingkat rendah.
Calon ibu yang memiliki bayi berisiko Down syndrome biasanya ditawarkan tes yang lebih defenitif, seperti amniocentesis atau chorionic villus sampling. Baru-baru ini, tes AFP digantikan oleh triple test, yang dilakukan pada minggu ke-16 kehamilan.
Sebagai tambahan terhadap kadar AFP, tes ini mengukur human chorionic gonadotropin (HCG) dan kadar estriol. Hal ini membantu mengidentifikasi ibu yang berisiko membawa bayi dengan Down syndrome.
Amniocentesis
Tes ini melibatkan pemasukan jarum panjang halus melalui perut ibu hamil untuk menarik sedikit air ketuban yang mengelilingi janin. Amniocentesis selalu dilakukan di bawah panduan ultrasound untuk menentukan posisi bayi. Tes ini bisa menentukan cacat kromosom, jenis kelamin , serta kemungkinan bayi mewarisi gangguan seperti hemofilia.
Amniocentesis biasanya dilakukan pada minggu ke-16 kehamilan dengan risiko keguguran kurang dari satu persen. Namun hasilnya bisa diketahui setelah dua minggu. Durasi yang cukup lama ini berfungsi meyakinkan apakah anak mempunyai gangguan kromosom, seperti Down syndrome.
Chorionic villus sampling (CVS)
Tes ini juga berfungsi mendeteksi ketidaknormalan genetik dan kromosom. Tapi biasanya dilakukan jika ada gangguan khusus, seperti cystic fibrosis. Jarum halus digunakan untuk mengambil sedikit jaringan yang tumbuh di pinggir plasenta. Area ini mengandung informasi genetik yang sama dengan sel-sel janin.
CVS bisa dilakukan melalui vagina atau perut dan biasanya dilakukan dari minggu ke-10 hingga minggu ke-12 kehamilan. Meskipun bisa dilakukan lebih awal dibandingkan amniocentesis, risiko keguguran atau bayi meninggal saat lahir sedikit lebih besar
Untuk mengikuti perkembangan janin Anda, berikut beberapa rutinitas screening test yang umum ditawarkan kepada ibu hamil:
Pemindaian ultrasound (ultrasound scans)
Pemindaian ultrasound merupakan screening test yang umum dilakukan selama kehamilan. Pemindaian ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menunjukkan gambaran janin Anda dan plasenta di layar. Pemindaian ultrasound bisa menunjukkan detak jantung bayi dimulai dari enam minggu kehamilan.
Pemindaian selanjutnya bisa menunjukkan detail wajah dan genital. Dengan begitu, tes ini bisa mengungkap jenis kelamin dan beberapa gangguan perkembangan, seperti spina bifida. Spina bifida merupakan kondisi di mana tulang belakang tidak bersatu untuk melindungi saraf tulang belakang. Kondisi ini seringkali memicu kelumpuhan dan anencephaly (tidak ada tengkorak kepala dan otak).
Teknik pemindaian ultrasound telah dikembangkan sejak lama, sejak gambar berkabut pertama diproduksi di akhir 1960-an. Pemindaian paling bermanfaat untuk menjawab pertanyaan khusus, seperti umur bayi (pemindaian yang diambil pada trimester pertama bisa memprediksi hal ini dalam lima hari), apakah posisi bayi berbaring sungsang atau dalam posisi menunduk, dan apakah kecepatan pertumbuhan janin normal.
Alpha fetoprotein (AFP) test
Dalam beberapa tahun terakhir, dokter kandungan telah mengembangkan kombinasi tes darah untuk mendeteksi apakah ibu hamil berisiko memiliki bayi dengan Down syndrome atau spina bifida. Sebagian besar tes melibatkan pengukuran jumlah alpha fetoprotein (AFP) dalam darah. Perempuan hamil dengan bayi menderita spina bifida mempunyai kadar AFP yang lebih tinggi. Jika bayi menderita Down syndrome, AFP beredar dalam tingkat rendah.
Calon ibu yang memiliki bayi berisiko Down syndrome biasanya ditawarkan tes yang lebih defenitif, seperti amniocentesis atau chorionic villus sampling. Baru-baru ini, tes AFP digantikan oleh triple test, yang dilakukan pada minggu ke-16 kehamilan.
Sebagai tambahan terhadap kadar AFP, tes ini mengukur human chorionic gonadotropin (HCG) dan kadar estriol. Hal ini membantu mengidentifikasi ibu yang berisiko membawa bayi dengan Down syndrome.
Amniocentesis
Tes ini melibatkan pemasukan jarum panjang halus melalui perut ibu hamil untuk menarik sedikit air ketuban yang mengelilingi janin. Amniocentesis selalu dilakukan di bawah panduan ultrasound untuk menentukan posisi bayi. Tes ini bisa menentukan cacat kromosom, jenis kelamin , serta kemungkinan bayi mewarisi gangguan seperti hemofilia.
Amniocentesis biasanya dilakukan pada minggu ke-16 kehamilan dengan risiko keguguran kurang dari satu persen. Namun hasilnya bisa diketahui setelah dua minggu. Durasi yang cukup lama ini berfungsi meyakinkan apakah anak mempunyai gangguan kromosom, seperti Down syndrome.
Chorionic villus sampling (CVS)
Tes ini juga berfungsi mendeteksi ketidaknormalan genetik dan kromosom. Tapi biasanya dilakukan jika ada gangguan khusus, seperti cystic fibrosis. Jarum halus digunakan untuk mengambil sedikit jaringan yang tumbuh di pinggir plasenta. Area ini mengandung informasi genetik yang sama dengan sel-sel janin.
CVS bisa dilakukan melalui vagina atau perut dan biasanya dilakukan dari minggu ke-10 hingga minggu ke-12 kehamilan. Meskipun bisa dilakukan lebih awal dibandingkan amniocentesis, risiko keguguran atau bayi meninggal saat lahir sedikit lebih besar
No comments:
Post a Comment