Menghirup nafas secara perlahan, bagi para pasien penderita nyeri akut seperti fibromyalgia (FM) akan mengurangi rasa sakit yang mereka derita. Namun hal ini tidak berlaku jika si pasien tengah dirundung duka, depresi atau pun dipenuhi pikiran negatif.
Ilmuwan dari Barrow Neurological Institute at St. Joseph's Hospital and Medical Center, Arthur Craig telah membuktikan hal ini. Hasil studi mereka menyebutkan, nafas yang diatur dengan baik pada tingkatan tertentu akan mengurangi rasa nyeri secara signifikan.
"Temuan ini dapat menjelaskan penelitian sebelumnya tentang dampak meditasi Zen dan latihan pernafasan yoga yang berdampak pada pengurangan rasa sakit dan deperesi pada pasien," kata Craig seperti dikutip dari Live Science, Rabu (27/1/2010).
"Selain bernafas teratur, kondisi psikologis dan pikiran positif pun mempengaruhi rasa sakit mereka," tambahnya.
Dalam studinya, Craig melibatkan dua kelompok wanita berusia antara 45 hingga 65 tahun. Kelompok pertama adalah mereka yang menderita FM dan kelompok lainnya terdiri dari wanita dengan kondisi fisik sehat.
Selama masa percobaan, partisipan diberikan rangsangan sakit berupa rasa pada telapak tangan mereka. Telapak tangan partisipan diberi sentuhan panas secara berkala sambil mereka bernafas pada tingkatan normal. Setelah itu peneliti mengulang hal serupa, namun kali ini partisipan diminta mengurangi tingkat pengaturan nafas mereka hingga 50 persen.
Setiap kali selesai diberikan rasa panas, partisipan diminta untuk memberitahukan seberapa besar rasa sakit yang mereka alami, senyaman apa mereka dan emosi yang mereka rasakan saat itu.
Para peneliti kemudian menganalisa tingkatan intensitas rasa sakit dan rasa tidak nyaman mereka. Dari eksperimen ini diketahui bahwa rasa sakit secara keseluruhan berkurang saat partisipan yang sehat bernafas perlahan. Sementara bagi pasien FM, keuntungan dari bernafas secara perlahan hanya di dapat jika kondisi piskologi mereka pun baik.
"Kesimpulan ini sejalan dengan teori yang menyebutkan pasien FM secara umum memiliki tingkat emosi yang rendah. Hal ini menyebabkan cadangan energi mereka sangat sedikit. Sebaliknya bagi mereka yang berpikiran positif mendapatkan keuntungan berupa 'baterai mental' yang berdampak pada pengurangan rasa sakit saat mereka bernafas perlahan," tegas Craig.
Ilmuwan dari Barrow Neurological Institute at St. Joseph's Hospital and Medical Center, Arthur Craig telah membuktikan hal ini. Hasil studi mereka menyebutkan, nafas yang diatur dengan baik pada tingkatan tertentu akan mengurangi rasa nyeri secara signifikan.
"Temuan ini dapat menjelaskan penelitian sebelumnya tentang dampak meditasi Zen dan latihan pernafasan yoga yang berdampak pada pengurangan rasa sakit dan deperesi pada pasien," kata Craig seperti dikutip dari Live Science, Rabu (27/1/2010).
"Selain bernafas teratur, kondisi psikologis dan pikiran positif pun mempengaruhi rasa sakit mereka," tambahnya.
Dalam studinya, Craig melibatkan dua kelompok wanita berusia antara 45 hingga 65 tahun. Kelompok pertama adalah mereka yang menderita FM dan kelompok lainnya terdiri dari wanita dengan kondisi fisik sehat.
Selama masa percobaan, partisipan diberikan rangsangan sakit berupa rasa pada telapak tangan mereka. Telapak tangan partisipan diberi sentuhan panas secara berkala sambil mereka bernafas pada tingkatan normal. Setelah itu peneliti mengulang hal serupa, namun kali ini partisipan diminta mengurangi tingkat pengaturan nafas mereka hingga 50 persen.
Setiap kali selesai diberikan rasa panas, partisipan diminta untuk memberitahukan seberapa besar rasa sakit yang mereka alami, senyaman apa mereka dan emosi yang mereka rasakan saat itu.
Para peneliti kemudian menganalisa tingkatan intensitas rasa sakit dan rasa tidak nyaman mereka. Dari eksperimen ini diketahui bahwa rasa sakit secara keseluruhan berkurang saat partisipan yang sehat bernafas perlahan. Sementara bagi pasien FM, keuntungan dari bernafas secara perlahan hanya di dapat jika kondisi piskologi mereka pun baik.
"Kesimpulan ini sejalan dengan teori yang menyebutkan pasien FM secara umum memiliki tingkat emosi yang rendah. Hal ini menyebabkan cadangan energi mereka sangat sedikit. Sebaliknya bagi mereka yang berpikiran positif mendapatkan keuntungan berupa 'baterai mental' yang berdampak pada pengurangan rasa sakit saat mereka bernafas perlahan," tegas Craig.
No comments:
Post a Comment