prevention.com
JIKA alasan menjaga ukuran lingkar pinggang belum bisa membantu Anda mengurangi asupan gula, maka keinginan memiliki kulit halus mungkin bisa mendorong semangat Anda. Para peneliti meyakini bahwa kelebihan asupan gula bisa membuat kulit kusam dan berkerut.
Bagaimana prosesnya? Hal ini disebabkan oleh proses alami yang dikenal dengan glycation. Dalam proses ini, gula dalam aliran darah melekat ke protein untuk membentuk molekul baru yang berbahaya. Produk baru ini dikenal dengan advanced glycation end products (AGEs). Semakin banyak gula yang Anda konsumsi, semakin banyak AGEs yang terbentuk.
"Begitu AGEs tertimbun, maka mereka akan merusak protein yang bersebelahan, seperti efek domino," terang Fredric Brandt, MD, seorang dermatolog di Miami dan New York City sekaligus penulis 10 Minutes 10 Years.
Menurut Brandt, komponen yang paling rentan mengalami kerusakan adalah kolagen dan elastin, serat protein yang menjaga agar kulit tetap kencang dan elastis. Pada faktanya, kolagen merupakan protein yang paling banyak di dalam tubuh.
Begitu rusak, kolagen dan elastin yang sebelumnya lentur dan kuat akan menjadi kering dan rapuh, sehingga memicu kerutan dan pengenduran kulit. Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di British Journal of Dermatology, efek penuaan ini akan mulai di usia 35 dan meningkat dengan cepat setelahnya.
Selain merusak kolagen, diet tinggi gula juga mempengaruhi tipe kolagen yang Anda miliki. Kolagen paling banyak di kulit, terang Brandt, adalah tipe I, II, dan III, dengan tipe III merupakan tipe yang paling stabil dan tahan lama. Proses glycation akan mengubah kolagen tipe III menjadi tipe I, tipe yang paling rapuh.
"Saat terjadi, kulit akan terlihat dan terasa kurang lentur," tutur Brandt, seperti dikutip situs prevention. Yang lebih parah lagi, AGEs akan menonaktifkan enzim antioksidan alami tubuh sehingga membuat kulit lebih rentan mengalami kerusakan akibat sinar matahari.
Penderita diabetes
Penderita diabetes, yang seringkali memiliki kadar gula darah tinggi tidak terdeteksi selama bertahun-tahun, paling merasakan efek negatif dari gula. Mereka seringkali menunjukkan gejala-gejala penuaan dini kulit.
"Bergantung pada tingkat kebaikan dalam mengontrol penyakit, penderita diabetes seringkali memiliki kadar AGEs 50 kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menderita diabetes," terang Karyn Grossman, MD, seorang dermatolog di New York City and Santa Monica, sekaligus ketua divisi dermatologi di St. John's Hospital di Santa Monica.
Berita bagusnya, Anda masih bisa memperbaiki kerusakan kulit akibat gula. Salah satunya adalah dengan membangun kolagen baru dengan produk yang mengandung retinoid. Untuk menjaga agar kolagen baru ini tetap lentur, Anda bisa mencegah pembentukan AGEs dengan meminimalkan asupan gula. Pastikan asupan gula tidak lebih dari 10 persen dari asupan kalori total
JIKA alasan menjaga ukuran lingkar pinggang belum bisa membantu Anda mengurangi asupan gula, maka keinginan memiliki kulit halus mungkin bisa mendorong semangat Anda. Para peneliti meyakini bahwa kelebihan asupan gula bisa membuat kulit kusam dan berkerut.
Bagaimana prosesnya? Hal ini disebabkan oleh proses alami yang dikenal dengan glycation. Dalam proses ini, gula dalam aliran darah melekat ke protein untuk membentuk molekul baru yang berbahaya. Produk baru ini dikenal dengan advanced glycation end products (AGEs). Semakin banyak gula yang Anda konsumsi, semakin banyak AGEs yang terbentuk.
"Begitu AGEs tertimbun, maka mereka akan merusak protein yang bersebelahan, seperti efek domino," terang Fredric Brandt, MD, seorang dermatolog di Miami dan New York City sekaligus penulis 10 Minutes 10 Years.
Menurut Brandt, komponen yang paling rentan mengalami kerusakan adalah kolagen dan elastin, serat protein yang menjaga agar kulit tetap kencang dan elastis. Pada faktanya, kolagen merupakan protein yang paling banyak di dalam tubuh.
Begitu rusak, kolagen dan elastin yang sebelumnya lentur dan kuat akan menjadi kering dan rapuh, sehingga memicu kerutan dan pengenduran kulit. Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di British Journal of Dermatology, efek penuaan ini akan mulai di usia 35 dan meningkat dengan cepat setelahnya.
Selain merusak kolagen, diet tinggi gula juga mempengaruhi tipe kolagen yang Anda miliki. Kolagen paling banyak di kulit, terang Brandt, adalah tipe I, II, dan III, dengan tipe III merupakan tipe yang paling stabil dan tahan lama. Proses glycation akan mengubah kolagen tipe III menjadi tipe I, tipe yang paling rapuh.
"Saat terjadi, kulit akan terlihat dan terasa kurang lentur," tutur Brandt, seperti dikutip situs prevention. Yang lebih parah lagi, AGEs akan menonaktifkan enzim antioksidan alami tubuh sehingga membuat kulit lebih rentan mengalami kerusakan akibat sinar matahari.
Penderita diabetes
Penderita diabetes, yang seringkali memiliki kadar gula darah tinggi tidak terdeteksi selama bertahun-tahun, paling merasakan efek negatif dari gula. Mereka seringkali menunjukkan gejala-gejala penuaan dini kulit.
"Bergantung pada tingkat kebaikan dalam mengontrol penyakit, penderita diabetes seringkali memiliki kadar AGEs 50 kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menderita diabetes," terang Karyn Grossman, MD, seorang dermatolog di New York City and Santa Monica, sekaligus ketua divisi dermatologi di St. John's Hospital di Santa Monica.
Berita bagusnya, Anda masih bisa memperbaiki kerusakan kulit akibat gula. Salah satunya adalah dengan membangun kolagen baru dengan produk yang mengandung retinoid. Untuk menjaga agar kolagen baru ini tetap lentur, Anda bisa mencegah pembentukan AGEs dengan meminimalkan asupan gula. Pastikan asupan gula tidak lebih dari 10 persen dari asupan kalori total
No comments:
Post a Comment