Hasil Penelitian Periset Australia;
PARA “kentang” sofa harus hati-hati! Duduk di depan pesawat televisi selama berjam-jam setiap harinya dapat memendekkan umur!
Peringatan kepada orang sangat kurang gerak karena nonton televisi berlam-lama itu dikeluarkan sebuah studi Australia yang disiarkan oleh Circulation: Journal of the American Heart Association.
Para periset dari Baker IDI Heart and Diabetes Institute di negara bagian Victoria, Australia, meneliti berbagai kebiasaan gaya hidup 8.800 orang dewasa dan menemukan bahwa setiap jam yang dihabiskan di depan TV setiap harinya meningkatkan risiko meninggal lebih dini akibat penyakit cardiovascular.
Studi itu menemukan, setiap jam yang dilewatkan di depan pesawat televisi dikaitkan dengan kenaikan 10 persen dari risiko kematian semua penyebab, 9 persen lebih tinggi karena kanker, dan 18 persen lebih tinggi bertalian penyakit cardiovascular (CVD).
“Dibandingkan dengan orang-orang yang menonton televisi kurang dua jam setiap harinya, mereka yang menyaksikan tayangan TV lebih empat jam sehari mengalami kenaikan risiko meninggal dari semua penyakit sebesar 46 persen dan 80 persen karena kematian bertalian dengan CVD,” ujar para periset tadi dalam sebuah taklimat.
Para ilmuwan tadi menjelaskan kaitan itu punya hubungan pula dengan berbagai faktor risiko penyakit cardiovascular umum, termasuk merokok, tekanan darah tinggi, makanan tidak sehat, ukuran lingkar pinggang yang berlebihan, dan senam saat santai.
Periset David Dunstan mengatakan studi itu difokuskan khusus pada kegiatan nonton televisi namun temuan-temuan tadi mengisyaratkan prilaku kurang gerak berkesinambungan di depan meja kerja atau di depan komputer, bisa saja menimbulkan ancaman terhadap kesehatan.
“Tubuh manusia dirancang untuk bergerak, bukan duduk dalam waktu berlarut-larut,” ujar Dunstan, kepala laboratorium aktivitas fisik institute tadi bagian metabolisme dan obesitas.
“Perubahan teknologi, sosial dan ekonomi berarti orang-orang tak menggerak-gerakkan otot mereka sebanyak pada waktu lalu, akibatnya level pengeluaran energi saat orang menjalani kehidupan mereka terus menyusut.
“Bagi banyak orang, atas basis keseharian mereka hanya bergeser dari satu kursi ke kursi lain -- dari tempat duduk di mobil ke kursi di kantor dan ke kursi di depan televisi.” Dunstan menjelaskan, temuan-temuan tadi berlaku tidak hanya pada invidu yang memiliki berat badan berlebihan dan gemuk, tapi juga kepada orang-orang yang memiliki berat sehat.
“Bahkan jika seseorang memiliki berat badan sehat, duduk berlama-lama masih bisa menyebabkan pengaruh tidak sehat terhadap gula darah dan lemak darah mereka,” papar periset itu. “Selain melakukan olahraga rutin, hindari duduk untuk waktu berlama-lama dan ingat ‘bergerak lebih banyak, lebih sering’. Terlalu lama duduk merupakan hal yang buruk bagi kesehatan.”
Para peneliti tadi dalam studi mereka mewawancarai 3.846 pria dan 4.954 wanita usia 25 tahun ke atas yang menjalani tes-tes untuk mengetahui abang toleransi glukosa (gula darah) dan memberikan sampel darah agar para periset dapat mengukur biomarker seperti level kolesterol dan gula darah. Para peserta studi tersebut didaftar sejak 1999 dan melaporkan kebiasaan mereka dalam hal menonton televisi
PARA “kentang” sofa harus hati-hati! Duduk di depan pesawat televisi selama berjam-jam setiap harinya dapat memendekkan umur!
Peringatan kepada orang sangat kurang gerak karena nonton televisi berlam-lama itu dikeluarkan sebuah studi Australia yang disiarkan oleh Circulation: Journal of the American Heart Association.
Para periset dari Baker IDI Heart and Diabetes Institute di negara bagian Victoria, Australia, meneliti berbagai kebiasaan gaya hidup 8.800 orang dewasa dan menemukan bahwa setiap jam yang dihabiskan di depan TV setiap harinya meningkatkan risiko meninggal lebih dini akibat penyakit cardiovascular.
Studi itu menemukan, setiap jam yang dilewatkan di depan pesawat televisi dikaitkan dengan kenaikan 10 persen dari risiko kematian semua penyebab, 9 persen lebih tinggi karena kanker, dan 18 persen lebih tinggi bertalian penyakit cardiovascular (CVD).
“Dibandingkan dengan orang-orang yang menonton televisi kurang dua jam setiap harinya, mereka yang menyaksikan tayangan TV lebih empat jam sehari mengalami kenaikan risiko meninggal dari semua penyakit sebesar 46 persen dan 80 persen karena kematian bertalian dengan CVD,” ujar para periset tadi dalam sebuah taklimat.
Para ilmuwan tadi menjelaskan kaitan itu punya hubungan pula dengan berbagai faktor risiko penyakit cardiovascular umum, termasuk merokok, tekanan darah tinggi, makanan tidak sehat, ukuran lingkar pinggang yang berlebihan, dan senam saat santai.
Periset David Dunstan mengatakan studi itu difokuskan khusus pada kegiatan nonton televisi namun temuan-temuan tadi mengisyaratkan prilaku kurang gerak berkesinambungan di depan meja kerja atau di depan komputer, bisa saja menimbulkan ancaman terhadap kesehatan.
“Tubuh manusia dirancang untuk bergerak, bukan duduk dalam waktu berlarut-larut,” ujar Dunstan, kepala laboratorium aktivitas fisik institute tadi bagian metabolisme dan obesitas.
“Perubahan teknologi, sosial dan ekonomi berarti orang-orang tak menggerak-gerakkan otot mereka sebanyak pada waktu lalu, akibatnya level pengeluaran energi saat orang menjalani kehidupan mereka terus menyusut.
“Bagi banyak orang, atas basis keseharian mereka hanya bergeser dari satu kursi ke kursi lain -- dari tempat duduk di mobil ke kursi di kantor dan ke kursi di depan televisi.” Dunstan menjelaskan, temuan-temuan tadi berlaku tidak hanya pada invidu yang memiliki berat badan berlebihan dan gemuk, tapi juga kepada orang-orang yang memiliki berat sehat.
“Bahkan jika seseorang memiliki berat badan sehat, duduk berlama-lama masih bisa menyebabkan pengaruh tidak sehat terhadap gula darah dan lemak darah mereka,” papar periset itu. “Selain melakukan olahraga rutin, hindari duduk untuk waktu berlama-lama dan ingat ‘bergerak lebih banyak, lebih sering’. Terlalu lama duduk merupakan hal yang buruk bagi kesehatan.”
Para peneliti tadi dalam studi mereka mewawancarai 3.846 pria dan 4.954 wanita usia 25 tahun ke atas yang menjalani tes-tes untuk mengetahui abang toleransi glukosa (gula darah) dan memberikan sampel darah agar para periset dapat mengukur biomarker seperti level kolesterol dan gula darah. Para peserta studi tersebut didaftar sejak 1999 dan melaporkan kebiasaan mereka dalam hal menonton televisi
No comments:
Post a Comment