Memenuhi kebutuhan protein dari produk ternak memang penting dalam masa pertumbuhan anak. Namun begitu, ada baiknya tak cuma kuantitas saja yang dipenuhi, tetapi kualitas jauh lebih penting.
Bila Anda sering memberi anak jenis makanan yang bersumber dari produk ternak seperti daging, telur atau jenis olahan lain, sebaiknya lebih selektif lagi. Alih-alih memenuhi kecukupan gizi, bukan tak mungkin anak kesayangan Anda bakal mendapat problem gangguan pertumbuhan terutama organ seksual.
Disinyalir, ada produk ternak yang saat ini dikonsumsi masyarakat mengandung sejenis hormon mirip estrogen yang berpotensi mengganggu pertumbuhan organ seksual. Hormon tersebut bisa jadi dicampur dengan pakan ternak atau zat yang disuntikan ke dalam tubuh ternak.
"Makanan ternak yang dicampur dengan bahan yang mirip hormon mirip estrogen memang akan berakibat pada gangguan pertumbuhan organ seksual. Pada anak pria, penis tidak berkembang, tubuhnya gemuk. Sedangkan pada anak perempuan akan cepat mendapatkan mens," ungkap Prof. DR.Dr.Wimpie Pangkahila,SpAnd, FACCS, di sela-sela talkshow yang digagas Tabloid Gaya Hidup Sehat di Jakarta,
Bila Anda sering memberi anak jenis makanan yang bersumber dari produk ternak seperti daging, telur atau jenis olahan lain, sebaiknya lebih selektif lagi. Alih-alih memenuhi kecukupan gizi, bukan tak mungkin anak kesayangan Anda bakal mendapat problem gangguan pertumbuhan terutama organ seksual.
Disinyalir, ada produk ternak yang saat ini dikonsumsi masyarakat mengandung sejenis hormon mirip estrogen yang berpotensi mengganggu pertumbuhan organ seksual. Hormon tersebut bisa jadi dicampur dengan pakan ternak atau zat yang disuntikan ke dalam tubuh ternak.
"Makanan ternak yang dicampur dengan bahan yang mirip hormon mirip estrogen memang akan berakibat pada gangguan pertumbuhan organ seksual. Pada anak pria, penis tidak berkembang, tubuhnya gemuk. Sedangkan pada anak perempuan akan cepat mendapatkan mens," ungkap Prof. DR.Dr.Wimpie Pangkahila,SpAnd, FACCS, di sela-sela talkshow yang digagas Tabloid Gaya Hidup Sehat di Jakarta,
Wakil Ketua Umum perkumpulan Kedokteran Anti Penuaan Indonesia (Perkapi) itu menyatakan, kasus gangguan pertumbuhan organ seksual anak ini semakin sering ditemukan. "Dalam sebulan saja, paling tidak saya terima lima pasien anak laki-laki yang mengalami problem pertumbuhan penis. Mereka rata-rata berusia 6 sampai 10 tahun," ujar Prof Wimpie yang juga dikenal sebagai pakar seksologi dari Universitas Udayana Bali ini
Menurut Wimpie, penis anak-anak yang tidak normal atau disebut mikropenis ini jauh dari ukuran seharusnya . "Maksimalnya satu senti. banyak yang ukurannya di bawah satu senti, itu menunjukkan penisnya tak berkembang, testisnya pun biasanya tidak ada atau belum turun. Padahal testis ini seharusnya sudah turun dua-duanya setelah usia satu tahun," tambahnya.
Konsumsi hormon estrogen, kata Prof Wimpie, jelas akan menghambat pertumbuhan organ seksual pria karena hormon ini adalah hormon perempuan. "Estrogen secara kasarnya adalah lawannya testosteron atau hormon pria. Laki-laki butuh testosteron untuk pertumbuhan penis dan testis, bila diberi estrogen tentu tidak akan berkembang. Tapi bila diberikan pada anak perempuan, dia tentu akan lebih cepat matang," ujarnya.
Pemberian bahan yang mirip hormon estrogen itu ke dalam campuran pakan ternak, kata Prof Wimpie, memang disengaja oleh produsen untuk mengeruk keutungan. "Penambahan hormon membuat ternak cepat tumbuh dan gemuk, harganya pun lebih mahal. Yang dicampur itu bisa jadi estrogennya. Bisa diberikan dalam bentuk peletnya atau pun disuntik dari leher ternak itu," tambah Wimpie.
sumber: kompas.com
No comments:
Post a Comment