Monday, May 17, 2010

MENGENDALIKAN DIABETES DENGAN PENGATURAN POLA MAKAN

Pengaturan makan yang tepat sangat penting dalam pencegahan dan pengendalian diabetes melitus atau kencing manis yang secara medis didefinisikan sebagai kumpulan gejala terkait metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat kekurangan atau gangguan fungsi insulin.

Dalam lokakarya media tentang diabetes melitus di Jakarta, Selasa (11/5), Ketua Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia Aris Wibudi mengatakan, jenis, jumlah dan waktu mengonsumsi makanan sebaiknya diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh. Pengaturan ini supaya kadar gula dalam darah terjaga tetap normal (kurang dari 100 mg/dl saat puasa serta kurang dari 140 mg/dl sesaat sesudah makan).

Aris, yang sehari-hari bertugas di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta juga megatakan bahwa pengaturan pola makan sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan beban glikemik dari bahan makanan yang dikonsumsi. "Semua boleh dimakan, tapi jumlah, jenis dan waktunya harus diatur. Beban glikemik harus diperhatikan," katanya, serta menambahkan beban glikemis menggambarkan banyaknya gula yang dihasilkan makanan setelah dikonsumsi.

Kepala Divisi Pusat Riset Nutrifood Susana menjelaskan beban glikemik bahan makanan dihitung dengan membagi 100 Indeks Glikemik (kecepatan kenaikan gula darah dalam tubuh setelah mengonsumsi karbohidrat-red) dan mengalikannya dengan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi. "Untuk selalu menghitung beban glikemik tentu susah karena daftar Indeks Glikemik juga sangat banyak. Tapi bisa diperkirakan, bahan makanan dengan karbohidrat kompleks seperti biji-bijian dan makanan berserat biasanya lebih rendah dibanding yang mengandung karbohidrat sederhana," kata dia.

Tentu saja, lanjut dia, porsinya juga harus sesuai, tidak berlebih. Ia menyarankan konsumsi makanan seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 60-70 persen, protein 10-15 persen, dan lemak 20-25 persen. Susana menjelaskan pula bahwa standar konsumsi harian makanan sumber karbohidrat sebanyak 3-8 porsi (1 porsi nasi=100 gram), 2-3 porsi sayur (1 porsi=satu gelas sayur masak yang sudah ditiriskan).

Kemudian, 3-5 porsi buah (1 porsi setara satu pisang ambon sedang/50 gram), 2-3 porsi protein hewani (1 porsi setara 50 gram daging sapi), 2-3 porsi protein nabati (1 porsi setara dua potong sedang tempe/50 gr), serta minyak dan gula secukupnya. Tentang itu, Aris memberikan saran praktis untuk mengisi separuh piring dengan sayur, seperempatnya dengan nasi dan sisanya dengan lauk setiap kali makan.

Susana juga menganjurkan pembatasan konsumsi gula karena gula merupakan karbohidrat sederhana yang mudah dicerna sehingga lebih cepat meningkatkan kadar gula darah. Food and Drug Aministration (FDA) Amerika Serikat membatasi konsumsi gula maksimal 10 sendok teh atau 40 gram per hari, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) maksimal 12 sendok teh atau 48 gram per hari.

Sementara Kementerian Kesehatan, dalam panduan umum gizi seimbang 2003, menyarankan konsumsi gula maksimal enam sendok teh per hari. "Dalam hal ini pemanis bisa menjadi pilihan karena memberikan rasa manis tapi kalorinya rendah," katanya.

Lebih lanjut Aris menjelaskan selain pengaturan pola makan, aktifitas fisik juga sangat penting untuk mencegah diabetes melitus dan mengendalikan kadar gula darah penyandang diabetes melitus supaya sampai tidak menyebabkan komplikasi yang membahayakan pada organ-organ penting seperti otak, jantung dan syaraf.

Menurut dia aktivitas fisik bisa dilakukan dengan berjalan kaki sekitar 10 ribu langkah per hari atau melakukan jenis olah raga yang lain. Ia menambahkan untuk jenis olah raga selain jalan kaki sebaiknya dilakukan sekitar 45 menit dan disertai pemantauan denyut nadi. Dalam hal ini target denyut nadi setelah aktivitas fisik sebaiknya 220-umur dikalikan 65 persen
mediaindonesia.com

No comments:

Post a Comment